Clayton Regan Stein
Sebuah nama yang tertera di atas meja yang terletak di ruangan khusus tempat seseorang bekerja. Tampak seorang pria tampan dengan kemejanya yang berwarna hitam sedang mengotak-atik laptopnya yang sedang menyala. Dengan keadaan yang tidak sesegar pagi hari, ia tampak lelah walaupun masih tetap setia duduk di kursi singgasananya.
Hingga sebuah panggilan telepon dari ponselnya membuat Clayton terpaksa menghentikan kegiatannya itu sejenak. Ia menghela napas melihat sebuah nama yang terpampang dengan jelas di layar ponselnya yang mahal.
"Astaga Clay, ini udah jam berapa?!" pekik seorang pria di seberang sana.
Clayton menjauhkan ponselnya dari telinganya, menghindari kerusakan gendang telinga miliknya.
"Gue sibuk." ujarnya tanpa ingin memperpanjang percakapan.
"Ck. Dasar lo ya! Lo cepetan kemari yang lain udah pada nungguin." kata orang itu lagi membuat Clayton harus semakin banyak sabar.
"Gue udah bilang enggak bisa." kata Clayton bersikeras.
"Bisa enggak bisa, lo harus datang!"
"Lo ngerti Bahasa Indonesia enggak?"
Umpatan kasar dari suara yang keluar dari ponselnya menyambut indera pendengaran Clayton.
"Fine, kalau enggak datang jangan harap lo bisa minta bantuan gue kalau Vanya lagi--"
"Sialan ya lo."
"Keputusan ada di tangan lo, Clay."
Tut.
Sialan.
Clayton mengacak rambutnya dengan kasar. Malam ini ia memang tidak sempat datang ke acara yang di adakan oleh para teman terdekat SMAnya. Tidak, bukan hanya saat ini saja, Clayton memang biasanya memilih untuk tetap tidak menghadiri acara tidak penting itu. Salah satu alasannya ia sangat malas untuk pergi kesana dan juga ia sangat sibuk, sehingga tidak memiliki waktu. Namun, ancaman yang keluar dari mulut temannya itu tidak bisa Clayton abaikan begitu saja. Pria itu memang konyol, tapi selalu serius dengan apa yang ia ucapkan. Clayton masih membutuhkan bantuannya kalau saja ia tidak sempat mengurus Vanya.
"Tristan brengsek."
*
Suara musik yang berdentum cukup keras menyambut kehadiran Clayton yang baru saja menginjakkan kakinya di sebuah tempat. Sebuah tempat yang dimana banyak terdapat muda-mudi yang saling berbaur untuk kesenangan semata. Clayton terus melangkah sembari memperhatikan kegiatan di sekitarnya. Ia mencari keberadaan para temannya yang mengundangnya ke tempat ini. Sesaat Clayton baru akan kembali melangkah, temannya yang bernama Tristan menghampirinya. Lengan berotot pria itu melingkar di bahu milik Clayton.
"C'mon, Clay."
Tristan mengajak Clayton dan menyeretnya ke sebuah meja dimana para teman mereka yang lain sudah berkumpul sejak lama. Clayton tidak terlalu mengenal mereka semua, namun semua yang ada disana sudah dipastikan mengenal Clayton dengan sangat baik.
Bukan Clayton yang terlalu percaya diri, tapi itu memang kenyataannya. Apalagi saat ini nama Clayton Regan Stein sudah cukup terkenal. Mengingat pria tampan itu juga merupakan salah satu owner dari sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi. Nama Clayton sudah tidak asing lagi karena memang kebaikan pria itu juga yang suka membantu pengusaha-pengusaha yang membutuhkan bantuannya, terutama para pemula bisnis. Tak heran, walaupun Clayton terdengar akan sifatnya yang keras dan dingin, pria itu juga memiliki hati yang baik.
"Hey, Clayton. Long time no see you, bro!"
Marvel?
"Jangan bilang lo lupa sama gue?" celetuk seorang pria sembari memicingkan matanya.
Clayton menggeleng pelan.
"Marvel." katanya menjawab membuat pria itu langsung tersenyum lebar.
"Saham 10 slot ya?" ujar Marvel terdengar bercanda.
"Enak aja lo, gue aja enggak pernah dikasih!" celetuk Tristan yang mendengar permintaan temannya Marvel itu.
"Lo berdua kaya, tapi suka minta-minta."
Marvel dan Tristan tertawa mendengar perkataan Clayton yang melekit, namun mereka tahu bahwa itu hanya sebuah candaan semata.
"Santai bro, entar gue borong saham lo bulan depan."
Plak.
Marvel memukul bagian belakang kepala Tristan pelan.
"Pikirkan aja noh cewek lo, enggak usah sok-sokan investasi saham." ujar Marvel karena Tristan adalah modelan pria termager dan simple yang pernah Marvel kenal.
Tristan paling tidak suka yang namanya ribet dan merepotkan. Termasuk juga dengan urusan wanita. Itulah mengapa Tristan memiliki berbagai macam wanita. Karena jika sudah bosan dan malas berurusan dengan wanitanya yang terlalu posesif nan manja, Tristan lebih memilih untuk meninggalkannya dan mencari mangsa yang lainnya. Tak heran playboy yang satu itu cukup terkenal di kalangan para wanita pencari buaya.
"Kayak lo enggak aja."
"Eh, Tris ada mangsa tuh."
Marvel menoel lengan Tristan dan menunjuk seorang wanita yang tampak berjoget ria di lantai dansa dengan sangat menggairahkan. Wanita cantik itu juga tampak sudah mabuk, terlihat dari caranya menari dan sedikit terhuyung-huyung.
"Temannya juga boleh tuh." celetuk Marvel lagi yang langsung mendapat jitakan dari Tristan tepat di dahinya Marvel.
"Sakit anjir."
"Otak lo emang ya. Itu punya gue." kata Tristan sambil terkekeh geli dengan senyuman menjijikkannya bagi Clayton.
"No, sekarang giliran lo Clay." ujar Marvel menantang.
"Bukan tipe gue."
Tristan langsung tertawa keras mendengar jawaban Clayton yang memang cukup menggelikan untuk di dengar oleh seorang Tristan.
"Iya dah, tipe lo kan emang sih Vanya." celetuk Tristan di sela tawanya.
"Gue enggak mau ya berurusan sama tuh cewek." kata Marvel mengingatkan kalau wanita itu kembali berurusan dengan Clayton.
"Lumayan, Clay. Udah sana samperin." kata Marvel lagi membuat Tristan langsung mengambil langkah awal.
"No, dia milik gue." ujarnya yang sudah langsung beranjak meninggalkan mereka semua dan mendekati wanita yang di tunjuk oleh Marvel.
"Emang ya, tuh anak enggak pernah berubah." celetuk seorang yang ada disana selain Marvel dan Clayton.
Sudah sejam berlalu, Clayton merasa bosan dengan semuanya. Para temannya yang lain sudah pada berpencar mencari mangsa mereka membuat Clayton tidak tahu harus apa. Ia pun langsung beranjak pergi setelah menegak beberapa cairan alkohol yang mengalir di tenggorokannya. Clayton cukup kuat terhadap alkohol, sehingga beberapa gelas tidak akan berefek apa-apa padanya.
Ia pun melangkah menyusuri beberapa orang yang masih berjoget ria dan bahkan ada yang hampir menubruknya akibat tak mampu menopang diri sendiri. Namun, sesaat Clayton hampir menggapai pintu keluar ia mendadak menghentikan langkahnya. Melihat sepasang manusia yang sedang tampak tidak baik-baik saja. Di ujung sana seorang wanita di peluk erat oleh pria yang sepertinya tidak di kenal olehnya. Pria itu tampak bernafsu untuk membawa sang wanita yang menolak untuk ikut. Clayton menggelengkan kepalanya, memang hal seperti ini memang kerap sekali terjadi.
"Lepas!"
Wanita itu berteriak kesal membuat Clayton tak sanggup untuk melangkah pergi tanpa menolongnya. Hingga akhirnya Clayton meyakinkan dirinya untuk turun tangan mengingat ia juga memiliki seorang wanita di hidupnya, yaitu ibunya.
Tunggu, dia mengenal wanita itu.
Mata Clayton membulat lucu menyadari bahwa ia benar mengenal wanita yang tampak memberontak di pelukan seorang pria. Sial, pria itu juga merupakan temannya.
Tristan.
Kejadian mengerikan apa yang Clayton hadapi saat ini?
"Lepasin."
Clayton langsung mengambil alih wanita itu dan mendorong kuat tubuh Tristan hingga membentur tembok koridor.
"Dia milik gue, Clay!" amuk Tristan yang setengah sadar.
Pria itu mabuk berat, namun masih mengenali Clayton disana.
"Mulai sekarang, dia punya gue."
Sebuah kalimat yang langsung menggetarkan hati wanita yang saat ini ada di dekapan Clayton. Ia merasa nyaman berada di dekapan pria asing yang mendadak menariknya. Ia pun menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang saat ini sedang mendekapnya.
"Kei punya om?"
*