Chereads / Janji Masa Lalu / Chapter 29 - Bab 29 || Efek

Chapter 29 - Bab 29 || Efek

"Baiklah, kita akan berbicara santai mulai sekarang. Tapi jangan menggunakannya ketika berada di depan pasien." Rani menyetujui usulan Lexi dan mulai berbicara seperti layaknya seorang teman kepada Lexi.

Kebetulan keduanya memiliki seusia karena terlahir pada tahun yang sama. Membuat mereka menjadi lebih dekat karena usia yang hanya berjarak beberapa bulan saja. Lexi mengangguk dengan antusias melihat Rani menyetujui ucapannya.

Rasanya sudah lama sekali Lexi tidak memiliki teman perempuan, dia terbiasa bergaul dengan para pria dan lebih memiliki banyak teman pria di bandingkan dengan perempuan. Tentu Lexi juga masih memiliki beberapa teman perempuan, tapi dia tidak memiliki hubungan yang dekat dengan mereka.

Entah kenapa Lexi tidak bisa dekat dengan mereka dan merasa lebih nyaman berteman dengan seorang pria dari pada perempuan. Ben dan Jay adalah salah satu contohnya, mereka dapat menjadi teman yang sangat akrab dan Lexi merasa nyaman berteman dengan keduanya.

Meski Ben dan Lexi berkembang menjadi teman hidup, tetap saja Ben adalah salah satu contoh teman pria terbaik-nya. Lexi bukanlah orang mudah akrab dengan para perempuan, dia sendiri tidak tahu apa alasannya. Namun, yang jelas masalahnya ada di dalam diri Lexi sendiri.

Lexi sangat sadar dan mengerti hal ini.

Namun, Rani berbeda dia adalah perempuan yang memiliki hati murni dan tulus. Jika kebanyakan perempuan yang Lexi kenal kebanyakan bermuka dua dan suka sekali ber-gosip dengan membicarakan orang lain.

Rani berbeda, dia benar-benar seperti seorang biara wati yang sangat menjauhi hal-hal menyesatkan seperti itu. Sangat pas sekali dengan Lexi yang memang tidak suka dengan orang-orang yang suka ber-gosip, salah satu alasan dia tidak suka berteman dengan wanita adalah kegemaran mereka yang suka ber-gosip.

Rani mengangguk mengerti. "Jadi apa yang membuat kamu sangat bahagia di pagi hari seperti ini, tidak biasanya kamu dalam perasaan baik seperti sekarang."

"Tahu dari mana jika di hari biasanya aku tidak bahagia seperti ini?"

"Entahlah, aku sering melihat kamu. Hari ini agak sedikit berbeda, aura yang kamu keluarkan lebih berbeda dari biasanya. Memiliki banyak energi positif."

"Aura, dari mana kamu tahu itu?" tanya Lexi mengerutkan dahi heran tidak mengerti ucapan Rani.

Rani terkejut saat Lexi mengintensipkan nya seperti itu, seperti dia sudah salah berbicara. Melihat keadaan sekitarnya yang tidak terlalu ramai karena hari yang masih pagi. Dia mendekatkan dirinya untuk berbisik kepada Lexi.

"Sebenarnya aku bisa melihat aura seseorang hanya dengan melihatnya secara sekilas saja," jelas Rani dengan suara kecil namun masih dapat di dengar dengan baik oleh Lexi.

"Maksud kamu synesthesia?"

Lexi tahu salah satu gangguan indera yang merupakan kondisi di mana seseorang bisa mendengar warna dan melihat suara. Ada penjelasan medis tentang gangguan indera seperti ini, sebagai seorang dokter tentu Lexi pernah mempelajari hal ini. Meski dia sendiri belum pernah bertemu dengan seseorang yang menderita gangguan ini.

Tidak di sangka jika Rani adalah salah satu orang-orang langka ini atau lebih tepatnya istimewa. Lexi tidak pernah menganggap mereka aneh, menurutnya itu adalah yang istimewa dan terlihat keren. Tapi anehnya Rani menggelengkan dan menganggukkan kepala secara bersamaan, tidak membenarkan tebakan Lexi.

"Bisa di katakan ya atau pun tidak. Karena aku tidak hanya bisa melihat suara atau mendengar warna, tapi juga melihat aura dalam diri setiap orang. Seperti dapat membedakan karakter orang hanya dengan berdasarkan warna aura yang keluar dari tubuh mereka."

"Wow itu menakjubkan."

Rani terkekeh pelan melihat wajah terkejut Lexi, Rani telah sering melihat reaksi orang-orang di sekitarnya ketika dia memberitahu mereka tentang keistimewaan nya tersebut. Lexi bukan satu-satunya orang yang terkejut dengan pernyataannya.

Walaupun Rani tidak memberitahu tentang hal ini kepada banyak orang, tapi orang yang selalu berada di sekitarnya dan dekat dengan Rani tahu tentang hal ini. Dia berpikir jika tidak ada salahnya menambahkan Lexi sebagai seseorang yang tahu tentang hal ini.

Dia tahu seperti apa Lexi, seorang dokter dengan kepribadian yang baik, dewasa, dan menyenangkan. Untuk yang terakhir itu, Rani tidak meyakini jika semua orang akan setuju dengan pendapatnya. Karena kebanyakan orang menganggap Lexi sebagai seseorang yang membosankan.

Tapi tidak dengan Rani, dia tahu seperti apa ramahnya dan baiknya Lexi kepada setiap pasien nya. Meski memang dia akan bersikap berbeda kepada rekan kerjanya di Rumah Sakit, seperti menjaga batasan dan jarak untuk tidak bergaul lebih jauh dengan mereka.

Entah mengapa, semua orang yang Lexi jauhi adalah orang-orang yang mengeluarkan energi buruk. Tentu Rani dapat melihatnya dengan mata telanjang, namun Lexi tidak memiliki mata seperti Rani bukan. Dia sangat mengapresiasi sikap Lexi yang sangat pemilih dalam memilih teman dan kolega. Sebab ini juga Rani ingin berteman baik dengan Lexi.

Sama seperti Lexi, Rani juga tidak terlalu memiliki banyak teman karena kemampuannya dalam melihat aura seseorang hanya dalam satu kali lihat. Dia menjadi orang yang sangat selektif dan tidak merasa nyaman jika harus berteman dengan seseorang yang memiliki aura buruk.

Bukan berarti tidak ada banyak orang dengan aura baik di sekitarnya, hanya saja warna yang dapat Rani lihat terkadang bercampur-campur dan dia tidak dapat memastikan apakah mereka murni adalah orang baik atau tidak.

Berbeda dengan Lexi yang memang memiliki hati tulus dan baik.

"Aku juga menganggapnya seperti itu, kamu masih belum menjawab pertanyaan dariku Lexi?" Rani mengangkat alis memikirkan pertanyaannya yang masih belum terjawab oleh Lexi, karena pembicaraan mereka yang tiba-tiba ter-alihkan dengan keistimewaan yang di miliki oleh Rani. Lexi mendadak excited dan melupakan percakapan mereka sebelumnya.

"Itu karena Ben."

"Apa yang suami kamu lakukan hingga membuat kamu sangat berseri seperti ini, efek pengantin baru?" tanya Rani menggoda.

Lexi tersenyum manis tidak menyangkal ucapan Rani sama sekali.

"Mungkin dapat di katakan seperti itu."

"Aku mendengar jika kalian bersahabat dan sudah mengenal dalam waktu yang sangat lama, apakah masih ada perasaan terkejut ketika kalian tinggal bersama seperti sekarang."

"Dari mana kamu tahu jika aku dan Ben sudah mengenal dalam waktu yang lama?"

Lexi memang tidak menyembunyikan kedekatan nya dengan Ben sebelumnya, banyak rekan kerjanya yang sering melihat Ben menjemput Lexi di Rumah Sakit. Berita pernikahan Lexi dan Ben tidak mengejutkan banyak orang, seperti mereka semua sudah menduga jika hal tersebut memang akan terjadi dalam waktu cepat atau lambat.

Tapi meski begitu Lexi tidak pernah mengatakan jika dia dan Ben adalah sahabatnya yang sudah mengenal dalam waktu yang sangat lama. Dia tidak pernah membahas atau pun menjelaskan hal ini kepada siapapun itu yang bekerja di Rumah Sakit, hanya Jay yang tahu tentang ini.

Tunggu Jay?

"Jay yang memberitahu aku."