Chereads / Janji Masa Lalu / Chapter 18 - Bab 18 || Ganti Baju

Chapter 18 - Bab 18 || Ganti Baju

"Sesuai dengan ekspektasi kamu bukan?"

Ben dapat melihat wajah puas Lexi ketika melihat seisi rumah baru mereka. Dia dapat tahu jika Lexi suka dengan rumah yang Ben pilih untuk tempat tinggal mereka mulai sekarang, Ben sendiri sudah mengeluarkan banyak usaha, pikiran, dan tenaga untuk mendekorasi rumah tersebut agar sesuai dengan selera Lexi.

Lexi sendiri memang tidak terlibat langsung ketika Ben mendekorasi tempat tersebut, karena pada awalnya Ben juga membelinya secara diam-diam tanpa memberitahu Lexi. Sewaktu rumah tersebut hampir jadi dan akan siap huni, barulah ketika itu Ben memberitahu Lexi tentang rumah yang di belinya.

"Ya, aku menyukainya seperti yang aku duga kamu tidak pernah mengecewakan."

"Syukurlah jika kamu suka."

Melihat senyuman bahagia dan kepuasan Lexi yang terpancar jelas dari matanya yang indah, membuat Ben ikut merasa senang. Semua kerja keras yang dia lakukan untuk membuat rumah tersebut terbayarkan dengan sempurna, hanya dengan melihat senyuman perempuan yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya.

"Aku mau melihat kamarnya, di lantai atas bukan?" Lexi melirik Ben untuk meng-konfirmasi dugaannya.

Lexi sudah cukup melihat-lihat lantai satu, dari penglihatan nya tentang tiga kamar yang ada di lantai satu. Sepertinya tidak ada satupun dari ruangan tersebut yang akan menjadi kamar mereka. Masih ada lantai dua yang belum di periksa olehnya, mungkin kamar mereka berdua ada di atas.

"Ya, kamar kita ada di atas. Di bawah ini hanya untuk kamar tamu dan Asisten Rumah Tangga. Ayo kita melihatnya bersama."

Lexi menganggukkan kepala, membiarkan Ben mengambil dan menggenggam tangannya membawa Lexi ke lantai dua rumah baru mereka. Lexi tidak menolak ketika Ben mengambil tangannya secara spontan, meski Lexi sendiri masih belum terbiasa dan sering kali terkejut dengan tindakan-tindakan Ben yang sekarang menjadi lebih berani.

Bagaimanapun sekarang mereka berdua sudah menikah dan Lexi menerima Ben sebagai suaminya tanpa ada paksaan sama sekali dari pihak mana pun. Semua murni karena kemauannya sendiri, jadi Lexi harus terbiasa dengan semua hal ini.

"Jangan gugup, aku hanya memegang tangan kamu Lexi bukan melakukan hal lain," goda Ben dengan senyum menyebalkan nya.

Rasa gugup dan wajar Lexi yang memerah langsung meluap begitu saja. Lexi berdecak kesal serta menatap Ben dengan tatapan galak. Merasa kesal karena dirinya harus merasa gugup dan malu, padahal ini bukan pertama kalinya juga Lexi mendapati Ben menggenggam tangannya seperti ini.

Namun, dengan status mereka berdua sekarang yang sudah berubah. Tentu saja Lexi dapat merasakan perbedaan pada perasaannya sendiri. Padahal Lexi dan Ben sudah saling mengenal dalam waktu yang lama, tapi entah kenapa sejak mereka menikah Lexi dapat merasakan perasaan yang berbeda dengan Ben. Seperti pasangan dengan perasaan romantis.

"Siapa juga yang gugup."

"Kamu masa aku, kamu gak sadar kalau wajah kamu memerah seperti buah ceri."

Lexi sontak saja melepaskan tangannya dari Ben, memegang kedua pipinya dengan dramatis. Dia tidak tahu apakah Ben berbohong kepadanya atau tidak, namun yang jelas Lexi tahu jika bagian wajahnya memang mudah memerah ketika Lexi merasa malu dan gugup.

Ben tertawa kecil melihat Lexi yang menurutnya sangat imut saat ini, Lexi bisa saja berusia kepala tiga sekarang tapi sikapnya tidak lebih seperti seorang remaja yang panik karena ketahuan suka dengan seorang pria.

Dengan pipinya yang chubby karena Lexi menggunakan kedua tangannya untuk menjempit kedua pipinya sehingga terlihat penuh, Ben tidak bisa menahan dirinya untuk mencubit kedua sisi wajah Lexi dengan gemas.

"Ben…" protes Lexi saat Ben mencubit kedua pipinya dengan gemas, itu bukan sebuah cubitan yang menyakitkan untuk Lexi karena Ben tidak menggunakan tenaga yang kuat untuk melakukannya. Hanya saja perasaan Lexi menjadi tidak karuan dan berantakan karena ulah spontan Ben, membuat wajahnya kembali memerah seperti ceri.

"Habiskan kamu menggemaskan, ingin aku peluk terus remas-remas."

"Apaan sih Ben, geli tahu gak."

"Lexi, ingat kita sudah menjadi suami istri. Kamu harus terbiasa dengan kata-kata seperti itu mulai sekarang, sudah jangan cemberut terus sekarang kita lihat kamar kita berdua." Ben merangkul bahu Lexi membawanya ke kamar mereka.

Penampilan lantai dua tidak cukup jauh berbeda dengan lantai pertama. Hanya saja Lexi dapat merasakan jika beberapa bagian di lantai dua masih terlihat kosong dan membutuhkan sentuhan agar terlihat lebih hidup lagi.

"Lantai dua ini memang masih belum sepenuhnya aku handle, karena aku fokus pada bagian lantai pertama. Jadi sekarang ini menjadi tugas kamu untuk memenuhi seluruh lantai ini dengan perabotan," jelas Ben saat melihat Lexi terus memperhatikan seluruh ruangan dengan dahi mengkerut heran.

"Kenapa kamu tidak melakukan seluruhnya, kenapa hanya lantai pertama saja."

Ben semakin mengeratkan pelukan nya pada pundak Lexi, membuat istrinya menjadi lebih dekat lagi dengan dirinya. Lexi menatap Ben menunggu jawaban darinya, tidak memprotes apapun yang Ben lakukan sekarang kepadanya. Mungkin karena Lexi sendiri merasa sangat nyaman dengan berada di dalam pelukan Ben, terasa sangat hangat dan nyaman hingga tanpa sadar Lexi juga ikut melingkarkan kedua tangannya di perut Ben.

Lexi memang tidak menyentuhnya, tapi tetap saja dia dapat merasakan betapa kerasnya badan Ben. Membuatnya wajahnya tanpa sadar kembali memerah, membayangkan seperti apa perawakan Ben jika tanpa mengenakan baju.

Seharusnya menjadi hal yang wajar jika Lexi pernah melihat seperti apa bentuk tubuh bagian atas Ben. Persahabatan yang sudah terjalin sejak lama, membuat Lexi terbiasa dengan hal itu. Namun hal ini tidak terjadi kepadanya, Lexi tidak pernah melihat seperti apa bentuk tubuh Ben tanpa baju.

Meski hitungan nya Lexi pernah melihat tubuh bagian atas Ben satu kali, ketika mereka berdua masih SMA. Saat itu mereka berdua masih duduk di kelas satu sekolah menengah atas, karena keduanya tidak berada di kelas yang sama.

Baik Ben dan Lexi sering kali saling datang ke kelas masing-masing untuk makan di kantin bersama pada jam istirahat ataupun ketika jam sekolah berakhir untuk pulang bersama. Saat itu kelas Ben baru saja menyelesaikan jam pelajaran olahraga mereka, yang berada di jam paling terakhir.

Seperti biasanya jika Lexi tidak mendapati Ben menunggu di depan kelasnya, maka Lexi akan berinisiatif untuk datang sendiri ke kelas Ben. Jarak kelas mereka tidak terlalu jauh dan hanya terpisah oleh dua kelas saja.

Saat Lexi sampai di depan kelas Ben, para anak laki-laki kelas tersebut sedang berganti pakaian setelah berolahraga dan menggantinya dengan seragam biasa. Kebetulan Ben juga sedang mengganti bajunya ketika itu dan dia sendiri berdiri di dekat pintu masuk kelas dengan keadaan bagian atas tubuhnya yang tidak mengenakan baju.

Ben sangat terkejut saat mendapati Lexi terdiam mematung di depan pintu kelasnya yang terbuka dengan tatapan terkejut. Sontak saja Ben langsung berdiri di depan pintu kelas untuk menghalangi pandangan Lexi kepada teman-temannya yang sedang berganti pakaian.

"CEPAT GANTI BAJU KALIAN!" teriak Ben keras.