Rasa nyeri di kepalanya membuat Keiyona merasa tidak nyaman dalam tidurnya. Keiyona memegangi kepalanya yang terasa masih pusing. Keiyona pun membuka kedua kelopak matanya dan mengamati lingkungan sekitar. Ia mengernyitkan keningnya melihat dimana ia berada saat ini. Bau obat-obatan juga langsung menyambut indra penciuman Keiyona.
"Rumah sakit?" tanyanya bergumam pada diri sendiri.
Keiyona pun berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Ia memutar otaknya di dalam sana untuk melihat kembali kejadian yang menimpa Keiyona beberapa jam yang lalu. Ah, Keiyona mulai ingat. Tadi siang ia berada di sebuah cafe langganannya dan bertemu dengan Clayton yang Keiyona pikir sedang berselingkuh. Setelahnya Keiyona juga langsung masuk ke dalam mobil Clayton tanpa ijin dari pria itu. Di perjalanan, mereka tidak sengaja mengalami kejadian yang sangat tidak mengenakkan dan merugikan Keiyona sendiri.
"Regal sialan." ketus Keiyona sambil memegangi kepalanya yang masih terasa nyeri.
Tidak hanya kepalanya saja, hidungnya juga terasa sakit di bagian dalam. Mungkin efek dari mimisan yang ia alami juga. Keiyona masih mengingat dengan jelas bagaimana darah segar mengalir dengan cukup banyak dari dalam hidungnya. Keiyona bahkan mengingat kalau ia menangis di hadapan Clayton. Keiyona tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis saat itu karena memang Keiyona sangat trauma dengan yang namanya darah. Ia juga pingsan karena takut melihat darah, jadi hal yang wajar kalau Keiyona pingsan.
Keiyona pun dengan segera turun dari atas brankar rumah sakit, tapi tiba-tiba saja seorang perawat langsung masuk ke dalam ruangannya dan mencegah Keiyona yang bersikeras untuk pergi dari sana.
"Maaf mbak, tapi saya diperintahkan agar mbak tidak keluar dari ruangan ini." kata perawat itu kepada Keiyona.
"Siapa yang memperintahkan lo?" tanya Keiyona pula.
Pasti Regal, pikirnya.
"Tuan Clayton, mbak. Mbak tetap disini aja ya, nanti beliau akan mengirim bawahannya untuk menjemput mbak." kata perawat itu memberitahu.
"Cukup bertanggung jawab sih." gumam Keiyona, tapi ia tetap tidak mau terus berada di ruangan yang bau obat-obatan seperti sekarang ini.
"Bilangin sama dia, saya pulang sendiri." kata Keiyona memaksa.
"Tapi mbak--"
"Minggir!" kata Keiyona pula sembari mendorong perawat itu menjauhinya.
Perawat itu pun hanya bisa pasrah dan tidak mencoba untuk mencegah Keiyona kembali. Dari pada ia akan kembali di dorong paksa seperti yang terjadi barusan, lebih baik ia mengalah saja. Toh dia sudah melakukan tugasnya sesuai yang diperintahkan. Jadi, ini tinggal urusan pasiennya saja.
Keiyona pun segera keluar dari rumah sakit tersebut. Ia melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Cukup lama juga Keiyona tertidur, ia juga tidak pernah tertidur selama ini. Mungkin efek dari obat yang Keiyona minum, pikirnya.
Keiyona berkeinginan untuk menghubungi Jason saja agar temannya itu bisa menjemputnya. Namun, Keiyona baru menyadari jika ponselnya tidak ada lagi di saku roknya. Mungkin ponsel miliknya terjatuh disaat mereka hampir saja menabrak orang siang tadi.
"Sial, gue apes banget sih!" ketusnya yang sudah berada di depan gedung rumah sakit.
Keiyona memegangi perutnya yang terasa lapar. Ia melihat ada penjual nasi goreng keliling yang baru saja berhenti tepat di depan rumah sakit besar yang ia tempati barusan. Keiyona pun dengan senyuman lebarnya langsung berlari untuk memanggil sang penjual nasi goreng itu.
"Bang satu ya pakai telur ceplok." kata Keiyona memesan.
"Siap neng, ditunggu sebentar ya." kata penjual itu lagi yang kemudian langsung menyiapkan pesanan Keiyona.
Keiyona menunggu dengan sabar. Keiyona juga tahu ia tidak memiliki uang tunai karena disaku seragam sekolahnya, Keiyona hanya memiliki kartu ATM yang sudah terisi kembali. Itu juga karena Keiyona sudah kembali ke sekolah, sehingga ayahnya Keanu membuka blokiran kartu di ATM Keiyona.
"Makasih, bang." kata Keiyona yang kemudian langsung melahap makanan pesanannya.
Keiyona sama sekali tidak merasa takut jika ia tidak bisa membayar hanya karena tidak memiliki uang tunai. Keiyona sangat yakin jika Clayton pasti akan menjemputnya, bukan bawahan pria itu seperti yang dikatakan oleh sang perawat yang menjaganya. Keiyona pun menikmati makanannya dengan senyuman lebar yang sedari tadi tidak luntur. Membayangkan Clayton menjemputnya dan Keiyona yang akan memarahi pria itu habis-habisan membuat Keiyona menanti-nantikannya.
Namun, sepertinya khayalan Keiyona terlalu tinggi. Melihat bahwa yang baru saja turun dari sebuah mobil mewah di hadapannya itu bukanlah Clayton. Melainkan seorang pria berotot dengan jas hitamnya berjalan menghampiri dirinya.
"Anda yang bernama Keiyona?" tanya orang itu yang membuat mood Keiyona langsung memburuk.
"Lo siapa?" tanya Keiyona terdengar kasar.
"Saya bawahan Pak Clayton dan tugas saya malam ini untuk menjemput anda di rumah sakit. Berarti saya tidak salah orang, kan?" katanya untuk memastikan.
Keiyona langsung meletakkan piring nasi gorengnya yang belum habis seutuhnya dengan kasar, sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
"Dimana dia?"
Pria itu mengernyitkan keningnya bingung. "Maksud anda siapa nona?" tanya pria itu pula.
"Clayton."
"Beliau sedang ada rapat penting. Jadi, saya harus membawa anda pulang ke rumah dengan selamat." kata pria itu lagi.
Keiyona menggerutu kesal. Entah mengapa ia merasa kecewa karena bukan Clayton yang menjemputnya di rumah sakit. Keiyona membenci dirinya sendiri saat ini. Memangnya apa yang Keiyona harapkan? Memangnya ia siapa?
Keiyona juga tidak bisa menolak karena ia tidak memiliki uang tunai dan ponselnya juga tertinggal di mobil Clayton. Ck, Keiyona terjebak saat ini.
"Gue yang nyetir." kata Keiyona yang sudah mengenadahkan tangannya.
"Tidak non, anda baru saja di rawat. Jadi--"
"Berisik lo." kata Keiyona yang sudah merampas kunci mobil di genggaman pria itu dan langsung masuk ke dalam mobil hitam itu yang bukan merupakan mobil Clayton.
Tinn!
"Naik!" perintah Keiyona pada bawahan Clayton.
Pria berotot itu pun memilih pasrah dan langsung naik ke dalam mobil yang ia bawa. Ia langsung mengencangkan sabuk pengamannya karena Keiyona mengendarainya dengan kecepatan tinggi dan membuatnya hampir kehilangan nyawanya sendiri.
"Non pelan-pelan aja." kata pria itu memperingatkan Keiyona yang tidak ia dengarkan.
"Astaga, hati-hati di depan sana."
"Shut up." ketus Keiyona yang tidak ingin di ganggu.
Karena kecepatan yang cukup tinggi, akhirnya mereka berdua tiba di perumahan Keiyona dengan waktu yang sangat singkat pula. Terlihat ekspresi pucat dari pria itu dan membuat Keiyona merasa puas melihatnya. Sebelum Keiyona keluar dari dalam mobil milik Clayton itu, ia mengatakan sepenggal kalimat pada orang asing itu.
"Lain kali kalau dia nyuruh lo untuk jemput gue, akan gue pastikan kita berdua berakhir di rumah sakit." katanya mengancam, kemudian langsung keluar dari dalam sana.
Tidak lupa pula Keiyona membanting pintu mobil itu dengan sangat keras.
"Rasain lo." gumam Keiyona berpuas diri.
***