"Kamu sangat bahagia?"
Setelah Lexi menghentikan makan lollipop nya. Perempuan itu sekarang mengganti makanannya dengan camilan yang tersedia di rumah. Lexi memang selalu menyetok makanan ringan yang cukup banyak di rumah untuk dirinya sendiri.
Tapi sekarang karena Lexi tinggal berdua bersama dengan Ben. Stok makanan yang di beli nya lebih banyak dari biasanya, padahal Ben sendiri bukan orang yang suka makan-makanan ringan dalam jumlah yang banyak.
Berbeda dengan Lexi yang sangat menyukai nya.
Ben begitu memperhatikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuhnya setiap hari, dapat di katakan jika Ben adalah orang yang memiliki gaya hidup sangat sehat. Karena sangat menjaga makanannya dan berolahraga secara teratur.
"Tentu saja, mulut ku sangat pegal karena harus makan lollipop sejak pagi tadi."
"Mulut kamu pegal, tapi sekarang kamu makan-makanan ringan memang nya tidak terasa pegal?"
Lexi bisa saja merasa lelah karena makan lollipop sejak tadi pagi, tapi Ben tidak melihat Lexi berhenti membuat mulutnya bergerak untuk makan. Dia malah terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Hanya saja dia mengubah makanannya dari makanan manis menjadi camilan.
"Tidak."
"Lalu kenapa tadi kamu bilang jika makan lollipop terasa pegal?" tanya Ben heran.
"Karena aku memakannya dengan hati yang terpaksa, berbeda dengan camilan ini. Aku memakannya dengan hati penuh rasa bahagia. Jadi tentu saja rasanya akan berbeda."
"Astaga." Ben mengacak rambut Lexi dengan gemas.
***
"Ben ponsel kamu bunyi," teriak Lexi dari dalam kamar.
Ben berada di dalam kamar mandi membersihkan diri, Lexi sudah mengganti bajunya dengan baju tidur. Dia sudah membersihkan dirinya sebelum Ben dan selesai lebih dulu. Lexi sedang mengaplikasikan skin care malamnya ketika ponsel Ben yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur berbunyi.
"Dari siapa?"
"Sekretaris kamu."
Lexi tahu siapa nama sekretaris Ben, jika dia tidak salah ingat namanya adalah Alexa. Lexi mengingatnya karena dia memiliki nama yang mirip dengan Lexi. Alexa adalah perempuan yang pintar dan sangat cantik, dia juga bekerja dengan sangat baik dan cekatan.
Ben memberitahu nya jika dia memiliki sekretaris yang bekerja dengan sangat baik dan dapat di andalkan. Tapi Lexi merasa heran dengan Ben, jika Alexa bekerja dengan sangat baik dengannya, kenapa dia tidak menamai kontak Alexa dengan namanya dan hanya menamai kontak nya dengan nama 'Sekretaris'.
Aneh dan unik.
"Angkat saja, katakan padanya jika aku sedang mandi. Minta padanya untuk menghubungi aku sepuluh menit lagi," teriak Ben dari dalam kamar mandi.
"Ya," balas Lexi.
Karena sudah mendapatkan izin dari Ben, Lexi tanpa ragu mengangkat panggilan dari Alexa.
"Halo, Pak Ben," suara yang cukup manis terdengar di telinga masuk ke dalam pendengaran Lexi. Hingga membuat Lexi merasa tidak nyaman, kenapa Alexa harus berbicara dengan nada se-lembut itu kepada Ben.
Lexi pernah bertemu dengan Alexa dan berbicara dengannya. Masih teringat jelas dalam ingatan Lexi seperti apa suara Alexa ketika berbicara, nada bicara Alexa yang di ingat oleh Lexi sangat berbeda dengan yang Lexi dengar saat ini saat Alexa menghubungi Ben.
Dia memiliki nada seperti perempuan normal lainnya saat berbicara bersama dengan Lexi waktu itu, lalu kenapa saat ini nada nya menjadi berubah. Apakah Alexa sedang mencoba untuk menggoda Ben, dengan menggunakan nada suara yang lembut seperti ini.
Membayangkan seperti apa pikiran jahat Alexa yang ingin merebut Ben dari tangan Lexi. Membuatnya sangat geram dan kesal, apakah perempuan itu lupa jika Ben sudah menikah dan memiliki seorang istri.
Berani sekali dia menggoda atasannya yang sudah beristri seperti ini, apakah Lexi harus membuat cincin pernikahan yang cukup besar di jari manis Ben. Agar perempuan itu dapat melihatnya dengan jelas, hingga dia dapat mengingat jika Ben sudah menikah dan milik orang lain.
Tidak ada yang boleh merebut Ben dari istrinya, yang tidak lain adalah Lexi sendiri.
"Ya, Alexa ini saya Lexi istri Pak Ben," jawab Lexi sinis.
"Oh, Bu Lexi. Maaf kalau saya boleh tahu kenapa Ibu yang mengangkat panggilannya, di mana Pak Ben."
"Pak Ben sedang mandi sekarang, ada yang ingin kamu bicarakan padanya di malam hari seperti ini."
"Ada sedikit pekerjaan yang harus saya bicarakan dengan Pak Ben, Bu," balas Alexa.
Sejak tahu jika Lexi adalah orang yang mengangkat panggilannya, Alexa sudah mengubah suaranya seperti biasa. Suara yang di kenali oleh Lexi, baiklah dari sini Lexi dapat menyimpulkan jika Alexa memang memiliki niatan untuk menggoda Ben.
Perempuan itu, dasar tidak tahu malu.
"Alexa, boleh saya memberitahu kamu jika sekarang sudah malam dan sudah waktunya bagi Ben untuk beristirahat. Apakah kamu tidak bisa membicarakannya besok pagi saja di kantor?"
"Sebenarnya bisa Bu, tapi informasi yang akan saya bicarakan kepada Ben adalah hal yang penting. Hingga saya tidak bisa menundanya hingga besok untuk memberitahu Pak Ben."
Lexi menghela napas panjang, "Kamu dapat menghubungi kembali dalam waktu sepuluh menit. Saat itu mungkin Pak Ben sudah keluar dari kamar mandi." Lexi memberitahu Alexa seperti yang Ben katakan sebelumnya.
Dia ingin melarang Alexa untuk menghubungi Ben lagi, tapi Lexi takut jika informasi yang di berikan oleh Alexa benar-benar sangat penting untuk Ben. Jadi dia hanya bisa menuruti ucapan Ben, meminta Alexa untuk menghubungi nya dalam waktu beberapa saat lagi. Hingga Ben menyelesaikan mandi nya.
"Baik, saya akan menghubungi kembali dalam sepuluh menit ke depan. Terima kasih Bu Lexi, saya tutup teleponnya." Alexa menutup panggilannya dengan nada sopan.
Lexi tidak membalas ucapan Alexa dan langsung menekan tombol merah untuk mematikan panggilan. Setidaknya Alexa masih memiliki attitude yang sangat baik dan bagus padanya, dia masih berucap dengan nada yang sopan ketika berbicara kepada Lexi.
Meski Lexi tidak tahu seperti apa isi pikiran Alexa saat ini, bisa saja dia berbicara dengan sopan dan baik kepada Lexi. Tapi Alexa sekarang mungkin sedang menghujat Lexi saat dia tidak mendengarnya.
Lexi masih menatap ponsel Ben dengan cemberut dan kesal, hingga suara pintu kamar mandi yang terbuka menyadarkan Lexi dari pikirannya pada Alexa sebelumnya.
"Apa yang Alexa katakan." Ben mendekati Lexi yang duduk di pinggir tempat tidur sambil memegang ponsel miliknya.
"Dia mengatakan jika ada hal penting yang ingin di ucapkan kepadamu, aku sudah memberitahu nya untuk menghubungi kamu dalam waktu sepuluh menit lagi."
Ben menaruh handuk basah yang baru saja digunakan nya di ujung tempat tidur, kemudian menatap Lexi yang tampak kesal dengan wajah cemberut. Ben tidak tahu apa yang membuat Lexi menjadi seperti itu, kemungkinan besar dugaan nya adalah karena Alexa.
Ben memiliki pemikirannya sendiri.
"Kesal, apa karena Alexa?" tanyanya.