Suara alunan musik menyapa indra pendengaran seorang gadis berusia 18 tahun yang masih mengenakan seragam sekolahan. Pakaian putih abu-abu itu menjadi pusat perhatian hampir seluruh pengunjung cafe di pagi hari ini. Tentu saja, mengingat seharusnya di jam-jam seperti ini anak sekolah sudah berada di dalam kelas mereka. Namun, gadis itu malah berkeliaran dengan santainya dan pakaian yang juga tidak bisa di bilang rapi.
Namanya Keiyona Daneen, gadis itu kerap di panggil dengan sapaan Kei. Kebiasaannya memang seperti ini. Ia suka meninggalkan kelas dan berkeliaran di saat mata pelajarannya berlangsung. Hidup di tengah-tengah ibu kota yang elite dan ramai membuatnya merasa bodoh amat dengan sekitar. Tidak sekali pun Kei merasa risih dengan tatapan mereka yang tertuju padanya. Ia lebih memilih tidak peduli.
"Coffee latte satu."
Seorang pelayan di cafe itu pun langsung menyiapkan pesanan Keiyona. Selang beberapa menit, akhirnya pesanannya telah siap. Keiyona pun segera membayar tagihannya, lalu pergi meninggalkan area cafe. Di saat Keiyona sedang berjalan menuju ke parkiran mobil, ia dapat melihat seorang pria tampan yang sedang memperhatikan mobil miliknya. Rasa kesal pun mulai menghampiri Keiyona ketika pria asing itu memegang bagian depan mobilnya, tak ketinggalan kaca spion di samping kemudi.
"Hey!"
Pria asing itu tampak sangat terkejut mendengar suara teriakan Keiyona yang memang cukup keras. Ia pun melangkah mundur beberapa langkah dengan ekspresi kalemnya.
"Jangan sentuh mobil gue!" Pekik Keiyona lagi dengan eskpresi kesal.
Pria itu tampak menganggukkan kepalanya, lalu berencana untuk meninggalkan Keiyona seorang diri di parkiran mobil. Namun, rencana pria itu di gagalkan dengan teriakan heboh Keiyona yang sudah sangat di wanti-wanti olehnya.
"Lo apain mobil gue?!" Teriaknya yang bahkan Keiyona hampir menjatuhkan coffee latte yang baru ia pesan.
Pria itu tampak menghela napas dengan kasar. Bisa-bisanya di pagi hari seperti ini ia berhadapan dengan sosok monster gila seperti seorang gadis yang ada di dekatnya saat ini.
"Saya tidak sengaja menabraknya." Jawabnya dengan tenang, tanpa ada nada ketakutan sedikit pun.
Keiyona menggeram marah. "Tidak sengaja lo bilang?" Ketusnya yang kemudian memilih menghampiri si pria asing itu.
"Dengar ya om, mobil saya ini bukan sembarangan mobil. Dari penampilan om saya tahu anda memiliki banyak uang. Sebagai gantinya, om harus ganti rugi sebesar ini." Katanya sembari mengangkat tangan kanannya dan memerkan kelima jarinya, tepat di depan wajah pria itu.
"50 ribu maksud kamu?"
"What?! Jangan anda pikir saya bercanda ya?" Pekik Keiyona yang merasa frustasi menghadapi modelan pria tampan yang ada di hadapannya saat ini.
Well, Keiyona tidak buta. Pria ini memang tampan, ralat bahkan sangat tampan. Lagi, sebenarnya tidak bisa di bilang dengan panggilan om-om juga karena wajahnya masih ketat dan mungkin hanya berbeda 5 tahun saja darinya. Mungkin? Keiyona juga tidak tahu pasti.
"Gue enggak mau tahu pokoknya harus di transfer 50 juta!" Katanya menegaskan membuat pria itu juga tampak terkejut mendengarnya.
50 juta? Yang benar saja!
Ia hanya menyenggol sedikit bagian depan mobil Keiyona yang bahkan hanya tergores sedikit saja dan bagian spion yang juga tergores tidak parah. Bagaimana bisa perbaikan sekecil itu di hargai dengan 50 juta?
"Baik, kalau begitu saya lebih memilih untuk merawatnya sendiri." Jawab pria itu yang membuat Keiyona menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Enggak bisa. Gue enggak kenal sama om dan lagi gue paling enggak suka barang yang gue pakai di pegang sama orang lain." Kata Keiyona kembali menegaskan.
Sebenarnya ini juga salah satu akal-akalan Keiyona agar ia bisa mendapat uang saku bulan ini. Apalagi ia sudah seminggu belum mendapat transferan dari kedua orang tuanya yang kejam baginya. Jadi, kesempatan seperti ini tidak akan ia lewatkan begitu saja. Melihat juga dari penampilan pria di hadapannya yang tampak seperti pria tampan yang kaya raya.
"Kalau begitu saya tidak akan bertanggung jawab." Katanya dengan santai yang hendak kembali melangkah, namun Keiyona langsung mencengkal lengan pria asing itu.
"Om enggak bisa kabur begitu aja!"
Pria itu langsung menghempaskan lengan Keiyona. Tak lupa ia juga menyemprotnya dengan hand sanitizer dan membersihkannya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa di saku celananya.
Keiyona melotot melihat apa yang baru saja terjadi di depan matanya sendiri. Om-om itu pikir tangannya bervirus?!
"Om gue--"
"Saya tetap tidak akan bertanggung jawab. Tadinya saya ingin meminta maaf dan memberikan setidaknya sedikit uang sebagai pertanggung jawaban saya yang sudah menyenggol mobil kamu. Tapi melihat sikap tidak sopan kamu yang seperti ini, saya tidak bisa mentoleransikannya lagi." Katanya dengan penuh kesabaran menghadapi Keiyona yang bertingkah seperti anak-anak.
"Kok jadi om yang sewot? Disini gue korbannya!"
"Ya benar, tapi saya juga tidak sengaja. Kalau kamu mau, saya akan merawat mobil ini. Kalau tidak mau, tolong jangan buang waktu saya yang berharga." Katanya dengan penuh penegasan membuat Keiyona bahkan sampai membuka mulutnya, merasa tidak percaya dengan apa yang ia hadapi saat ini.
"Om pikir cuman om doang yang buang-buang waktu? Gue juga harus ke sekolah." Kata Keiyona tidak mau kalah.
Pria itu melirik arlojinya sekilas, lalu menatap Keiyona dengan tatapan menyebalkan.
"Well, kamu memang tidak niat untuk ke sekolah. Kamu anak kemarin sore kalau tidak ingin saya laporkan ke sekolah kamu, sekarang lebih baik menghilang dari pandangan saya."
"Lo ngeselin ya om. Udah enggak mau tanggung jawab lagi. Pokoknya gue enggak akan pergi sebelum om ganti rugi!" Katanya tetap kekeuh.
"Saya sudah cukup sabar ya menghadapi kamu!"
Keiyona tersentak kaget ketika pria itu menaikkan nada bicaranya yang membuatnya sampai harus membelalakkan matanya.
"Pertama, kamu sudah tidak sopan dengan kata-katamu. Lo? Gue? Kamu memang tidak pernah di ajarkan bagaimana berbicara sopan dengan orang yang lebih tua ya? Lagi, dari perkiraan saya umur kita hanya terpaut 6 tahun. Jadi, saya bukan om-om!"
Glek.
Bisa-bisanya Keiyona merasa tersudutkan. Ia juga tidak berani unjuk suara melihat pancaran mata dari pria itu yang juga tampak kesal terhadap dirinya.
"Om, tapi gue--"
"Stop panggil saya om! Saya bukan om kamu!"
Sial, Keiyona kehabisan kata-kata. Kalau seperti ini, ia bisa kehilangan uang sakunya.
"Oke, bapak. Kalau begitu saya minta nomor anda saja untuk memastikan kalau anda tidak lari dari masalah ini." Kata Keiyona yang kembali membuat pria itu menggeram kesal.
"Panggil saya Clay! Itu nama saya." Katanya membuat Keiyona entah bagaimana merasa lucu.
Keiyona bahkan terkekeh geli melihat warna muka pria itu yang sudah memerah saking kesalnya.
"Baiklah, jadi nomor anda berapa?"
"Hubungi saya seperlunya." Kata pria yang bernama Clay sembari memberikan kartu nama miliknya.
Tanpa berbasa-basi lagi, pria itu pergi meninggalkan Keiyona seorang diri.
"Benar dugaan gue, dia orang kaya." Gumam Keiyona dengan senyuman liciknya.
***