Seperti yang sudah di duga oleh guru-guru di Cambridge International High School, Keiyona pasti tidak masuk ke dalam kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Benar saja, terbukti ini sudah akan menyambut jam istirahat yang pertama dan tidak satu menit pun Keiyona berada di kelasnya. Keiyona saat ini sedang berada di rooftop sekolahnya, menikmati angin sepoi-sepoi dan matahari pagi yang sudah berada di atas sana, menyinari seluruh tubuhnya.
Seperti dugaan Jason, Keiyona pasti sedang berada di rooftop saat ini.
"Kenapa lo enggak masuk kelas?" tanya Jason kepada teman dekatnya itu, melihat Keiyona yang terlihat bersantai ria tanpa beban.
Kelihatan dari raut wajah Keiyona yang terlihat datar, sepertinya Keiyona sedang kesal saat ini.
"Bukan urusan lo." kata Keiyona sembari membuang napas kasar.
"Kalau lo enggak niat ke sekolah, lebih baik pulang aja. Enggak ada gunanya jugakan lo disini?" kata Jason kepada Keiyona.
"Banyak tanya lo. Udah kayak wartawan." ucap Keiyona kelihatan semakin kesal dengan Jason karena pertanyaan Jason kepadanya.
"Tapi--"
"Shut up, Jason!" cetus Keiyona kepada Jason dan hanya kata kata itu yang keluar dari mulut Keiyona.
Kring... Kring... Kring...
Terdengar suara lonceng bel sekolah menandakan jam istirahat telah usai, dan memulai pelajaran selanjutnya.
Jason langsung beranjak pergi meninggalkan Keiyona sendirian. Ia tidak berani mengajak Keiyona berbicara lagi karena Keiyona sudah terlihat sangat kesal kepada Jason. Akan tetapi, Jason kelihatan bingung antara mengajak Keiyona kembali atau membiarkannya sendirian di rooftop sekolah mereka.
Jason menghentikan jalannya, sembari menoleh ke arah Keiyona dan berjalan kembali menghampiri Keiyona.
"Lo beneran enggak masuk kelas? Lo tadi di cari sama sir." kata Jason kembali membujuk Keiyona, mengingat memang tadi di kelas Guru mereka menanyakan keberadaan Keiyona.
"Gue peduli?"
"Ayolah Kei, kita udah kelas 12. Sebentar lagi kita udah tamat. Setelah ini terserah lo, lo mau lanjut kuliah atau enggak." kata Jason lagi yang masih berusaha membujuk Keiyona agar Keiyona ikut dengannya masuk ke dalam kelas.
"Jason ada benarnya juga. Walau gue malas banget masuk kelas, setidaknya gue harus tetap hadir biar enggak absen." gumam Keiyona, mengingat kasus Keiyona dengan para guru di sekolah mereka yang terbilang cukup banyak.
Jason melambaikan tangannya tepat di depan wajah Keiyona yang sedang melamun. "Gimana Kei?" Jason kembali menanyakannya kepada Keiyona.
Lamunan Keiyona pun buyar seketika. "Alright." ucap Keiyona sembari menghembuskan napasnya dengan kasar.
***
Setibanya di kelas, semua pandangan mata tertuju kepada Jason dan juga Keiyona. Tetapi pandangan mereka semua lebih fokus kepada Keiyona, termasuk seorang guru separuh baya yang berjenis kelamin laki-laki.
"Dari mana saja kamu Keiyona Daneen?" tanya gurunya itu dengan tatapan tajam.
Keiyona sejenak terdiam karena ia merasa malas hanya untuk menjawab pertanyaan dari gurunya itu.
"Keiyona Daneen!"
Keiyona tersentak karena mendengar suara guru yang mengajar terdengar lumayan keras dan tegas. Sebenarnya tidak hanya Keiyona saja yang tersentak. Tetapi, seluruh siswa/i yang berada di ruangan kelas itu.
"Saya dari UKS, sir." jawab Keiyona dengan gugup.
Yaps, Keiyona sedikit merasa gugup sekali berhadapan dengan guru yang satu ini. Karena guru yang satu ini terkenal killer di Cambrige International High School dan termasuk guru yang sangat kejam juga tegas.
"Ngapain kamu di UKS?" tanya guru itu lagi dan masih dengan tatapan tajam yang di tujukan kepada Keiyona.
"Saya kurang enak badan, sir. Mungkin karena saya enggak sarapan tadi pagi." jawab Keiyona setengah berbohong.
Karena memang raut wajah Keiyona menunjukkan bahwa ia tidak menerima asupan apapun tadi pagi, sehingga tidak ada yang curiga termasuk juga gurunya itu.
"Ya sudah, silahkan masuk." ucap gurunya mempersilahkan.
***
Sepulang sekolah Keiyona tidak langsung pulang ke rumah. Seperti biasa, Keiyona langsung mengganti pakaiannya di dalam mobil yang sudah ia bawa dari rumahnya. Keiyona pun langsung bergegas untuk nongkrong di sebuah Cafe yang letaknya hanya beberapa meter dari sekolahnya.
Kring!
Terdengar sebuah lonceng pintu masuk yang berada di atas pintu masuk cafe tersebut.
"Mas, saya pesan Coffe Lattenya 1 dan makanannya saya pesan steak ya mas." ucap Keiyona kepada pelayan cafe itu.
"Baik, mbak. Di tunggu ya, mbak."
Sembari menunggu pesanannya, Keiyona mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya. Keiyona pun mengotak atik ponsel miliknya dan melihat-lihat sosial medianya yang cukup ramai.
"Permisi, mbak. Ini pesanannya ya mbak. Coffe Latte dan steak ya mbak. Ada lagi mbak?" tanya seorang pelayan cafe itu.
"Tidak mas, thanks" ucap Keiyona terdengar ketus.
Keiyona terlihat menikmati hidangan tersebut. Baru beberapa suap yang masuk ke dalam mulut Keiyona. Keiyona melihat sebuah pandangan yang mebuat selera makannya hilang seketika.
"Dia lagi, dia lagi! Kenapa sih hidup gue seakan di hantui kayak gini?" gumam Keiyona yang sembari menghelakan napasnya kesal.
Ya, bagaimana ia tidak kesal. Ia bertemu lagi dan lagi dengan Clayton. Clayton tampak seorang diri memasuki cafe itu. Tidak ada seorang pun di samping mau pun di belakang Clayton.
"Semoga saja si Regal enggak lihat gue disini." ucap Keiyona pelan sambil menutup wajahnya dengan tangan mungilnya itu.
"Kamu?"
"Astaga, kenapa sih dia negur gue. Padahal juga wajah gue udah ketutupan. Menyebalkan banget!" ucap Keiyona setengah berbisik, tapi tetap bisa di dengar oleh Clayton.
"Kamu pikir kamu itu hantu apa?" ucap Clayton sambil tertawa kecil melihat tingkah Keiyona.
Belum sempat mereka berbicara, terlihat seorang wanita masuk ke dalam cafe yang tidak lain, yaitu Zevanya. Pacar dari Clayton.
"Sayang! Kamu ngapain dekat dekat sama dia?" celetuk Zevanya yang terlihat tidak senang.
"Lo juga, ngapain dekat dekat sama pacar gue? Lo caper banget sih jadi cewek." ucap Zevanya sambil memutar matanya dengan malas.
"Zevanya."
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Clayton dan Clayton pun langsung menarik tangannya Zevanya untuk berlalu pergi dari tempat Keiyona.
"Dasar cewe freak!" bisik Keiyona yang merasa kesal pula.
Tatapan Zevanya tidak lepas dari Keiyona. "Kamu tadi ngapain sih dekat sama cewek itu, Clay?" tanya Zevanya untuk memastikan keadaan yang terjadi tadi.
"Mas!" terlihat Clayton yang melambaikan tangannya sambil memanggil seorang pelayan cafe tersebut.
"Iya mas? Ada yang bisa saya bantu mas?" tanya pelayan cafe itu sambil membawa sebuah menu yang ada di dekapannya.
"Saya mau pesan makan dan minum, mas" ucap Clayton dengan ramah.
"Silahkan di lihat-lihat dulu, mas."
Clayton tampak sedang memilih makanan. Tetapi Zevanya masih terlihat kesal dengan kejadian tadi.
"Saya pesan ini ya mas." ucap Clayton sambil menunjuk menu makanan itu.
"Oke mas. Mbaknya mau pesan apa?" tanya pelayan tersebut kepada Zevanya.
"Samakan aja mas." kata Zevanya kepada pelayan cafe itu.
"Baik mas, mbak. Mohon di tunggu ya pesanannya." ucap pelayan cafe itu dan sambil berjalan meninggalkan Clayton dan juga Zevanya.
Selang beberapa menit kemudian, makanan yang mereka pesan pun datang.
"Permisi mas, mbak."
"Silahkan." ucap Clayton ramah.
Di saat makan pun masih terlihat jelas raut wajah Zevanya yang menunjukkan kalau ia masih kesal terhadap Clayton karena Clayton tidak menjawab pertanyaan yang di lemparkan oleh Zevanya pada kekasihnya itu.
"Kamu kenapa?" tanya Clayton untuk memastikan apa yang terjadi pada Zevanya.
"Emangnya aku kenapa?" kata Zevanya pula.
"Oh, ya sudah kalau gitu." kata Clayton sambil melanjutkan hidangan makanan tersebut.
"Dasar! Clayton enggak pernah ngerti apa yang gue rasain." gumam Zevanya yang masih terlihat kesal terhadap Clayton.
Zevanya kesal karena Clayton terlihat tidak berusaha membujuk rayu Zevanya. Sementara, Zevanya maunya di bujuk oleh pacarnya sendiri. Layaknya perempuan lain yang di bujuk oleh kekasih mereka di saat lagi kesal seperti sekarang ini. Namun, Clayton bukanlah seorang pria yang seperti di inginkan oleh Zevanya.
Zevanya jadi kepikiran melihat Keiyona yang baru saja melangkah keluar dari area cafe. Tampaknya gadis SMA itu baru selesai makan.
"Apa kalau Keiyona yang merajuk, Clayton akan membujuknya?" tanya Zevanya pada dirinya sendiri.
Zevanya menoleh pada Clayton yang terlihat menatap keluar cafe, dimana Keiyona baru saja keluar.
***