"CEPAT GANTI BAJU KALIAN!" teriak Ben keras.
Lexi awalnya masih sibuk dengan pikirannya sendiri dan terdiam sadar dengan suara teriakan Ben. Tidak tahu sejak kapan Ben sudah berada di depannya memasang badan, untuk menghalangi pandangan Lexi agar tidak melihat keadaan para anak laki-laki yang berada di dalam kelas. Sedang berganti baju dengan terburu-buru setelah mendengar teriakan dari Ben.
Tanpa sadar Lexi menjadi sangat gugup berada di depan Ben seperti ini, dengan tubuh yang hanya memakai celana olahraga dan baju yang ada di tangan. Lexi dapat mencium bau keringat Ben setelah olahraga dalam jarak yang se-dekat ini.
Tapi anehnya, Lexi sama sekali tidak risih atau pun merasa terganggu dengan bau badan Ben setelah berolahraga. Entah apa yang terjadi kepadanya, hingga Lexi tidak bisa berkata-kata dan hanya diam menurut pada Ben untuk tidak melihat bagian dalam kelas.
Ben menatap wajah Lexi yang memerah malu sambil menatap pada tubuh bagian atasnya yang telanjang. Ben membuka matanya lebar setelah menyadari jika dirinya masih belum berpakaian dan berdiri di depan Lexi dengan badan telanjang.
Ada beberapa keringat yang menetas di bagian tubuhnya tanpa Ben sadari, membuat dia ingin memakai pakaiannya segera. Tapi Ben tidak bisa melakukannya sekarang, karena teman kelasnya masih belum menyelesaikan aktivitas ganti baju mereka.
Jika Ben memilih memakai baju dan membuat Lexi melihat ke dalam kelas, Ben malah akan lebih menyesali hal ini karena sudah membuat mata Lexi yang polos menjadi kotor dengan pemandangan tidak pantas seperti itu.
Meski Ben sendiri sadar jika dia tidak pantas untuk mengucapkan hal tersebut, karena dia berdiri di depan Lexi seperti sekarang. Jadi sepertinya mata Lexi tetap akan ternoda dan tidak akan menjadi suci lagi.
"Ek-hm, Lexi kenapa kamu datang ke sini dan tidak menunggu aku di depan kelas kamu saja seperti biasanya," tegur Ben.
"Ben, aku tidak tahu kalau kamu ternyata punya abs." Lexi masih memandangi tubuh gagah Ben yang ada di matanya sekarang, tanpa menghiraukan pertanyaan Ben sama sekali.
"Lexi, aku sedang berbicara kepadamu dan juga—." Ben mengambil baju olahraga yang beberapa saat lalu di gunakan nya untuk menutupi tubuhnya dari tatapan Lexi.
"Jangan terus menatap tubuhku seperti itu," sambung Ben.
Lexi mengangkat matanya setelah Ben menutupi tubuhnya dengan baju menggunakan salah satu tangan. Walaupun usahanya tersebut tidak sepenuhnya dapat menutupi tubuh Ben yang gagah, tapi Lexi jadi tidak bisa melihat abs milik pria itu kembali.
"Lagi pula kenapa kamu tidak segera memakai baju, sih."
Lexi mengangkat mendongak untuk melihat wajah Ben, tubuh pria itu yang lebih tinggi dari Lexi memaksanya untuk mengangkat mata ketika berbicara dengannya dalam jarak yang dekat seperti ini. Membuat Lexi terkadang mengeluh karena lehernya seringkali sakit, setelah berbicara dengan Ben dengan cara seperti ini.
"Aku tadi baru saja mau ganti baju, tapi kamu sudah keburu datang ke sini."
"Ya sudah cepat ganti baju sana."
"…Sebentar" Ben memeriksa para teman laki-laki nya yang sudah menyelesaikan ganti baju mereka di dalam kelas.
Setelah memastikan jika semua orang sudah berganti baju, Ben menyingkirkan sedikit tubuhnya pintu kelas. Lexi dapat melihat kembali keadaan kelas yang kembali normal dan tidak ada lagi pemandangan yang menggoda iman seperti sebelumnya.
"Balik badan," suruh Ben.
"Kenapa harus balik badan?" tanya Lexi heran.
"Sekarang aku yang mau ganti baju, cepat balik badan dan jangan berdiri di depan kelas seperti ini. Mereka semua akan segera keluar." Ben menunjuk teman satu kelasnya yang sudah siap keluar dengan tas di punggung mereka.
"Cepat sana."
"Iya bawel." Lexi menyentak kakinya kesal, berdiri menjauh dari pintu sesuai dengan yang Ben katakan. Lexi juga menuruti ucapan Ben untuk tidak melihat ke kelas karena pria itu akan berganti baju di dalam.
***
"Aku suka dengan kamarnya."
Jelas saja Lexi menyukai kamar itu, karena Ben membuatnya tidak terlalu berbeda dengan kamar Lexi yang ada di rumah kedua orang tuanya. Malah dapat di katakan jika kamar itu sangat mirip dengan kamarnya yang lama.
Bahkan sampai penataan barang-barang di dalamnya saja sama persis. Lexi tidak menyangka jika selama ini Ben akan sangat memperhatikan kamarnya hingga ke hal kecil sekalipun, seperti meletakkan keranjang baju kotor.
"Aku tidak tahu jika kamu akan se-memperhatikan hal ini di dalam kamar ku. Ben, apa kamu pernah mengambil gambar kamar ku, tempat ini terlihat sangat persis dan tidak memiliki banyak perbedaan. Selain adanya barang-barang kamu di sini."
"Ya, aku memang mengambil gambar kamar kamu dulu tanpa se-pengetahuan kamu," ujar Ben dengan senyum manisnya tanpa perasaan bersalah.
Ben sudah sangat sering keluar masuk kamarnya, itu sudah menjadi kebiasaan pria itu sejak lama dan Lexi sendiri memang tidak pernah melarangnya. Hanya saja karena Lexi sering sibuk di Rumah Sakit dan jarang pulang ke rumah, dia tidak pernah tahu jika Ben ternyata masih sering datang berkunjung ke rumahnya bahkan tanpa adanya Lexi di rumah.
Padahal setahu Lexi pria itu juga cukup sibuk di kantor, Ben juga tidak pernah mengatakan apapun kepada Lexi saat pria itu datang berkunjung ke rumah. Sebab inilah Lexi tidak tahu-menahu persoalan Ben yang datang ke rumah dan mengambil gambar di dalam kamarnya.
"Sejak kapan kamu jadi suka menyelinap masuk ke dalam kamar seorang wanita, Ben."
"Tidak ada kata menyelinap, aku masuk atas izin dari Mamah," tukas Ben.
"Tapi tanpa se-pengetahuan dan izin dari sang pemilik kamar."
Ben mengabaikan Lexi dan memilih untuk duduk di atas ranjang besar yang ada di sana. "Kemari lah duduk di sebelah ku." Ben menepuk sisi kosong di sebelah nya meminta Lexi untuk duduk di sana.
Meski Lexi sendiri merasa kesal, karena Ben suka menyelinap masuk ke dalam kamarnya tanpa se-pengetahuan dirinya. Dia tetap menuruti Ben dan duduk di sebelah pria itu, Ben langsung merangkul Lexi dan membawa Lexi ke dalam pelukan nya yang hangat.
"Gak usah peluk-peluk aku." Lexi berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan Ben, tapi apa daya tenaga Ben jauh lebih besar di bandingkan dengan Lexi yang lemah. Rasanya tenaga yang Lexi keluarkan untuk terlepas dari pelukan Ben, sama seperti halnya seekor semut yang sedang mencoba melarikan dari hewan tenggiling.
"Diamlah sebentar, aku ingin merasakan seperti apa rasanya di peluk dengan istriku sendiri."
Lexi terdiam dan membiarkan Ben memeluknya tanpa memberikan perlawanan kembali, setelah mendengar ucapannya. "Kamu `kan juga sering memeluk aku sebelumnya, memang nya apa yang berbeda."
"Jelas saja berbeda, status kita berdua yang membedakan perasaan pelukan yang kamu berikan ketika kita masih menjadi sahabat dengan sekarang ketika kamu sudah resmi menjadi istri aku."