"Astaga Rahma, bisakah kau tidak mengagetkanku seperti ini?" Rifki kesal melihat adik iparnya tiba-tiba menutup matanya sementara dia tengah berjalan bersama Naura membuatnya hampir terjatuh dan masuk dalam selokan kecil di tepi trotoar.
"Maaf mas," ujar Rahma kesal biasanya Rifki akan selalu balas mengerjai jika dia usil padanya namun sekarang dia marah kesal padanya membuatnya jengkel pada Rifki.
Naura hanya bisa memperhatikan dua orang yang sedang bertengkar kecil ala Rifki dan Rahma sama halnya dengan Dony suami Rahma.
Naura memegang lengan Rifki ketika Rahma menatapnya penuh selidik karena faktanya Naura lebih cantik dari kakaknya sayangnya dia sudah pergi selepas melahirkan Zahra.
"Pantas saja kamu mau nikah lagi mas, istri kamu lebih cantik dari kakakku," ucap Rahma.
"Dia bukan hanya untukku tapi juga untuk keponakanmu Rahma, Zahra lebih membutuhkan sosoknya karena aku dan juga mama gak bisa menemaninya 1× 24 jam kamu harus ingat itu," sambar Rifki.
"Terserah apa katamu saja mas, ayo sayang kita pergi. Aku duluan mas," ucap Rahma.
"Kami pergi dulu mas, mbak," pamit Dony. Rifki dan Naura hanya mengangguk Dony pun cepat-cepat jalan menyusul Rahma yang sudah pergi duluan.
"Maafkan dia ya Ra, tampaknya dia gak mau kalau posisi kakaknya digantikan olehmu," ucap Rifki.
"Aku tahu mas, dan sudah juga harus sadar diri dengan ini," balas Naura.
"Apa kau menyesal sekarang?" tanya Rifki memandang Naura tanpa berkedip.
"Tidak ada yang harus disesali, semua sudah takdirNya dan kita hanya perlu menjalankan apa yang seharusnya kita lakukan," sela Naura.
Rifki tersenyum menatap Naura.
"Inilah alasannya kenapa aku mau menikah denganmu selain cantik kau bisa berpikir lebih dewasa," seloroh Rifki.
"Ayo," Rifki menggandeng tangan Naura menyusuri jalan Ngurah Rai Rifki akan mengajaknya makan malam sekaligus menemui sahabatnya di sana.
"Apa kau capek? Mau aku gendong," tanya Rifki. Mendengar itu membuat Naura merona, "Tidak perlu aku masih kuat jalan."
Sesampainya di restoran Naura memesan beberapa macam menu makanan. Rifki membiarkannya memesan apapun yang dia mau.
"Hai Ton," sapa Rifki pada Toni sahabatnya yang sudah lama mengelola restoran ini sejak lama.
"Hai Rif, tumben kau ke sini," tanya Toni melirik sepintas pada Naura dan menunjuknya dengan kepalanya Rifki pun langsung membalas pertanyaan Toni.
"Dia istriku," ucap Rifki santai.
Toni tercengang mendengar ucapan Rifki. "Benarkah? Bukankah kau sudah menikah dengan---"
"Dia sudah pergi, lebih tepatnya meninggal setelah melahirkan putriku 3 tahunan yang lalu."
"Maafkan aku, aku sungguh tak tahu akan hal itu," ucap Toni.
Rifki mengangguk, "Semua sudah berlalu Ton, aku bersyukur bisa mendapatkannya karena awalnya adikku juga suka padanya?" bisik Rifki pada akhir kalimatnya.
Toni yang mendengarnya pun terhenyak lantas kenapa dia menyerobot juga pacar adiknya, pikir Toni.
"Kamu gak punya perasaan Rif pacar adik sendiri diembat!" seru Toni kesal.
"Kevin pasti sangat terluka?" lanjutnya.
Rifki hanya mengedikkan bahunya, "Ya gimana lagi Ton, anakku Zahra juga lebih membutuhkannya daripada Kevin. Ya, mau tidak mau dia harus ngalah juga demi keponakan dan juga kakaknya."
"Brarti kamu ke sini---???"
"Ya begitulah, niatku ke sini ajak dia honeymoon," balas Rifki.
"Tuh dicariin, sepertinya dia sudah selesai dari toilet," ujar Toni menunjuk Naura.
"Aku balik dulu yaa," ucap Rifki melangkah meninggalkan Toni yang masih terdiam mematung.
'Sepertinya aku kenal,' ucap batin Toni.
"Apa sudah selesai, kita balik ke hotel yuk kita naik taxi aja pulang biar kamu ajak terlalu capek nanti," seru Rifki.
"Baiklah," sahut Naura.
****
"Vin, kamu baik-baik saja kan?" tanya Rizal yang khawatir dengannya.
"It's oke. Yusuf mana?" tanya Kevin mencari sosoknya.
"Dia belum keluar masih diperiksa."
"Apa perlu menghubungi Mamamu?" tanya Rizal karena bagaimanapun dia bertanggung jawab karena telah mengajak Kevin pergi dan hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Tak perlu aku tak ingin buat mama khawatir lagian juga mas Rifki gak di rumah pasti sibuk dia urus keponakan kecilku zahra."
"Tumben pemikirannya dewasa sekali?" ujar Rizal memuji Kevin.
Kevin hanya dapat mengurai senyumnya ternyata dia selalu kalah cepat dengan kakaknya Rifki atau mungkin lebih tepatnya selalu mengalah karena apapun yang dia mau pada akhirnya tak pernah dia dapatkan terlebih dulu.
Yusuf keluar dengan kursi roda kakinya patah karena terjepit di tengah, entah karena kurang hati-hati dalam mengemudi Rizal sendiri sangat menyesalkan kejadian ini karena dirinya kedua temannya ikut kena imbasnya.
"Apa kau mau menghubungi keluargamu?" tanya Rizal pada Yusuf.
"Aku sudah menghubungi adikku biar nanti jemput aku di sini, kalian gimana?" tanya Yusuf menatap Rizal dan Kevin bergantian.
"Aku ke rumahmu dulu ya Zal, biar kondisiku fit dulu aku baru pulang," ucap Kevin, Rizal yang tahu alasannya kenapa pun tak mau mempersoalkannya menolong Kevin lebih baik daripada temannya kembali terluka.
"Kenapa gak sekalian balik Vin, kalau mama kamu tahu dia pasti khawatir banget loh," celetuk Yusuf bertanya-tanya.
"Sudahlah gak masalah kok dia ke rumahku dulu toh nyokap sama bokap lagi gak di rumah hanya ada mbok Narti saja di sana."
"Kita tunggu kamu di jemput dulu ya,setelah itu baru kita pulang," sela Rizal menatap Yusuf.
Dari arah berlawanan dari tempat duduk, Yumna berlari mencari kakaknya Yusuf. Nampaknya dia begitu khawatir dengan keadaan kakaknya 2 jam yang lalu dia dikabari oleh pihak rumah sakit bahwa Yusuf kakaknya mengalami kecelakaan tanpa menunggu lama dia bergegas menuju ke rumah sakit ini.
"Mas, gimana keadaanya?" tanya Yumna yang langsung datang menghampiri Yusuf.
"Alhamdulillah baik-baik saja. Ke sini dengan siapa? Apa mama sudah tahu kejadian ini?" tanya Yusuf.
Yumna mengangguk, "Jangan khawatir mama gak marah tapi khawatir anaknya yang ganteng luka ini luka parah."
"Kenalin ini Kevin dan Rizal teman kakak satu kampus."
Kevin dan Rizal mengulurkan tangannya dan Yumna menyambutnya dengan senang hati secara kedua teman kakaknya 'cakep' ujar batin Yumna.
"Apa sudah boleh pulang?" tanya Yumna pada Yusuf.
"Tentu saja, ayo kalian ikut kami saja biar kita antar ke rumah Rizal," ucap Yusuf.
Kedua lelaki tampan itupun mengangguk setuju. Selama perjalanan mengantar ke rumah Rizal tidak henti-hentinya Yumna melirik Kevin melalui kaca mobilnya. Yumna mengangumi sosok Kevin meskipun dalam keadaan banyak luka tapi tak mengurangi kadar ketampanannya.
"Sudah sampai, makasih ya bro sama kamu Na, makasih banyak sudah anter kita dengan selamat. Maaf ya Suf niat camping malah jadi tragedi yang tak mengenakan hati."
"Sudahlah Zal toh ini semua terjadi juga bukan karena keinginan kita. Kalau dah sehat kita agendakan lagi pergi ke sana," sela Yusuf pada kedua sahabatnya itu.
"Aku diajak ya Mas," Yumna menyela pembicaraan kaum adam tersebut.
"Emang kamu mau? Biasanya perempuan itu lebih suka nge-mall daripada camping!" ujar Rizal yang nampaknya menaruh hati pada adiknya Yusuf.
Kevin merasa sedang diperhatikan oleh Yumna tapi lagi-lagi dia cuek karena dia tahu temannya Rizal sepertinya juga menaruh hati pada gadis tersebut, mungkin Kevin melihat dari naluri sesama laki-laki karena sedari tadi tanpa sengaja Kevin melihat Rizal memperhatikan Yumna tanpa henti.
"Aku balik yaa, Assalamualaikum," ucap Yusuf berpamitan.
"Waalaikumussalam," balas bersamaan.
Setelah Yusuf meninggalkan mereka berdua, Rizal berbicara pada Kevin.
"Kayaknya Yumna suka deh sama kamu."
"Kok bisa padahal sedari tadi kamu curi-curi perhatian kan sama dia?" sambar kevin membuat kedua laki-laki ini terkekeh bersamaan.
***
Naura keluar dari kamar mandi dengan menggunakan lingerie tipis transparan.
Dia tidak menyangka jika semua baju tidur yang dia bawa adalah pakaian sexy dan dia tak mengetahui siapa yang menaruh semua itu.
"Apa kau sengaja menggodaku?"