Chereads / Tetangga Regal / Chapter 19 - Part 18

Chapter 19 - Part 18

"Jadi, mbak Wilona sekretarisnya sih Regal ya?" tanya Keiyona di perjalanan menuju ke kantornya Clayton.

Wilona, sekretarisnya Clayton mengernyitkan keningnya bingung.

"Regal?" tanyanya yang tidak mengerti maksud Keiyona.

Keiyona tertawa renyah sembari melihat ekspresi kesal yang Clayton layangkan padanya.

"Maksud saya om--"

"Keiyona." peringat Clayton yang kembali membuat Keiyona tertawa.

"Oke, maksud saya Clayton." kata Keiyona membenarkan perkataannya.

"Ah, Pak Clayton ya? Iya mbak, saya sekretarisnya." kata Wilona menjawab.

"Udah berapa lama?" tanya Keiyona lagi.

Wilona terlihat cukup keras berpikir, ia bahkan lupa sudah berapa lama. Mungkin kurang lebih 3 tahun?

"3 tahun, mbak." jawab Wilona seadanya.

Keiyona ber-oh ria. "Lo tahukan kalau--" ucapan Keiyona terpotong dengan perkataan Clayton yang memotong ucapan Keiyona.

"Abaikan aja dia. Enggak penting." kata Clayton membuat Wilona memilih untuk diam.

"Baik, pak." jawab Wilona.

Keiyona berdecak sebal. "Lo tuh ngeselin ya!" ketusnya karena memang Keiyona tidak mampu berdiam diri terlalu lama, sehingga ia mencari topik pembicaraan.

"Perlu saya ingatkan, kamu yang masuk mobil orang dengan sesuka hati. Apa bisa saya disebut orang yang mengesalkan? Bukankah saya yang seharusnya mengatakan itu?" sarkas Clayton secara halus, tapi Keiyona sudah langsung merasa tersindir.

Benar juga, tapi tetap saja Keiyona tidak salah. Karena apa? Karena wanita tidak pernah salah!

"Mbak Wilona, apa si Regal ini kejam di kantornya?" tanya Keiyona sembari menoleh sedikit ke belakang, melihat keadaan sekretarisnya Clayton.

"Tidak, mbak."

"Jujur aja, enggak masalah. Kalau dia macam-macam, bilang aja ke gue." kata Keiyona membanggakan diri.

Clayton tersenyum mengejek. "Memangnya kamu siapa?" katanya terdengar sarkas.

"Iya juga, gue siapa ya mbak?" tanya Keiyona pula pada wanita yang duduk di belakang kemudi.

"Ya, saya tidak tahu mbak." kata Wilona pula.

Mana Wilona tahu Keiyona itu siapa? Wilona juga merasa cukup penasaran, tapi ia tidak mungkin menanyakannya. Sangat tidak sopan.

"Regal kita--"

Ckitt!

Brukh!

Clayton mendadak menginjak pedal remnya kuat-kuat ketika sebuah mobil di depannya tiba-tiba berhenti yang mengakibatkan Keiyona juga langsung nyusruk ke depan karena tidak mengenakan seatbelt.

"Regal!" teriak Keiyona marah merasakan kepalanya yang terasa nyeri.

Tidak hanya kepala, hidungnya yang tertekan di dashboard pun terasa nyeri.

Tes.

Keiyona membulatkan matanya ketika setetes darah jatuh tepat di rok sekolahnya. Keiyona langsung mengangkat kepalanya dan melihat Clayton. Clayton juga langsung membulatkan kedua bola matanya melihat hidung Keiyona yang mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.

"Hidung kamu berdarah." kata Clayton yang Keiyona juga tahu itu.

"Re...Regal." panggil Keiyona yang bahkan sudah menangis di tempatnya.

Clayton semakin panik karena ini disebabkan oleh dirinya, sehingga Keiyona bisa sampai berdarah seperti itu.

"Jangan panik, Clay." gumam Clayton yang langsung menerima beberapa lembar tisu yang diberikan oleh Wilona.

Namun, belum juga Clayton mengelap darah yang keluar dari sana, Keiyona mendadak pingsan di tempat. Clayton semakin panik saja.

"Kei!" panggilnya setengah memekik.

Ck. Ini semua ulah Clayton. Bisa-bisanya ia membuat anak orang seperti ini.

"Pak, mbaknya pingsan." kata Wilona pula yang Clayton sudah tahu itu.

"Kamu bisa balik naik taxi, kan? Saya yang bayar." kata Clayton pada Wilona.

"Bisa pak, tapi dua jam lagi bapak ada rapat sama para direksi perusahaan." kata Wilona memberitahu agar bosnya itu tidak lupa akan jadwalnya.

"Saya akan kembali dua jam lagi." kata Clayton kepada Wilona.

"Baik, pak." kata Wilona, kemudian keluar dari mobil Clayton.

Clayton pun dengan segera melajukan mobilnya lagi dengan kecepatan tinggi. Sebelumnya ia tidak lupa memakaikan seatbelt di tubuhnya Keiyona agar tetap aman. Clayton melajukan mobilnya menuju ke sebuah rumah sakit yang ada di dekat daerah itu. Hingga beberapa menit kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Clayton dengan cekatan mengambil alih tubuh Keiyona dan menggendongnya keluar dari dalam mobil. Beberapa perawat yang sudah mengenal Clayton langsung mengarahkan Clayton untuk segera membawa Keiyona ke sebuah ruangan VVIP.

"Ta...takut."

Clayton tersentak kaget ketika Keiyona bergumam di dalam keadaan pingsan. Tidak bisa Clayton pungkiri, ia merasa khawatir dengan apa yang terjadi pada Keiyona. Hidung Keiyona mungkin berdarah karena mimisan akibat menubruk dashboard mobilnya. Kemungkinan Keiyona juga pingsan karena gadis itu takut atau trauma dengan darah. Clayton hanya berasumsi saja.

"Silahkan di tunggu di luar, pak." kata perawat tersebut dan tidak lama kemudian seorang dokter juga ikut masuk ke dalan ruangan dimana Keiyona berada.

Clayton mengusap wajahnya kasar. Ia merasa bersalah pada Keiyona saat ini. Walaupun Keiyona sangat mengesalkan dan sering membuatnya emosi, tapi Clayton tidak pernah memiliki dendam yang berarti. Clayton benar-benar tidak sengaja menginjak pedal remnya secara mendadak. Bukan karena ia sengaja melakukannya. Jika Clayton sengaja, untuk apa ia mengikut sertakan dirinya di mobil itu?

"Saudara pasien?"

Clayton langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari dalam ruangan dimana Keiyona berada saat ini.

"Saya sendiri." kata Clayton memperkenalkan diri.

"Pasien hanya terkena benturan yang tidak berpengaruh. Tidak ada cedera serius dan hanya mimisan biasa." kata dokter tersebut memberitahu Clayton.

Clayton dapat bernapas dengan lega mendengarnya. Setidaknya tidak terjadi sesuatu yang parah terhadap Keiyona. Kalau saja terjadi sesuatu, mungkin Clayton tidak akan mudah keluar dari masalah ini mengingat juga sepertinya keluarga Keiyona bukan keluarga yang sembarangan. Clayton tidak ingin citra dan nama baiknya tercemar hanya karena kejadian siang ini.

"Baik dok, terima kasih." kata Clayton berterima kasih.

"Kalau begitu saya pamit dulu." pamitnya, kemudian berlalu pergi.

Clayton pun langsung masuk ke dalam ruangan rumah sakit VVIP tersebut. Ia langsung dapat melihat Keiyona yang tertidur dengan pulas, terlihat sangat polos. Clayton tersenyum geli melihat ekspresi polos Keiyona yang terlihat suci saat sedang menutup matanya seperti ini.

"Kamu enggak bisa berkutik kalau gini." katanya bergumam karena memang Keiyona tidak mungkin memarahinya dalam keadaan tidur.

Clayton menyingkirkan anak rambut Keiyona yang menutupi sedikit dari wajahnya. Ia mengelus lembut kening Keiyona, lalu mendadak tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan. Clayton pun langsung menarik tangannya menjauh.

"Apa yang lo lakuin, Clay." batin Clayton dengan degup jantung yang tidak beraturan.

Clayton pun tersentak kaget ketika sebuah getaran panjang bergetar di saku celananya. Clayton segera mengambilnya dan ternyata yang meneleponnya saat ini adalah Wilona, sekretarisnya. Clayton melirik arlojinya sekilas. Sepertinya sudah waktunya bagi Clayton untuk segera bergegas kembali ke kantor.

"Saya akan segera tiba." kata Clayton yang langsung memutuskan sambungan teleponnya setelah mengangkatnya, tanpa membiarkan Wilona bersuara di seberang sana.

Clayton pun menganggukkan kepalanya pelan. Ia tidak bisa berlama-lama lagi di rumah sakit kalau tidak mau mendapat kerugian nantinya.

"Get well soon."

***