Keiyona terpaksa jalan kaki untuk mencari bengkel terdekat. Ia masih berusaha berpikiran positif walaupun kenyataannya sangat sulit untuk mendapatkan sebuah bengkel di are itu. Keiyona cukup mengetahui area dimana ia terjebak hanya karena mobilnya yang mendadak mogok, tak mau hidup.
Keiyona menendang sebuah botol plastik yang mengganggu jalannya.
"Sial banget sih gue!" gerutunya dengan kesal.
Keiyona terus melangkah, hingga di depan sana ia melihat sebuah harapan dimana matanya menangkap adanya sebuah bengkel yang terbuka lebar. Dengan penuh semangat, Keiyona langsung berlari menyebrangi jalanan dan menghampiri bengkel itu. Ia pun segera menemui sang manager bengkel yang ada di dalam kantornya. Namun seseorang langsung menghalanginya.
"Maaf mbak, anda tidak boleh asal masuk aja." kata seorang laki-laki yang langsung menghampiri Keiyona kala ia mau masuk begitu saja.
"Gue butuh bantuan."
"Bisa ke saya aja, mbak." katanya bersikeras.
Keiyona pun memilih untuk mengalah. Ia tidak ingin mencari keributan dimana Keiyona sendiri sedang membutuhkan bantuan mereka. Kalau ia membuat keributan, bisa saja mereka tidak mau membantu Keiyona yang akan berakibat fatal baginya.
"Mobil gue mogok. Bisa dibawa kemari?" tanyanya untuk memastikan mereka bisa membawanya dalam keadaan mogok atau tidak.
"Bisa banget, mbak. Kalau boleh tahu ini mogok karena kehabisan bensin atau ada yang rusak, mbak?" tanya laki-laki itu lagi yang sepertinya salah seorang pekerja disana.
"Enggak tahu. Kalau tahu gue juga enggak bakal kesini." katanya menjawab ketus.
Keiyona sedang dalam suasana hati yang buruk. Ia benar-benar merasa kesal seharian ini karena tidak ada satu hal pun yang bisa membuatnya merasa nyaman. Semuanya sangat kacau dan tak terkendali baginya.
"Oke mbak, ditunggu ya. Kami akan bawa kemari segera." katanya kemudian berlalu pergi.
Keiyona dapat melihat laki-laki itu sempat memanggil seorang temannya, kemudian mereka berdua pergi bersama. Keiyona pun memutuskan untuk tetap tinggal di area bengkel tersebut dan menunggu di ruangan tunggu yang terdapat beberapa pengunjung disana.
Sudah lebih dari satu jam Keiyona menunggu, akhirnya mobilnya sudah selesai diperbaiki. Mobil miliknya bukan mogok karena kehabisan bensin, melainkan ada beberapa bagian yang rusak di mesinnya. Untungnya sudah diperbaiki dan semuanya udah aman sekarang. Keiyona yang awalnya ketiduran di ruang tunggu dibangunkan oleh pegawai wanita yang menghampirinya.
"Mbak mobilnya udah beres."
Keiyon tersentak kaget dan langsung beranjak berdiri. "Ah iya, makasih." katanya, kemudian melangkah menuju ke mobilnya yang sudah diperbaiki.
"Untuk biayanya bisa dibayar di kasir ya, mbak." ujar seorang laki-laki yang pertama kali Keiyona jumpai di bengkel yang ia kunjungi ini.
Keiyona mengangguk sekilas, lalu ia mendadak menghentikan langkahnya. Tunggu dulu, sepertinya ada yang menjanggal disini.
Keiyona merogoh saku celananya. Ia baru mengingat semuanya kalau Keiyona tidak memiliki sepeser pun uang untuk membayar biaya perbaikan mobilnya yang rusak. Keiyona juga kembali teringat akan kejadian yang menimpanya di tempat SPA beberapa jam yang lalu, sehingga ini cukup membuatnya kembali kesal pada diri sendiri.
Kenapa Keiyona bisa seceroboh ini sih?!
Ada apa ya, mbak? Bisa saya bantu?" tanya pegawai wanita itu yang melihat keterbingungan Keiyona disana.
Habislah Keiyona kali ini. Ia malah berharap bisa kembali bertemu dengan Clayton disini, setidaknya pria itu akan membayarkan biaya perbaikan mobilnya. Seperti yang Clayton lakukan sebelumnya.
"Gue boleh minjam ponselnya sebentar?" tanya Keiyona untuk memastikan kalau ia memiliki harapan untuk itu.
Pegawai itu tampak ragu, tapi tetap memberikannya pada Keiyona mengingat ia adalah tamu di bengkel mereka. Juga melihat mobil Keiyona yang mahal dan bagus, tidak mungkin wanita di hadapannya ini merupakan seorang penipu, pikirnya.
"Ck. Angkat Jason!" pekik Keiyona dalam hati karena temannya Jason tak kunjung mengangkat sambungan teleponnya.
Sialan, kemana anak itu pergi?!
Keiyona mencoba beberapa kali, tapi Jason tidak juga mengangkat sambungan teleponnya. Bahkan menghubunginya kembali saja tidak. Keiyona pun memilih untuk menyerah dan pasrah. Ia hendak mengembalikan ponsel itu pada sang empunya, tapi sebuah nama kembali terlintas di dalam pikirannya sendiri.
Regal.
Sebuah nama panggilan terlintas begitu saja. Keiyona merasa sangat malu dan gengsi untuk meminta bantuannya, tapi kali ini hanya pria itulah yang bisa membantu dirinya keluar dari permasalahan ini.
"Sebentar mbak, gue mau menghubungi om gue dulu." katanya yang kemudian berlari menuju ke mobil miliknya dan mengambil sebuah kartu nama yang pernah di berikan Clayton padanya.
Keiyona langsung dengan segera menekan nomor-nomor itu di ponsel pegawai wanita yang ia pinjam, lalu menghubungi Clayton dengan sesegera mungkin. Tidak berapa lama Keiyona menunggu, sebuah suara langsung menyapanya. Suara berat milik Clayton terdengar begitu saja dan menggetarkan perasaan Keiyona yang sedang bercampur aduk, tak karuan.
"Dengan siapa ya?"
Deg.
Apakah Keiyona harus menurunkan egonya untuk mendapatkan bantuan pria itu? Keiyona ingin sekali mematikan sambungan teleponnya, akan tetapi ia membutuhkan bantuan Clayton. Sepertinya saat ini Keiyona harus menurunkan egonya.
"Regal."
Keiyona memanggil nama akrab Clayton yang biasa ia panggil demikian. Clayton pun tampak terdiam ketika mendengar suaranya Keiyona. Pria itu pasti sudah mengetahui siapa yang menghubunginya saat ini. Karena hanya Keiyona seorang yang memanggilnya dengan panggilan Regal.
"Regal, gue butuh bantuan lo."
"Maaf, salah sambung." balas Clayton yang akan mematikan sambungan teleponnya, tapi Keiyona langsung berteriak cepat.
"Regal, please! Jangan dimatiin dulu." pekiknya dengan keras.
Clayton mendengus kasar dan terdengar decakan juga dari seberang sana yang berasal dari Clayton.
"Ada apa kamu menghubungi saya?" tanya Clayton akhirnya memutuskan untuk tetap tersambung dengan nomor yang tidak ia kenal ini.
"Gue butuh elo. Gue lagi di bengkel karena mobil gue mendadak rusak. Kalau lo berkenan, lo bisa datang kemari?" tanya Keiyona terdengar ragu.
Clayton sendiri pun dapat mendengarkan nada suara Keiyona yang ragu. Sebenarnya ia juga tidak tega untuk membiarkan Keiyona disana, tapi saat ini Clayton sedang melakukan rapat dengan beberapa clientnya.
"Saya lagi rapat." jawabnya mengaku jujur.
Keiyona mengacak rambutnya frustasi. "Kali ini aja, Regal." katanya memaksa.
"Saya tidak bisa."
"Bagaimana mbak? Masih banyak yang mengantri untuk tempat mobil anda." kata pegawai wanita itu lagi yang mampu di dengar oleh Clayton di seberang sana.
Clayton tidak tahu harus berbuat apa. Disisi lain ia juga merasa tidak tega pada Keiyona yang terjebak disana tanpa tahu harus berbuat apa. Karena menurut Clayton, wanita itu tidak mempunya banyak teman yang mampu menolongnya saat ini.
"Iya, sebentar mbak." jawab Keiyona, kemudian ia kembali berbicara dengan Clayton.
"Bantuin gue Regal. Bakal gue bayar segera kok, please." katanya kembali memohon.
"Saya enggak bisa sekarang. Emangnya kamu lagi dimana?"
Keiyona pun menjawabnya dan memberitahu pada Clayton dimana ia sekarang.
"Saya akan datang segera. Berikan saja kartu nama saya pada atasan mereka. Saya mengenal pemilik bengkel itu." katanya memberitahu.
"Lo enggak bohongkan?" tanya Keiyona memastikan, kalau saja Clayton bisa membodohi dirinya.
"Saya matikan sekarang."
Tut.
"Ck. Ngeselin banget." celetuk Keiyona yang kemudian mengembalikan ponsel milik pegawai wanita itu.
"Gue mau ketemu sama yang punya bengkel ini." kata Keiyona meminta.
"Maaf mbak, tapi--"
"Lo enggak dengar? Regal kenal sama yang punya bengkel ini. Gue harus ketemu sama dia sekarang." kata Keiyona mencoba bersabar.
"Bapak lagi enggak ada disini, mbak."
"Enggak usah bohong ya. Gue tadi lihat sendiri ada yang keluar dari dalam kantornya." kata Keiyona lagi.
"Iya mbak, tapi itu bukan--"
"Kamu yang namanya Keiyona?"
Keiyona dan pegawai wanita itu langsung menoleh secara bersamaan. Pegawai wanita itu pun langsung menunduk hormat.
"Selamat siang, pak."
Ck. Dasar penipu, pikir Keiyona.
"Iya benar."
Pria itu mengangguk kecil. "Silahkan tunggu di ruangan saya. Clayton akan segera tiba."
Keiyona pun berjalan dengan angkuh meninggalkan pegawai wanita itu.
"Habis lo." gumam Keiyona yang merasa kesal.
***