"Lexi, apa aku menyakiti perasaan kamu. Ada yang salah dengan kata-kata ku barusan."
Ben tidak mengerti kenapa Lexi tiba-tiba memasang wajah menyedihkan seperti sekarang, tidak ada yang salah dengan ucapannya barusan atau Ben tidak sadar dengan yang dia ucapkan. Mata yang awalnya berkaca-kaca itu mulai meneteskan air mata, membuat Ben panik seketika melihat sang Istri menangis.
"…Hei kenapa harus menangis."
"Tidak ada, hanya saja aku terharu dengan ucapan kamu barusan."
"Dari mana ucapan mengharukan itu berasal, apakah aku mengatakannya?"
Lexi tertawa mendengar reaksi Ben yang polos dan tidak mengerti, harus Lexi akui jika pengalaman Ben terhadap seorang perempuan memang sangatlah minim. Tidak dapat dia bayangkan akan seperti apa jadinya, saat Ben harus berinteraksi dengan perempuan yang di sukai olehnya.
Sejenak Lexi melupakan jika selama hidupnya, Ben hanya dekat dengan dirinya. Bukan berarti Ben tidak mengenal perempuan, tentu saja dia mengenal banyak perempuan. Dengan pekerjaan yang mengharuskan nya berhubungan dengan banyak orang, banyak di antara mereka adalah seorang perempuan.
Lexi bahkan sangat yakin jika ada banyak sekali orang yang menyukai Ben, baik itu secara diam-diam atau terang-terangan. Mungkin kolega nya dalam bekerja, rekan bisnis, juga karyawan seperti Alexa.
Alexa hanyalah segelintir dari sekian banyaknya orang yang mengagumi ketampanan, kekuasaan, dan kekayaan yang Ben miliki. Entah kenapa mengingat hal ini, Lexi tanpa sadar menjadi sangat bangga dengan dirinya karena berhasil mengambil alih hati Ben dari sekian banyaknya perempuan yang ingin memiliki hati Ben.
Rasa terharu nya perlahan meluap, meski sisa-sisa air mata yang membekas di pelupuk matanya masih belum mengering. Saat ini Ben sedang membantunya untuk menyeka wajah Lexi, menghilangkan nya dari bekas air mata. Lexi dapat merasakan kepanikan dan kekhawatiran Ben dari caranya menatap Lexi saat ini.
Pria ini.
"Ya, ucapan kamu barusan membuat hatiku tersentuh. Aku tidak tahu jika kamu bisa mengatakan kata-kata manis seperti itu."
"Kata-kata yang barusan aku katakan padamu manis? Kamu menyukai nya?" Ben bertanya dengan raut wajah kebingungan.
Lexi mengangguk membenarkan, padahal ketika mereka belum menikah seperti sekarang. Ben sangat jarang mengeluarkan kata-kata manis seperti itu. Lexi bahkan tidak ingat, kapan terakhir kali pria itu mengatakan kalimat semacam itu kepadanya.
Mungkin satu atau dua tahun yang lalu, ketika Lexi akan pergi untuk mengabdi di salah satu daerah terpencil. Tahu jika Lexi akan tidak akan kembali dalam waktu yang lama. Waktu itu Ben banyak memberikan pesan kepadanya dan memberitahu Lexi untuk tidak selalu lupa menghubungi nya setiap hari, meski itu hanya berupa pesan teks sederhana.
Yang jelas Ben meminta Lexi untuk mengirimkan kabar kepadanya dengan cara apapun. Setelah itu Ben mengucapkan beberapa kata manis sebagai salam perpisahan dengan Lexi, berbeda dengan sekarang di mana Lexi sangat terharu mendengar perkataan Ben.
Waktu Lexi sama sekali tidak memiliki kesan terharu dan justru ingin menendang bokong Ben dengan keras. Karena setiap kata yang di katakan nya membuat Lexi serasa ingin muntah, mereka tidak pernah mengucapkan kata seperti itu kepada satu sama lain. Sehingga Lexi tidak terbiasa dengannya dan membuat bulu kuduk nya mendadak merinding dengan ucapan manis Ben.
"Aku suka dengan itu, tapi jangan mengatakannya terlalu sering. Aku masih tidak terbiasa dengan itu, khawatir jika aku akan muntah sewaktu-waktu jika kamu terus mengatakannya."
Keduanya tidak terbiasa dalam hal saling memuji dan memberikan kata-kata manis, seperti yang Ben lakukan tadi. Telinga Lexi terasa sangat mengelikkan ketika mendengar hal ini untuk pertama kalinya keluar dari mulut Ben.
Meski Ben adalah suaminya sekarang, tapi hal ini tidak mengubah jika Ben adalah sahabat Lexi sejak lama. Mereka terbiasa saling mengejek satu sama lain dan bertengkar akan hal kecil, seperti contohnya memilih menu makanan.
Tapi sekarang, hal itu jarang sekali terjadi dan bahkan tidak pernah lagi Lexi rasakan. Ya, sekarang dia sadar jika Ben lebih banyak mengalah dari pada sebelum mereka menikah. Pria itu akan mau mengalah kepada Lexi, meski dia adalah seorang perempuan.
Ben mengatakan jika kesetaraan gender itu berlaku dan bukankah para perempuan sendiri yang selalu mengemukakan hal tersebut. Maka Ben hanya ingin membantu para perempuan untuk mendapatkan kesetaraan itu dengan melakukannya kepada Lexi.
Bayangkan saja jika teman yang biasanya selalu memiliki pemikiran yang berbeda dengannya dan mereka sering kali bertengkar karena hal-hal sepele. Sekarang menjadi pasangan dan harus tinggal di rumah yang sama, tapi semua bayangan yang ada di pikiran Lexi sebelum menikah dengan Ben sama sekali tidak terjadi.
Dia berpikir jika Ben akan selalu menjadi Ben yang dia kenal, di mana dia bahkan akan mempermasalahkan hal kecil seperti memilih menu makanan dan mereka akan berakhir dengan melakukan suit. Agar pertengkaran tidak terus terjadi dan semuanya menjadi adil.
Sekarang, Ben selalu mendengarkan semua ucapan Lexi dan tidak pernah membantahnya lagi seperti sebelum keduanya menikah. Bahkan Ben berani mengucapkan kata-kata manis kepada Lexi sekarang, pria yang telah menjadi suami Lexi tersebut benar-benar sudah berubah banyak.
Dan Lexi baru saja menyadarinya hari ini, kenapa dia tidak menyadarinya sejak lama. Apakah dia bodoh sehingga tidak tahu tentang perubahan Ben tersebut. Entahlah, Lexi seperti merasa jika dirinya sudah di guna-guna atau di beri pelet oleh Ben, hingga dia tidak pernah sadar dengan perbedaan yang ada di dalam diri Ben. Terutama sikapnya yang sering mengalah dan tidak pernah mendebat Lexi.
"Ben, aku merasa jika sekarang kamu banyak berubah sejak kita menikah. Apakah hanya aku yang menyadarinya secara terlambat atau kamu memang memainkan peran dengan sangat baik di depan ku?" tanya Lexi dengan mata penuh selidik.
"Apa yang kamu bicarakan? aku berakting? Lexi kamu pikir aku adalah seorang aktor, hingga harus memainkan peran ketika berada di depan kamu."
"Ya, kamu memang memainkan peran dengan sangat baik."
Kenapa semuanya menjadi seperti ini, Ben menjadi bingung dengan perubahan sikap Lexi kepadanya hanya dalam hitungan menit. Baru saja perempuan itu mengatakan jika ucapan Ben sangat manis dan membuatnya terharu.
Namun, sekarang dia tiba-tiba marah karena menduga jika Ben memainkan peran di depannya. Membuat Ben menatap bodoh istrinya yang sedang menatap kesal ke arah nya. Ben tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang wanita, kenapa mereka memiliki perasaan yang sangat mudah berubah-ubah dalam waktu yang cepat.
Padahal Ben merasa dia tidak melakukan banyak hal dan hanya berbicara secara tulus dari dalam hatinya. Tapi Lexi menganggapnya lain dan malah menduga nya yang tidak-tidak, apakah ini karena pengalaman Ben dalam mengenal perempuan sangat minim. Sehingga dia tidak terlalu mengerti dengan jalan pikiran para perempuan, terutama Lexi yang bahkan telah di kenal nya dalam waktu belasan tahun.
Membuat Ben menjadi sakit kepala saja.