"Oke, sekarang berhenti makan lollipop itu. aku akan menghubungi Jay, jadi jangan makan lagi atau kamu benar-benar akan sakit gigi karena terlalu banyak makan-makanan manis Lexi."
"Kamu akan membantu aku berbicara dengan Jay, jadi aku tidak harus menghabiskan semua lollipop yang Jay berikan kepadaku."
Refleks Lexi mengeluarkan lollipop dari dalam mulutnya, menatap Ben dengan mata berbinar. Seperti seorang anak anjing yang baru mendapatkan mainan baru, membuat Ben tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mengusap kepala Lexi dengan gemas.
Rasanya Lexi benar-benar seperti seorang peliharaan yang sangat di sayangi oleh Ben, pria yang sudah menjadi suaminya tersebut bahkan melanjutkan nya dengan menjatuhkan tangannya yang baru saja mengusap kepala Lexi. Dengan mencubit kedua sisi wajah Lexi dengan keras.
"Kenapa kamu selalu terlihat menggemaskan seperti ini Lexi, rasanya seperti aku ingin memakan kamu lalu, hap!"
"Ben, aku ini istri kamu bukan hewan peliharaan," delik Lexi kesal.
"Memang bukan, kamu yang mengatakannya sendiri aku tidak pernah mengatakannya."
"…"
"Berhenti cemberut seperti itu karena akan mengurangi kadar kecantikan di wajah kamu, sekarang aku akan menghubungi Jay jadi diamlah untuk sesaat."
Ben menarikan jarinya di atas layar ponsel dan menghubungi Jay, panggilan tersebut tidak langsung di jawab oleh Jay dan Ben harus menunggu selama beberapa saat hingga pria itu mengangkat panggilan dari Ben.
Lexi ikut menunggu bersama dengan Ben, hingga panggilan tersebut di angkat oleh Jay. Beruntung tidak membutuhkan waktu lama bagi Jay untuk mengangkat panggilan dari Ben. Suara bass khas dari Jay keluar dari ponsel milik Ben.
"Halo Ben," jawab Jay di seberang sana.
"Halo Jay, kamu sedang bekerja sekarang?"
"Tidak, jika kamu lupa aku memiliki jadwal yang sama dengan Lexi. Seharusnya sekarang Lexi ada di rumah bersama dengan kamu bukan."
"Oh ya, aku lupa tentang itu. Ya, Lexi ada bersama denganku."
"Hei Ben, apakah Lexi sudah menghabiskan lollipop nya."
Ben menggunakan mode speaker hingga Lexi yang berada di sebelah nya dapat mendengarkan suara Jay dengan sangat jelas. Perempuan itu memutar bola matanya malas sambil mendengus kesal.
"Jay kebetulan sekali kamu membahasnya, aku ingin berbicara tentang lollipop yang kamu berikan kepada Lexi. Dia tidak dapat menghabiskan nya karena giginya mulai terasa sakit akibat terlalu banyak memakan makanan manis."
Lexi menatap Ben dan akan melayangkan protes akan kebohongan yang Ben katakan. Karena pada nyatanya Lexi baik-baik saja dan tidak merasakan sakit sama sekali. Dia memang banyak memakan lollipop, tetapi hal ini tidak sampai membuat gigi nya menjadi sakit.
Ben menghentikan ucapan Lexi, menaruh jari telunjuk nya di depan bibir. Lexi protes dengan menggerakkan mulutnya seolah mengatakan kata 'kenapa'. Tapi Ben tidak menjawab pertanyaannya, pria itu justru tersenyum manis pada Lexi.
"Benarkah dia sakit." Suara Ben terdengar sedikit berbeda di bandingkan sebelumnya, terdengar seperti seseorang yang merasa khawatir saat mendengar Lexi sakit.
Lexi menatap Ben yang tersenyum penuh arti, seperti sudah menduga jika reaksi yang akan Jay berikan. Terkadang Lexi merasa jika Ben dan Jay memiliki hubungan yang lebih dekat dari pada yang dia kira.
Padahal Lexi adalah orang yang lebih lama mengenal Jay di bandingkan dengan Ben, mereka berdua saling mengenal saja karena Lexi. Jadi bagaimana bisa Ben memahami seperti apa emosi Jay, dia bahkan dapat menduga seperti apa reaksi yang Jay berikan.
Lexi sendiri bahkan tidak bisa memahami emosi Jay, meski mereka sudah mengenal dalam waktu yang lama dan bekerja di tempat yang sama. Entah memang karena Ben memiliki sifat kepekaan yang hebat hingga dapat memahami sifat seseorang dalam waktu yang cepat atau memang Lexi yang terlalu bodoh dalam hal ini.
Terkadang Lexi berpikir jika Ben memiliki gelar ganda sebagai seorang psikolog dalam bisnis. Pria itu memiliki kemampuan dalam banyak hal, hingga Lexi berpikir jika Ben memiliki IQ yang tinggi, bahkan lebih pintar dari Lexi.
"Ya, dia sakit karena terlalu banyak makan lollipop yang kamu berikan kepadanya. Tapi dia tidak ingin berhenti memakannya, karena Lexi sudah berjanji kepadamu untuk menghabiskan nya agar kamu memaafkan nya."
"Dia mengatakan hal itu?" tanya Jay terdengar semakin cemas.
"Ya. Jay, bisakah kamu menghentikan Lexi untuk berhenti makan. Besok Lexi masih harus bekerja, tidak mungkin bukan jika dia harus terus bekerja dalam keadaan sakit."
"Bisa aku berbicara dengan Lexi, Ben. Dia bersama dengan kamu bukan?"
"Ya, Lexi ada di sebelah ku. Berbicaralah dia mendengarkan kamu."
Suara Jay sempat terhenti selama beberapa saat, membuat Lexi yang menunggu ucapan Jay mengernyitkan dahi heran. Dia menatap Ben dengan penuh harap, tapi Ben hanya menganggukkan kepada dan memintanya menunggu.
Selama beberapa saat, terdengar suara Jay memanggil Lexi.
"Lexi…"
"Ya?"
"Apa benar kamu sakit?"
Mendengar itu Lexi mencoba mengubah suaranya menjadi lebih serak dan berbicara dengan pelan. Berakting menjadi orang yang benar-benar sakit, demi meyakinkan Jay. "Gigi ku mulai terasa sakit, Jay maaf jika aku lebih banyak diam karena aku tidak dapat berbicara banyak. Kamu tahu bagaimana rasanya sakit gigi bukan."
"Lexi, kamu dapat berhenti makan lollipop itu, jangan makan lagi. Kamu dapat memberikannya kepada Ben atau orang lain, jika perlu buang saja. Jangan sampai sakit, bagaimana ketika besok kita bekerja. Aku tidak memiliki teman bergosip nanti."
Lexi menahan tawa, dia merasa lucu dan kesal secara bersamaan. Bagaimana bisa dia masih memikirkan teman bergosip dalam keadaan Lexi yang sedang sakit, meski itu hanya sebuah kebohongan. Tapi tetap saja Lexi merasa kesal.
Di sisi lain Lexi juga merasa senang karena dia dapat berhenti memakan lollipop, mulutnya sudah merasa pegal karena terus mengunyah lollipop sedari pagi. Entah sudah berapa banyak dia makan lollipop, Lexi bahkan tidak dapat menghitungnya.
"Benarkah aku dapat berhenti makan sekarang dan kamu memaafkan aku."
"Aku serius berhenti makanlah sekarang, jangan sampai sakit."
"Jay, terima kasih," jawab Lexi lirih.
Lexi berdiri dari sebelah Ben melompat kesenangan dengan mulut tidak mengeluarkan suara. Perempuan itu berselebrasi gembira tanpa mengeluarkan suara, karena ponsel Ben yang masih tersambung dengan Jay.
"Jay, terima kasih. Lexi akan berhenti makan lollipop. Dia akan makan obat sakit gigi sekarang, agar besok dapat bekerja lagi."
"Ya, Ben jangan biarkan dia sakit. Aku akan merasa kesepian jika Lexi tidak banyak berbicara ketika bekerja besok. Hanya dia teman asyik yang dapat di ajak berbicara tentang segala hal."
"Aku akan memberitahu nya, kalau begitu aku tutup Jay."
"Ya."
"…"
Lexi duduk kembali di sebelah Ben, menengok ponsel milik suaminya dan memastikan jika panggilan mereka berdua sudah berakhir. "Apakah sudah selesai?"
Ben mengangguk sambil tersenyum manis, membenarkan ucapan Lexi.
"YES!"