Pagi jam 10 Naura dan Rifki telah sampai di Bali dan langsung menuju hotel tempatnya menginap beberapa hari ke depan. Karena jetlag yang dirasakan Naura akhirnya tubuhnya tumbang di ranjang hotel.
Sudah semalam tak bisa tidur karena rasa khawatir yang mendera perihal malam pertamanya dengan Rifki sebab Naura tak memiliki pengalaman tentang hal ini membuatnya takut dan tak tidur semalaman.
"Apa kau terlalu lelah? Padahal semalam kita tak melakukan apa-apa," gumam Rifki duduk bersandar di ranjang menikmati wajah cantik istrinya.
Bosan di kamar sendirian Rifki memilih pergi ke luar sendiri berjalan menyusuri pantai hingga manik matanya melihat sosok yang dikenalnya.
"Hai, sedang apa kau di sini?" tanya Rifki pada Rahma adik iparnya.
"Mas Rifki, wah bisa bertemu di sini ya. Aku sama suami aku mas tapi dia masih di luar lagi parkir mobil," balas Rahma menatap Rifki penuh minat.
"Kau sudah menikah? Dengan siapa kenapa aku tak di undang?" Rifki penasaran.
"Nanti mas Rifki juga tahu sendiri, btw mas Rifki gak nikah lagi?" Rahma balik bertanya.
"Aku baru saja menikah Rahma dan ini ke Bali juga acara honeymoon," balas Rifki membuat Rahma terkejut.
"Benarkah? Siapa yang berhasil meluluhkan hati kakakku ini?" tanya Rahma.
"Yang pasti wanita cantik ya," tukas Rifki.
Rahma cemberut mendengar penuturan Rifki.
"Apakah dia lebih cantik dari kakakku?" tanya Rahma sedikit penasaran.
"Tentu dan juga masih sangat muda," balas Rifki.
"Baiklah aku kembali ke kamarku, nomormu masih yang lama kan? Nanti aku hubungi kamu kita bertemu dan ku kenalkan dia padamu," pamit Rifki.
"Baiklah sampai nanti," ucap Rahma.
Rifki berbalik menuju kamarnya, dilihatnya Naura masih setia dengan bantalnya, Rifki yang gemas pun tak dapat menahan sikap jahilnya pada Naura.
Cup.
"Bangun sayang apa kau akan terus seperti ini?" tanya Rifki menatap wajah cantik Naura.
Naura menggeliat dia lupa jika sekarang ada laki-laki di sampingnya.
Naura perlahan membuka matanya dan terhenyak melihat Rifki sudah ada di depannya dengan senyum yang belum pernah dilihat sebelumnya.
"Maafkan aku mas, kepalaku sakit sekali," ujar Naura.
"Apa sekarang masih sakit?" tanya Rifki cemas dengan keadaan istrinya, Naura hanya mengangguk pasrah.
"Apa kau tak pernah melakukan perjalanan jauh sebelumnya?"
"Belum pernah sejauh ini," balas Naura memejamkan kedua matanya karena Rifki menatapnya lekat dan hampir tak ada jarak aroma nafas mint dari Rifki begitu menggoda membuat Naura berpikir liar.
"Hei, tatap aku Naura," pinta Rifki.
Rifki semakin mendekatkan dirinya, cup Rifki mendaratkan ciumannya di bibir Naura kemudian melumatnya dengan perlahan. Naura terdiam bingung apa yang harus dia lakukan karena ini adalah pengalaman pertama baginya.
Lama kelamaan ciuman Rifki semakin menuntut dan penuh hasrat belum pernah dia merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
"Kau manis sekali Naura," gumam Rifki dengan suara serak yang menggoda.
Rifki melepas jilbab yang terpasang menyesap leher jenjang Naura yang putih memberikan tanda kepemilikan di sana. Naura hanya dapat melenguh karena ini adalah pertama kali untuknya sedangkan Rifki mungkin sudah bolak-balik bermain dengan wanita.
Ponsel Rifki bergetar dengan kesal Rifki melihat siapa yang menelponnya padahal dirinya sudah bicara pada Dania untuk tidak mengganggu acaranya di Bali.
Rahma calling...
"Mas, nanti malam ada acara gak? Kita keluar yuk cuci mata siapa tahu ada sesuatu yang cocok lalu kita beli,"
"Aku sibuk Rahma dan mungkin lain kali saja ya, nanti malam aku mau jalan dengan istriku. Bye,"
Rifki mendadak kesal kenapa harus bertemu dengan Rahma lagi di saat seperti ini.
"Ada apa mas?" tanya Naura melihat Rifki kesal tentu saja membuatnya sedikit takut.
"Gak apa-apa, hanya sedikit kesal adik dari istriku yang dulu ternyata juga sedang ada di Bali bareng suaminya. Dia mengajakku ke luar malam ini, tapi aku menolaknya."
"Kenapa mas, bukankah bisa menyambung silaturahmi?" sela Naura.
"Kamu tidak tahu seperti apa dia Naura, sudah lupakan lebih baik kita pikirkan diri sendiri daripada mikirin orang lain," balas Rifki.
"Bersiaplah kita jalan-jalan ya, nanti setelah makan malam siapkan energi untukku Naura, aku menginginkanmu," bisik Rifki menatap Naura lekat-lekat.
***
"Kamu mau ke mana nak kok bawa-bawa ransel segala?" tanya Rini melihat anak bungsunya menggendong ransel dan juga memakai jaket tebal.
"Kevin mau camping ma sama teman-teman kampus," balas Kevin seraya menarik tali sepatunya.
"Kok mendadak kenapa gak bilang dari awal jika mau pergi?" sela Rini.
"Maaf ma, Kevin juga tadinya gak ingin berangkat tapi Rizal dan yang lain terus saja mengejar Kevin biar ikutan pergi alhasil ya sekarang Kevin mau pergi ma," papar Kevin.
"Trus mama ditinggal sendirian gitu?" protes Rini.
"Loh kan ada Zahra cucu mama, simbok dan mang Ujang juga di sini."
"Udah ma Kevin pergi ya, hati-hati di rumah. Assalamualaikum," pamit Kevin keluar di pintu gerbang teman-temannya sudah menunggunya.
"Bro, kok lama sekali?" tanya Rizal.
"Biasa nyokap gak kasih ijin keluar harus pake wejangan dulu biasanya bener gak Vin?" canda Yusuf.
"Ah kamu tahu aja jadi malu," balas Kevin nyengir.
"Di mana-mana yang namanya ortu pasti begitu lah bro aku juga kalau gak bilang keluar bareng lo semua gak bakalan dikasih ijin sama nyokap. Tahu sendiri aku anak satu-satunya jadi mereka over protective kadang berasa gak bebas kalau diatur-atur," seru Rizal.
"Masih enakan sendiri berasa gak ada saingan bro aku sama Yumna begh! Tiap hari bagai tom n Jerry gak pernah akur walau semenit," sambar Yusuf.
"Adikmu cantik begitu kau anggap seperti tikus?" Kevin menepuk jidatnya perlahan.
"Iya lah itu anak bikin kesal trus setiap hari, apalagi kalau dah bahas K-Pop bareng temannya seharian dia bakalan betah," sahut Yusuf.
"Beruntung ya kalian semua pada punya saudara dan juga meskipun saling berantem tapi sebenarnya kalian saling sayang," ucap Kevin.
"Lah kamu kan juga punya saudara itu kakakmu Rifki dah ada anak juga bisa jadi teman curhat apalagi jika istrinya care sama kita," sahut Yusuf.
Rizal yang mendengarnya langsung memukul lengan Yusuf karena melihat perubahan pada Kevin yang datar.
"Eh iya sorry bro bukan maksud---"
"Iya aku tahu kok Suf, harusnya sih begitu aku bisa akrab dengan kakak ipar ku sendiri. Tapi jika dia adalah wanita yang aku cintai apa aku bisa melewati ini semua, rasanya pengen lari yang jauh gitu bro," ucap kevin pelan.
"Aku yakin kau bisa mengalahkan ego mu itu bro, semangat! Menggapai puncak Merapi saja kau bisa masa hanya karena seorang wanita kau jadi merasa menderita semangatlah!" seloroh Rizal menepuk bahu Kevin, dia tersenyum menoleh Rizal tersenyum kecil.
"Oppsss awas bro di depan!" teriak Yusuf.
Brakk!!!