Suasana salah satu restoran ternama di ibu kota saat ini sedang ramai, banyak sekali pegawai-pegawai kantor yang menyenangkan diri untuk mampir sekadar makan dan menghilangkan stress setelah seharian di depan layar laptop dan menyelesaikan pekerjaan sesuai deadline. Mengingat daerah ini memang banyak sekali perusahaan karena letaknya yang di tengah-tengah kota, sangat strategis.
Pun salah satu orang yang berkunjung di restoran ini adalah Aldo. Pria tampan tersebut baru saja selesai mengantar sekretaris barunya lalu membuat janji dengan teman-temannya untuk makan malam bersama dan spend waktu karena akhir-akhir ini mereka semua jarang berkumpul. Teman-teman yang Aldo maksud adalah teman-teman semasa kuliahnya. Mereka yang sudah Aldo anggap sebagai keluarga keduanya. Mereka yang sudah Aldo percayai sejak dahulu kala.
"Wey, Mas Bro! Sibuk bener nih keliatannya. Dia sendiri yang minta ketemuan jam lima, tapi malah baru dateng jam setengah tujuh. Ada apa gerangan nih? Sosok Aldo yang sangat cinta dengan on time tiba-tiba malah jadi mulur. Abis ngapain lo? Gak usah bilang macet ya, gue timpuk nih kalau lo bilang macet. Karena apa? Karena gue tau kalau enggak macet." Andika, sosok pria tampan dengan lesung pipinya langsung menyindir sang sahabat. Ia sudah sangat mengenal Aldo baik dari luar maupun dalam. Tahu hal apa saja yang Aldo sukai dan yang tidak Aldo sukai, sehingga sangat mustahil sekali Aldo telat jika tak ada urusan yang penting.
"Alah sia boy! Bener banget apa yang diomongin Dika tuh! Lo abis dari mana aja sih, Do? Perasaan kantor lo deket banget sama restoran ini, deh. Masa lo telat satu setengah jam sendiri, sih? Gak make sense banget." Kini Bian turut menimpali sekaligus memberikan pro kepada Andika. Menginterogasi sahabatnya yang telat satu setengah jam karena penasaran dengan apa yang terjadi.
Aldo sendiri yang diinterogasi tersebut hanya cengengesan sambil duduk. Ia langsung melihat menu yang ada di buku menu dan memilih makanan kesukaannya. Untuk saat ini ricebowl mayo masih menjadi andalannya karena dengan itu adalah menu favorit istrinya juga. Hanya kenangan-kenangan kecil yang saat ini Aldo bisa kenang saat istrinya sudah tidak ada.
"Gue abis nganterin sekretaris baru gue. Gue salut banget deh sama dia, dia tuh perempuan yang kuat banget. Perempuan yang tangguh. Kek gimana ya, dia tuh pokoknya sempurna banget lah di mata gue. Mentalnya dia sekuat baja sih," balas Aldo seadanya tanpa menutup-nutupi apa pun. Ia memang berkata jujur di depan teman-temannya, tak pernah sekalipun menyembunyikan kebenaran.
Seketika Andika langsung tertawa mendengar jawaban yang keluar dari mulut Aldo. Ia langsung menepuk pundak sahabatnya tersebut seraya berkata, "Asik banget nih gue liat-liat. Kayaknya bakalan ada yang gantiin posisi Mahestri nih di hati lo. Gimana sih cewek itu sampai lo bilang dia sempurna, kuat, mental baja? Emang beneran kayak gitu?"
"Astaga, Do! Ini belum ada satu bulan Mahestri ninggalin lo. Masa lo udah jatuh cinta aja sih sama cewek lain? Lo kok kayak gitu sih? Gak! Pokoknya gue enggak setuju ya kalau lo sama cewek lain. Mahestri itu tetep yang sempurna di mata gue, cocok sama lo, enggak ada yang bisa gantiin posisi dia pokoknya." Kali ini Bian menentang, tak setuju jika di hati Aldo tersimpan nama perempuan lain karena makam Mahestri saja selaku istrinya Aldo masih belum kering. Bagaimana bisa Aldo malah jatuh cinta lagi? Ini semua sungguh tidak adil.
Andika menatap tajam ke arah Bian, turut sebal dengan apa yang Bian katakan. "Emang Mahestri itu sempurna, sih. Gue juga tau banget itu, Bi. Tapi mau sampai kapan Aldo berlarut-larut dalam kesedihan, sih? Mahestri udah enggak ada di sini, udah enggak bisa mendampingi Aldo lagi. Jadi ya mau gimana pun Aldo berhak dan harus cari penggantinya. Aldo enggak mungkin hidup sendirian terus. Aldo enggak mungkin terbayang-bayang sama Mahestri terus. Aldo masih muda dan berhak melanjutkan hidup serta kisah percintaannya."
"Ya enggak bisa gitu dong, Dik. Mahestri it—"
"Ah apaan sih kalian? Cewek itu cuman sekretaris gue doang kok. Bukan siapa-siapa juga. Kalian enggak usah bilang buka hati atau segala macem deh. Sayang gue untuk saat ini cuman buat Mahestri. Gue bener-bener tulus buka hati buat dia. Gue bener-bener sayang banget pokoknya sama dia. Jadi kalian enggak usah ngeship gue sama siapa pun. Pun, gue juga tau harus kayak gimana setelah Mahestri pergi." Aldo memberikan klarifikasi, sedikit risih dengan pembahasan seperti ini karena membuat dirinya menjadi mengingat Mahestri lagi. Ia merindukan Mahestri. Ia rindu sebagaimana Mahestri sejak dahulu selalu ada di sampingnya dan memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada Aldo. Mahestri adalah wanita paling sempurna di mata Aldo.
Andika dan Bian diam, tak berani berkata-kata karena takutnya nanti Aldo semakin tersinggung dengan semuanya. Mereka memilih untuk hanyut dalam pikirannya masing-masing. Pria tampan yang memiliki lesung pipi itu kembali ke bayang-bayang masa lalu di mana Aldo sang sahabat memberitahu pertama kali bahwa ada seorang gadis cantik yang bisa membuatnya jatuh cinta. Lalu Andika langsung memberikan kisi-kisi serta kiat-kiat untuk pendekatan. Andika memiliki kontribusi yang cukup besar di dalam hubungan Aldo dengan Mahestri. Andika pun mengakui jika Mahestri adalah gadis yang sangat sempurna. Wanita tersebut memang sangat cocok sekali berdampingan dengan Aldo yang menurutnya juga sempurna.
"Gue kangen banget sama Mahestri. Biasanya abis gue balik dari kantor, muka dia yang selalu ngilangin rasa capek gue. Dia gadis istimewa yang berhasil buat gue jatuh hati banget sama dia. Dia sosok yang adem banget, dia yang selalu ada di saat gue down maupun gue lagi seneng-seneng. Posisi Mahestri enggak bakalan bisa tergantikan oleh siapa pun karena untuk saat ini gue masih sangat mencintai Mahestri. Gue enggak mau jatuh cinta lagi sama selain Mahestri. Gue aja bisa jadi cinta pertama dan terakhirnya dia, masa dia enggak bisa jadi cinta pertama dan terakhirnya gue?" ujar Aldo kelewat sendu. Mencurahkan apa yang ada di benaknya serta hatinya. Saat ini seperti itulah yang ia rasakan. Ia ingin semua orang tahu itu.
"Tapi situasinya beda antara lo sama Mahestri, Do. Mahestri meninggal di saat dia masih mencintai lo. Lo belum meninggal. Lo ditinggalin sama dia di usia lo yang bahkan terbilang cukup muda. Lo masih dua puluh enam tahun. Masih sangat wajar banget kalau lo punya seseorang baru yang bisa gantiin posisi Mahestri dan gue rasa Mahestri pun mengharapkan hal seperti itu. Dia enggak mau lo kesepian, dia enggak mau lo sendirian, dia enggak mau lo sedih terus-terusan. Dia pasti juga mau kalau lo ada yang jaga dan rawat. Menggantikan posisi dia." Dika membalas.
"Guenya yang gak mau, Dik. Mahestri biar tetap ada di hati gue. Gue enggak mengizinkan siapa pun gantiin posisi dia."