PIVAT BAHASA INGGRIS
Setelah sekian purnama, drama yang di bintangi Vino, May dan Aldi sudah usai dengan ending di gantung. Tidak ada kejelasan dan kepastian, May yang masih belum sadar dari sebutan nama lengkap Aldi saja itu, juga Aldi sendiri yang sudah hampir depresi menghadapi tingkah May.
"Kakak ngomong aja, kelihatan banget saltingnya. Santai kak, aku orangnya fair kok"
Mendengar penuturan May, Vino hanya tersenyum meledek. Tidak guna May mengatakan bahwa dia itu fair, Vino tetap saja jijik dengan penampilan May yang kucel tanpa sedikitpun ada aroma style yang menarik.
"Ngomong sama kamu nggak ada ujungnya, takut malah kalau nanti kena serangan jantung. Makanya jadi anak itu harus pintar sedikit, kasian yang jadi lawan bicaranya" Vino berbicara dengan keyakinan tingkay tinggi, yakin sekali kalau May itu gadis kurang pengalaman, kuranh wawasan, juga kurang Vitamin.
"Wah kakak se enaknya aja ngomongnya, kak Vino belum tau sih kalau aku ini anak kelas XI excellent, rangking dua dari 40 Siswa, jago bahasa Inggris lagi. Bisa keliling dunia ntar!"
Vino langsung bergidik mendengar pengakuan May, semua daftar kelebihan May yang baru saja ia sebutkan sama sekali tidak membuat Vino percaya.
"Kakak tidak percaya? Mau aku buktikan ha?" Sepertinya May sudah di kuasai syaiton sehingga amarahnya naik drastis, dan Vino pun masih memasang senyum cibiranya.
"Aku ada PR bahasa Inggris nih, bantu kerjain dong, katanya jago" Kata Vino sambil mengeluarkan buku dari dalam tasnya, satu lembar dengan 15 soal PR itu sama sekali belum di isi jawaban. Vino menyodorkan buku itu ke arah depan May.
"Aku di suruh ngerjain kak?"
"Lha iya, buktikan dong sama pengakuanmu tadi"
"Itukan sudah jadi kewajiban kak Vino, kebiasaan deh" May melempar buku itu ke tangan Vino lagi.
"Jangan di lempar dalam keadaan kosong dong, di isi dulu jawabanya, baru boleh kamu lempar sesukamu!"
"Memaksa itu sebagian dari kekejaman lo kak Kata eyang ku, kak Vino tidak takut apa kalau eyang ku tiba-tiba datang ketuk pintu kamar kak Vino?" May tiba-tiba mengisahkan cerita eyangnya di zaman dulu, Vino memegangi perutnya yang terlilit karena tawanya yang keras.
"Mana ada? Beneran kamu ini, suka tidak nyambung. Iya kalau nanti misal eyangmu itu ketok pintu, ya aku suruh masuk lah, trus di ajak kenalan" Vino terus menyabung tawanya lagi, dia benar-benar ingin menata antara otak dan emosinya agar tidak bertabrakan karena saking pusingnya menghadapi sikap konyol May.
"Awas saja kalau eyangku benar-benar datang, pasti kak Vino bakalan pingsan. Di inget-inget ya kak, eyangku suka pakai berbaju putih, rambutnya terurai sampai siku, matanya hitam lebam kak, suka mencakar-cakar kalau ada yang suka bikin ulah sama cucunya satu ini" Kata May sambil menunjuk hidung peseknya itu.
Vino jadi sedikit merinding dan berdiri, memantau sekitar yang tidak ada sama sekali orang yang berpenghuni di perpustakaan selain dia dan May. Lalu menatap May sebentar, kesempatan itu bisa di manfaatkan May untuk menunjukan muka seram di depan mata Vino.
May mengosongkan pandangan, dengan mulut sedikit terbuka dan mata melotot tanpa berkedip. Dan Vino pun mulai berwajah pucat.
"Aku beli minum dulu" Ucap Vino seperu terburu-buru.
"Iya, jangan lama-lama dan cepat kembali" Suara May mirip bisikan setan yang sering muncul di bioskop dengan film horor, bersuara lirih dan sedikit serak. Vuni sudah tidak bisa menjawabnya lagi, dan berlari kencang dengan menutup pintu sangat keras.
"Jangan-jangan May kesurupan eyangnya?" Batin Vino sambil terus berlari, dia mencari sosok Aldi agar bisa membantunya.
"Citra, kamu lihat Aldi tidak?" Tanya Vino kepada Citra teman sekelasnya yang sedang menunggu antrian baca mading.
"Tidak lihat tuh dari tadi Vin, di kantin mungkin" ucap Citra sambil menebak, lalu menyelipkan tubuh mungilnya agar bisa mendapat barisan paling depan.
"Oh ya sudah terimakasih" Vino beranjak pergi, masih dengan muka panik.
"Iya sama-sama Vin" Citra berteriak di tengah desakan-desakan itu.
Kantin siang itu terlalu ramai, sehingga Vino sangat sulit menemukan tubuh tinggi Aldi itu. Dia terpaksa naik pagar kantin itu agar lebih cepat bisa menemukan Aldi.
"Nah itu dia!" Rambut hitam yang di buat pirang sebelah itu sudah di temukan Vino di kursi makan paling belakang, bergerombol dengan teman-temanya dan ricuh dengan tawa mereka.
"Aldi Al!" Teriak Vino berkali-kali, karena jaraknya begitu jauh membuat Vino enggan melewatu kerumunan banyak cewek yang duduk di pinggir jalan menuju kursi Aldi.
"Kesini bentar, gawat darurat!" Ucap Vino dengan membuat corong dari tanganya sendiri.
Aldi pun berlari panik sambil membawa sisa jus jeruknya, dan berhasil melewati deretan cewek-cewek tanpa malu. Lalu sampai di hadapan Vino dengan nafas ngos-ngosan.
"Kenapa ada apa?" Nafasnya belum begitu teratur.
"Itu, itu cewek di perpustakaan tadi kesurupan eyangnya yang sudah meninggal" Vino juga ikut ngos-ngosan melihat Aldi.
"Hah yang bener, mana mungkin?" Aldi sedikit tidak percaya, lalu meneguk esnya lagi tenang tanpa tersedak.
"Ya makanya ayo kita lihat ke sana, takut ke buru ke bawa eyangnya nanti rohnya, kasian kan" Mungkin Vino sudah jadi Korban flim mistis di bioskop.
Kemudian Vino dan Aldi berlari berdampungan menuju perpustakaan, Aldi sengaja mengulang bacaan ayat kursi agar bisa lancar saat membacakan Jin itu dari dalam tubuh May, mulutnya komat-kamit di sepanjang jalan.
Se tiba di depan pintu perpustakaan, mereka berhenti dan saling menyenggol siku. Berebut saling mengundurkan diri tidak berani membuka pintu.
Ahirnya Vino mengalah dan membuka pintu dengan membaca basmalah berulang kali, di susul Aldi dengan bacaan ayat kursi yang sudah melekat di otaknya. Sepatunya sengaja di copot agar tidak muncul suara, pintu pun terbuka dan langsung berhadapan dengan muka May yang mematung duduk diam di kursi. Mukanya masih di pasang sama, dan mereka terjebak sandiwara May.
"Tuhkan bener, itu bukan dia, itu jelas-jelas neneknya"Bisik Vino ketakutan, lalu menjerat lengan Vino kuat-kuat.
"Tenang, Kita bacakan ayat kursi pasti nanti roh itu akan keluar" Kata Aldi menenangkan Vino.
May diam-diam mendengar percakapan mereka, dan sekuat-kuatnya dia harus bisa menahan tawanya.
Lalu Aldi membacakan ayat kursi dan melatakkan tanganya di kening May, nafas May benar-benar sesak karena terlalu lama menahan tawa, tapi dia masih berusaha bersikukuh dengan rencananya.
"Mereka mengira aku kesurupan? Asyik!" Batin May dalam hati, dia ingin menunjukan aksi mengamuk ala nyi loro kidul, tapi May tidak begitu menguasai peran itu.
Mulut Aldi sudah kaku, sudah ke 10 kalinya pembacaan ayat kursi itu, tapi tidak berpengaruh oleh roh itu.
"Tanya aja Al, maunya gimana?" Vino menyuruh Aldi sambil bersembunyi di belakang punggunnya, lalu Aldi menyetujui dan bertanya pelan-pelan.
"Eyang maunya gimana? Kembalikan May ya eyang" Suara Aldi terdengar bergetar, tanganya juga menggigil kedinginan.
May melotot dengan tatapan menyeramkan tingkat langit, mereka mundur selangkah menahan pipisnya.
"Mau es jeruknya dong kak Aldi saja"
Emosi di ujung kepala Vino dan Aldi benar-benar sudah siaga untuk siap meledak.