Jadi, kamu siapanya Clayton?"
Sebuah pertanyaan sudah langsung menyambut indra pendengaran Keiyona yang baru saja duduk di dalam sebuah ruangan.
"Gue harus jawab apa?" tanyanya dalam hati pada diri sendiri.
Laki-laki tampan yang duduk di kursi singgasananya menatap Keiyona, seolah menunggu jawaban yang akan dilontarkan olehnya. Keiyona harus segera menjawabnya.
"Saya tetangganya, pak." jawab Keiyona memilih untuk berkata jujur saja.
Memang benarkan? Keiyona adalah tetangganya Clayton.
"Seingat saya, Clayton baru pindah rumah. Berarti kamu tetangga barunya ya?" tanya laki-laki itu lagi yang masih ingin tahu hubungan yang ada di antara Clayton dan Keiyona.
Keiyona mengangguk singkat. "Iya, pak." jawabnya.
"Ah, saya tidak setua itu. Panggil aja Aiden." kata laki-laki yang ada di hadapannya ini memperkenalkan diri.
"Saya Keiyona." kata Keiyona ikut memperkenalkan dirinya.
"Saya tahu, Clay udah mengenalkannya." kata Aiden.
Mengenalkannya? Oh, mungkin maksudnya Clayton sudah memberitahu pada Aiden ini untuk membantu Keiyona di bengkel yang memang miliknya. Memang Clayton sangat bisa diandalkan dalam situasi genting seperti saat ini. Kalau saja Keiyona tidak menghubungi Clayton, maka ia akan di cap sebagai penipu dan juga menjadi gelandangan mendadak.
Keiyona memilih untuk tidak mengeluarkan suaranya. Ia mengamati are sekitarnya dimana ruangan itu tampak hening dan hanya ada mereka berdua di dalamnya. Sebuah papan nama yang terletak tepat di atas meja kerja laki-laki tampan yang memiliki nama Aiden membuat Keiyona mengernyitkan keningnya heran.
Aiden Stein.
Sebuah nama singkat dengan marga belakang yang tidak asing bagi Keiyona. Keiyona pernah mendengar atau pun melihat marga belakang Stein, tapi dimana? Dengan sigap, Keiyona langsung mengambil sebuah kartu nama yang ia simpan di saku celananya dan membaca sebuah nama panjang di atas kertas kecil itu.
Clayton Regan Stein.
Benarkan apa yang Keiyona katakan. Ia tidak asing dengan nama belakang Stein karena ternyata Clayton memang memiliki nama belakang itu. Namun, Aiden juga memiliki nama belakang yang sama dengan milik Clayton.
Aiden Stein.
Sama bukan? Tentu saja hal ini membuat Keiyona merasa sangat penasaran. Apa mungkin laki-laki yang ada di hadapannya saat ini adalah saudara kandungnya Clayton? Kalau memang benar, sungguh berarti keluarga Clayton bukanlah orang yang sembarangan. Mengingat bengkel yang Keiyona tempati saat ini adalah bengkel yang cukup besar dan ramai pengunjung, juga hanya terlihat mobil-mobil mewah yang diperbaiki disini, termasuk juga mobil miliknya.
"Ada yang salah?" tanya Aiden yang sedari tadi memperhatikan gelagat Keiyona yang tampak kebingungan.
"Anda saudara kandung dari Regal?" tanya Keiyona merasa penasaran akan fakta yang satu ini.
Aiden mengernyitkan keningnya heran. "Regal?" tanyanya untuk meyakinkan kalau Aiden tidak salah mendengar.
Astaga, bisa-bisanya Keiyona lupa akan nama Clayton. Pikirnya.
"Maksud saya, Clayton."
Tak lama kemudian, Aiden mendadak tertawa dengan renyah mengingat Clayton dipanggil dengan panggilan Regal. Aiden masih sangat ingat sebuah cerita kalau dulu saat ibunya Clayton mengandung, ibunya suka sekali ngemil biskuit regal. Bahkan sampai ngidam biskuit itu setiap hari, itulah mengapa nama Clayton ada unsur Regalnya, namun dibuat menjadi Regan.
"Ternyata ada yang sadar juga ya dengan nama Regan. Kamu benar, biskuit regal emang sangat enak." katanya sembari tertawa.
"Lo juga suka biskuit regal?!" pekik Keiyona dengan refleks, namun Keiyona langsung membekap mulutnya sendiri.
Keiyona merutuki dirinya yang berbicara terlalu santai kepada pemilik bengkel besar ini. Bisa-bisanya Keiyona kelepasan seperti ini. Jika sama Clayton, Keiyona sama sekali tidak peduli karena mereka juga memiliki masa lalu yang tidak terlalu enak untuk diingat kembali. Namun, ini sama orang yang baru Keiyona jumpai hari ini dan juga bersikap baik adanya. Seharusnya Keiyona juga bisa menjaga cara berbicaranya.
"Enggak perlu sungkan, kalau lo mau lebih baik kita berbicara santai aja. Gimana?" kata Aiden mengikuti gaya berbicaranya Keiyona.
Keiyona pun dapat bernapas dengan lega. "Syukurlah, habisnya sih Regal kaku banget kayak pakaian dalam baru." celetuk Keiyona yang kembali membuat Aiden mampu tertawa kembali.
"Lo ini asyik ya. Kayaknya cocok nih sama Clay yang kaku." kata Aiden pula.
"Enggak mau gue. Pacarnya nyeremin." celetuk Keiyona yang sama sekali tidak merasa canggung karena Aiden juga terlihat seperti mudah bergaul dengannya.
"Sih Vanya maksud lo?"
"Gue enggak tahu namanya, tapi gue enggak suka." kata Keiyona menimpali.
"Lo udah pernah ketemu sama Vanya?"
Keiyona mengangguk singkat. "Tadi di mall." jawabnya.
"Lo aja yang baru ketemu udah enggak suka. Apalagi gue, eneg lihatnya." kata Aiden memberitahu.
"Gitu-gitu juga kakak ipar lo." kata Keiyona.
Aiden menggelengkan kepalanya elegan. "Gue sepupu Clay. Bokapnya dia abangnya bokap gue." kata Aiden memberitahu.
"Ya, tetap ajakan kakak ipar lo?" kata Keiyona lagi.
"Kenapa enggak lo aja? Kayaknya bakal asyik kalau punya kakak ipar modelan gini." kata Aiden setengah bercanda sembari mengedipkan sebelah matanya.
Keiyona tertawa renyah, mengikuti gaya tawaannya Aiden.
"Cantik." gumam Aiden yang dapat di dengar oleh Keiyona.
Keiyona dengan rasa kepercayaan tingginya langsung mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan dan menjadi lebih dekat lagi dengan Aiden yang hanya berbatasan sebuah meja kerja milik Aiden.
"Kayaknya gue lebih tertarik deh sama lo, Den." kata Keiyona dengan nada suara yang berbeda.
Aiden sendiri langsung tertegun melihat keberanian Keiyona yang sepertinya seorang pemain. Aiden akui, Keiyona memang wanita yang cantik dan juga bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya secepat ini. Terlihat dari cara berbicara Keiyona dan tingkah lakunya ketika Aiden mempersilakan Keiyona untuk berbicara santai terhadapnya.
"Mau dicoba?"
Ceklek.
Keduanya langsung menjauhkan diri ketika sebuah pintu mendadak terbuka, tanpa ada peringatan sebelumnya. Disana sudah berdiri tubuh tegapnya Clayton yang masih sempat menangkap adegan yang terlalu dekat bagi Clayton. Dimana Keiyona sedikit lebih dekat dengan sepupunya Aiden dan Aiden juga ikut mendekatkan diri.
Pemandangan apa yang Clayton lihat barusan? Pikirnya.
"Bukannya lo ada meeting?" tanya Aiden sembari mengangkat alisnya sebelah melihat kehadiran Clayton yang lebih cepat tiba di bengkelnya, diluar dari dugaan Aiden.
"Udah kelar." jawab Clayton sembari berdiri di sisi meja kerjanya Aiden.
"Cepat banget. Biasanya juga lo yang paling perfeksionis." celetuk Aiden.
Clayton mengeluarkan kartu hitam miliknya dan memberikannya pada Aiden.
"Ambil untuk bayaran perbaikan mobil dia." kata Clayton pada Aiden.
Aiden menatap kartu hitam milik Clayton sekilas, lalu melirik pada Keiyona yangs sedang menatap Clayton.
"Enggak perlu."
Clayton mengernyitkan keningnya heran. "Lo yang paling suka uang." kata Clayton dengan bahasa santainya dan untuk pertama kalinya Keiyona mendengar Clayton berbicara seperti itu.
"Kayaknya gue bakal sering-sering ke rumah lo, Clay." kata Aiden yang menatap Keiyona lama, Clayton pun mengikuti arah pandang Aiden yang tampak nakal di matanya.
"Aiden." peringat Clayton pada Aiden.
"Lo serius?" tanya Keiyona pula dengan ekspresi polosnya.
"Why not? Lo duluan yang mulai."
"Alright! Entar malam gue--"
"Shut up!"
Keiyona langsung mengatupkan bibirnya mendengar bentakan Clayton secara tiba-tiba, begitu pun Aiden yang sudah langsung menoleh pada sepupunya itu.
"Gue enggak pernah nerima tamu dan untuk kamu. Jangan menggoda sepupu saya." kata Clayton dengan ekspresi datarnya.
"Saya menggoda bapak?" tanya Keiyona pada Aiden.
Aiden membalasnya dengan gelengan kepala.
"Lihat? Gue enggak menggoda Aiden!" tegas Keiyona pada Clayton.
Clayton dengan memaksa langsung memberikan kartu hitamnya pada Aiden dan mau tidak mau Aiden menerimanya karena kalau tidak, Aiden tidak akan bisa mendapat bantuan dari Clayton lagi. Mengingat hanya Clayton sumber uang dan bantuan bagi Aiden.
"Kita pulang."
***