'MasyaAllah dia begitu cantik,' gumam batin Rifki melihat Naura mengenakan kebaya putih tulang dengan riasan tipis di wajahnya.
"Rif, semua sudah siap ayo segera di mulai saja," perintah Rini.
"Baik kalau begitu," balas Rifki.
Semua keluarga sudah berkumpul di rumah Rifki dengan gagahnya dia mengucapkan ijab qabul.
"Bagaimana para saksi sah?" tanya penghulu.
"Sah..." ucap hadirin yang datang.
"Alhamdulillah, Al fatihah."
Raut wajah bahagia terpancar dari Rini dan juga Fitri namun ada kecanggungan antara ketiga manusia yang berkutat dengan pemikiran mereka sendiri.
Rifki yang merasa menang karena Naura memilihnya, tapi Naura justru merasa tak nyaman berdekatan dengannya berbanding terbalik jika bersama Kevin meskipun orangnya suka ceplas-ceplos tapi Kevin dapat mengambil hati Naura dengan candaannya yang tak membuat Naura bosan.
Kevin sendiri merasa berada di antara dua manusia yang sama-sama tak menginginkan kehadirannya.
Semua tamu undangan telah pulang menyisakan dua keluarga saja yang tersisa. Merasa lelah karena sedari tadi berdiri melayani tamu undangan yang hadir Naura duduk sejenak, netranya menangkap sosok Kevin yang terlihat tak bersemangat. Naura ingin sekali mendekatinya namun tertahan karena tiba-tiba Rini mertuanya terlebih dulu menghampiri Kevin.
"Kevin, kamu kenapa nak?" tanya Rini melihat Kevin yang sedikit berbeda.
"Tak apa kok Ma, hanya sedikit lelah saja," balas Kevin tangannya tak henti-hentinya mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jarinya.
"Kalau ada masalah kamu bisa kok cerita sama mama ataupun Naura dia sekarang sudah jadi kakak ipar kamu," ucap Rini.
"Iya Ma, pasti itu. Kevin ke atas dulu ya Ma, mau istirahat," sahut Kevin beralasan ingin menghindar dari Naura.
"Kenapa sayang apa kau memikirkan sesuatu?" tanya Rifki bukannya tidak tahu tapi memang sengaja berpura-pura untuk tidak tahu apapun.
"Gak ada Mas," ucap Naura menunduk.
"Kita pergi besok honeymoon apa kau mau?" tanya Rifki.
"Tapi Mas aku masih ada tanggungan sama kuliah bagaimana ini?" tanya Naura.
"Akan aku bereskan nanti sama dosennya langsung kamu cukup bersiap-siap saja oke," balas Rifki membuatnya mau tidak mau harus menerima keputusan Rifki.
"Apa kau keberatan?" tanya Rifki.
"Tidak, tentu saja tidak."
"Baiklah kalau begitu kita berangkat besok pagi ke Bali apa kau mau?" sela Rifki.
Naura hanya mengangguk pasrah.
"Alhamdulillah, Zahra punya Mama baru sekarang," ucap Zahra tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut.
"Kamu dari mana aja Zahra kok baru kelihatan?" tanya Naura.
"Tadi Zahra sakit perut jadi ke toilet sebentar Ma," ucap Zahra.
"Jaga Zahra baik-baik ya nak!" pesan Fitri pada Naura putrinya.
"Rawat dia seperti Mama rawat kamu," lanjutnya.
"InsyaAllah Ma," balas Naura.
"Kalian tinggal di sini kan nantinya?" tanya Rini.
Naura memandang Rifki.
"Nanti kami pindah Ma, biar aku cari rumah dulu yang cocok dan gak jauh dari kampus serta sekolah Zahra nantinya," balas Rifki.
"Eoh baiklah jika itu keputusanmu, Mama pikir kalian akan tetap mau di sini sampai nanti kan Mama jadi gak kesepian jika ada Naura dan Zahra," ujar Rini.
"Nanti kami akan sering-sering ke sini kok Ma, jadi gak usah khawatir," ucap Rifki.
"Baiklah, sekarang ganti bajunya nak acara sudah selesai kalian bisa istirahat."
"Kalau begitu aku pamit dulu ya Rin," ucap Fitri.
"Loh kok buru-buru kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Rini.
"Gak usah nanti malah merepotkan dan lagi besok Naura kan mau pergi sama Rifki," balas Fitri.
"Nak Kevin tolong antarkan Tante Fitri pulang ke rumah nak," pinta Rini.
"Iya Ma sebentar Kevin ganti baju dulu ya," sahut Kevin masuk ke kamarnya dan berganti pakaian.
***
"Alhamdulillah sudah sampai, makasih ya nak Kevin," ucap Fitri.
"Tante bolehkah saya nanya ke Tante soal Naura?" tanya Kevin.
"Boleh nak ada apa ya?" Fitri balik bertanya pada Kevin.
"Apa Naura bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Kevin.
"Entahlah nak Tante kurang tahu pastinya karena kemarin sempat bilang ke Tante bahwa dia ragu dengan pernikahan ini. Tapi jika untuk mundur rasanya juga tidak mungkin karena Mamamu juga sudah menggantungkan nasib cucu sama anaknya pada Naura. Mamamu memasrahkan segala urusan mereka pada Naura jadi mau tidak mau Naura menerima pernikahan ini," papar Fitri.
"Jadi naura---"
"Benar nak, dia sudah tahu bagaimana sebenarnya kakakmu, Mama kamu memintanya untuk merubah sikap dan perilaku kakakmu pelan-pelan."
"Kenapa Tante tak melarang Naura sebelum mengambil keputusan terlalu jauh?" tanya Kevin.
"Karena Mama kamu Kevin dia tak ingin mengecewakan harapannya, tadinya Tante juga bahagia ketika kakakmu melamar Naura namun setelah Rini Mama kamu bercerita Tante jadi ragu dan segala keputusan itu Tante serahkan sepenuhnya pada naura."
"Maafkan Mama Tante karena sudah terlalu jauh melebihi batasnya. Kevin sendiri sebenarnya tidak ikhlas melepas Naura jika ternyata di tidak bahagia nantinya dengan kakakku," sela Kevin menyesal kenapa tak dari awal dia melarang pernikahan kakaknya.
"Sudahlah semua sudah terjadi kita doakan saja agar dia bisa segera merubah sikap kakakmu dan bisa bahagia bersamanya. Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk saat ini kevin."
"Tante benar," ucap Kevin.
"Tante masuk dulu ya, makasih sudah anter Tante dengan selamat sampai rumah. Tante yakin kamu pasti mendapatkan yang terbaik untukmu nanti," ucap Fitri.
"Aamiin, makasih Tante."
"Hati-hati ya jangan ngebut. Assalamualaikum," pamit Fitri.
"Waalaikumussalam."
Kevin kembali melajukan mobilnya tapi bukan pulang melainkan pergi ke tempat sahabatnya Rizal.
"Kenapa tampang elo bro kok kusam banget?" Rizal melempar bantal ke wajah Kevin.
"Naura udah resmi jadi ipar gue Zal," sela Kevin.
"Apa? Kapan Vin kok aku gak dapet undangan darinya ya?" tanya Rizal bingung.
"Bagaimana mau dapat orang yang diundang hanya sak RT dan keluarga besar saja."
"Sudahlah pasti ada kok yang lebih baik darinya nanti," hibur Rizal.
"Entahlah Zal kadang hati kalau dah mentok susah move on," urai Kevin.
"Hem kalau sudah bucin susah memang yaa," ujar Rizal.
"Aku nginap sini ya, boleh kan?" tanya Kevin.
"Ya elo kayak di rumah siapa aja, biasanya juga kalau mau tidur di sini gak bilang-bilang tahu-tahu udah pagi aja. Bener gak?" tanya Rizal.
"Dah sana pindah ke kamarku saja hari ini bebas kok adikku gak ke mari soalnya lagi UTS jadi gak diperbolehkan nyokap ke sini takutnya dia hanya main game saja tanpa belajar," urai Rizal.
Kevin dengan segera masuk ke kamar Rizal menghempaskan tubuhnya di ranjang milik Rizal, lelah terasa membuatnya segera terlelap dalam mimpi.
***
"Apa semua keperluan kita sudah kau bereskan semuanya?" tanya Rifki menatap koper yang ada di kamarnya.
"Sudah semaunya Mas," balas Naura.
"Besok kita berangkat jam 5 pagi jadi bersiaplah jangan sampai kita terlambat."
"Baiklah," balas Naura singkat kemudian berlalu ke kamar mandi namun baru di depan pintu Rifki sudah kembali memanggilnya.
"Naura, bolehkah aku---"
"Apa Mas, apa Mas Rifki membutuhkan sesuatu?" tanya Naura.
'Gadis ini kurang peka?' batin Rifki berujar sendiri.
"Bolehkah aku memintanya malam ini?"
"-----"