"Kondisi Ibu memiliki peningkatan yang sangat pesat, semua organ vital dalam keadaan normal. Ibu bisa pulang hari ini, nanti biar suster Hani yang membantu Ibu dalam mengurus kepulangan Ibu."
Saat ini Lexi sedang visit pada salah satu pasien dengan kesehatan yang jauh membaik dari pada sewaktu pasien itu datang ke Rumah Sakit. Sebenarnya, kondisi kesehatan pasien sendiri sudah membaik sejak kemarin.
Akan tetapi, Lexi masih meragukan beberapa pengecekan jadi dia menunda kepulangan pasien. Untuk menghindari adanya hal yang tidak di inginkan dan akan mendapatkan tindakan yang lebih cepat jika pasien berada di Rumah Sakit.
Setelah mengucapkan beberapa patah lagi dengan pasien, Lexi meninggalkan ruang rawat dengan senyuman memberikan kesan ramah dan semakin menambah kecantikannya di pagi hari ini.
Suster yang ikut visit bersama dengan Lexi, menatap perempuan itu dengan tatapan heran. Lexi masih tidak melepaskan senyuman dari wajah cantik nya dan kebahagiaan jelas nampak terpancar dari dalam dirinya saat ini.
Apakah ini adalah efek dari seorang pengantin baru, suster itu sendiri tidak tahu karena dia belum menikah seperti Lexi. Penasaran karena ekspresi itu masih bertahan dalam waktu yang lama, suster tersebut memberanikan diri untuk bertanya kepada Lexi.
"Dokter Lexi terlihat sangat bahagia hari ini, apakah ada hal yang membahagiakan terjadi?" tanya suster dengan suara lembut dan ramah.
Lexi menghentikan langkahnya dan menatap suster yang mengikutinya visit pagi ini dengan wajah terkejut. Dia adalah suster yang Lexi kenal dengan baik dan sering membantunya dalam menangani para pasien semenjak Lexi mengabdikan dirinya di Rumah Sakit tersebut.
Namanya adalah Suster Rani.
Salah satu Suster yang paling Lexi sukai, karena terlihat baik dan ramah. Hal ini tidak hanya terlihat dari luar tetapi juga dari dalam. Tidak ada kebohongan atau pencintraan di dalam semua sikapnya. Apalagi Suster Rani adalah orang yang sangat jujur dan tidak pernah mencari muka terhadap atasannya.
Tidak seperti beberapa orang yang Lexi kenal dan tidak ingin dia ucapkan namanya, karena rasanya lidahnya terlalu mahal untuk menyebutkan betapa bermuka duanya orang-orang itu. Se-bisa mungkin jika Lexi memiliki pasien rawat inap, dia akan meminta Suster Rani yang membantunya dalam merawat setiap pasien nya.
"Apakah terlihat sangat jelas di wajah ku?" Lexi memegang kedua sisi wajahnya memberikan raut terkejut terhadap pertanyaan yang Suster Rani layangkan padanya. Apakah semua terlihat sangat jelas dan terukir di wajahnya saat ini, jika dia sedang dalam suasana hati yang sangat bahagia.
Suster Rani tertawa melihat wajah Lexi yang lucu, perempuan itu menaruh kedua tangannya di sisi wajahnya membuat pipi yang awalnya terlihat sedikit chubby menjadi lebih menonjol. Dia tidak tahu jika Lexi akan memiliki sisi imut seperti ini sebagai seorang dokter.
Sejak Lexi bekerja di Rumah Sakit ini, Suster Rani cukup tahu jika Lexi adalah orang yang sangat pintar dalam menjaga sikap dan citra nya. Baik itu di depan para pasien atau pun sesama rekan kerjanya di bidang kesehatan.
Tapi Suster Rani tidak tampak terkejut meski adalah pertama kali untuknya melihat Lexi seperti ini. Dia sudah menduga sejak lama jika sikap yang Lexi tunjukkan selama ini di Rumah Sakit, bukanlah kepribadian sebenarnya. Lexi hanya menjaga citra nya dengan baik serta bekerja dengan profesional.
Lexi adalah salah satu dari segelintir orang di Rumah Sakit yang tidak suka menonjolkan dirinya. padahal Lexi sendiri memiliki banyak potensi besar dan kemampuan yang mumpuni dalam bekerja sebagai seorang dokter.
Tapi anehnya Lexi tidak suka menunjukkan kelebihannya tersebut dan selalu rendah hati. Membuat Suster Rani kagum dengan sikap yang Lexi ambil. Dia tahu beberapa orang yang memiliki kepribadian seperti Lexi, tetapi itu hanya dapat di hitung menggunakan jari-jarinya.
"Aku tidak tahu jika Dokter Lexi dapat memberikan wajah imut seperti itu," ledek Suster Lexi menggoda Lexi.
Menyadari apa yang baru saja di lakukan nya, sontak saja Lexi langsung menaruh kembali kedua tangannya di sisi tubuh. Tapi karena gerakannya justru malah jadi terlihat canggung di mata orang lain, Lexi memilih untuk memasukkan kedua tangannya di dalam kantung jas dokter yang di gunakan nya saat ini.
"Apa yang Suster Rani bicarakan, aku imut?"
"Ya, Dokter Lexi terlihat imut. Aku tidak pernah melihat ekspresi seperti itu keluar dari wajahmu sebelumnya.
Lexi tidak bisa menyangkal karena Suster Rani sudah melihatnya sendiri menggunakan kedua matanya yang hitam dan besar tersebut. Dia menghela napas panjang sebelum berbicara kembali.
"Karena kamu sudah melihat sisi lain dariku, bisakah kita berhenti memanggil satu sama lain menggunakan gelar. Sudah seharusnya kita menjadi lebih akrab dan menjadi teman bukan."
Lexi sudah lama sekali gatal ingin menghilangkan panggilan formal dengan menggunakan gelar masing-masing ketika tidak ada pasien di sekeliling mereka. Biasanya Lexi hanya akan berbicara layaknya seorang teman kepada Jay seorang dan mungkin hampir semua orang yang bekerja di Rumah Sakit ini tahu tentang hal itu.
Hal ini hanya berlaku untuk Jay semata, karena biasanya Lexi akan memanggil rekan kerjanya yang lain menggunakan gelar masing-masing. Ini menunjukkan jika Lexi hanya akrab dengan Jay dan menganggapnya sebagai seorang teman, berbeda dengan yang lainnya yang hanya sekedar rekan kerja.
Hari ini karena Lexi secara tidak sengaja memberikan ekspresi imut di depan Suster Rani dan Lexi tahu jika Rani adalah orang yang ramah dan baik. Dia rasa Suster Rani adalah orang yang tepat untuk di jadikan sebagai seorang teman perempuan untuknya.
"Bisakah aku memanggil Dokter Lexi dengan panggilan seperti itu."
"Kenapa tidak? Lagi pula bukankah kamu sendiri yang memulainya sejak beberapa bulan lalu. Biasanya kamu akan menggunakan kata Saya ketika berbicara denganku. Namun, sekarang kamu sudah mengubahnya dengan Aku dan Kamu. Meskipun kamu masih menggunakan gelar ketika memanggil ku."
Rani tersenyum semakin lebar, dia ternyata sudah ketahuan oleh Lexi sejak lama. Tidak tahu jika selama ini ternyata Lexi menyadarinya, dia berpikir jika Lexi tidak sadar dan merasa aneh ketika dia mengubah cara berbicara kepada Lexi, meski masih tetap memanggilnya secara formal.
Tapi nyatanya perempuan itu sudah menyadarinya sejak lama, Rani tidak terkejut dengan hal ini. Dia tahu jika Lexi adalah seseorang yang cerdas, jadi sudah pasti dia menyadarinya sejak lama. Rani hanya menunggu hari sampai saat Lexi menegur nya, dia tidak menyangka jika Lexi akan membiarkannya selama berbulan-bulan lamanya dan baru sekarang mengungkapkan keanehan itu.
Bahkan Lexi sendiri sudah mengubah cara berbicara nya tidak lama sejak Rani mengubah cara berbicara nya kepadanya. Seperti Lexi yang ingin berteman dengannya, Rani juga ingin berteman dan menjadi akrab dengan Lexi.