Chereads / Pradhika's Bloody Incident / Chapter 15 - Petunjuk

Chapter 15 - Petunjuk

Madam Ameri mengangkat buku tebal itu dengan satu tangan. Membacakan apa yang tertera dalam tulisan, yang terdiri dari rangkaian huruf aneh. Hanya Madam Ameri dan beberapa cenanyang profesional yang dapat mengerti apa yang tertera di buku itu.

"Di sini dijelaskan jika ada sebuah tempat yang dapat memutus segala macam kutukan. Entah kutukan ringan atau kutukan berat seperti yang dialami Reiji saat ini. Ada nama masing-masing tempat sesuai dengan kutukannya." Madam Ameri kembali menjelaskan.

"Untuk kasus yang dialami Reiji adalah dikutuk menjadi kucing. Jadi, kalian harus mencari sebuah Kuil Kuno Kucing untuk meminta petunjuk lain di sana," sambung Madam Aria.

Yuji mengerutkan kening. Ia mencocokkan ucapan Madam Ameri dan ucapan kucing misterius yang berada dalam mimpinya ketika Yuji pingsan. Ternyata ucapan mereka berdua saling berhubungan.

"Kuil Kuno Kucing ini berada jauh di dalam sebuah hutan yang berada di suatu wilayah. Hutan ini jauh di atas gunung. Jika kalian beruntung, biasanya ada tempat istimewa di sekitar kuil yang mampu memutuskan kutukan itu," terang Madam Ameri.

Madam Ameri menutup kembali bukunya. Buku itu memang tidak menjelaskan secara rinci. Namun, ia harap informasinya mampu sedikit membantu remaja-remaja itu.

"Lalu, bagaimana cara kita menemukan Kuil Kuno Kucing itu, Madam?" Ini suara Yuji. Ia memberanikan diri untuk bertanya. Ia ingin segera menyelematkan adiknya, dan mengubah Reiji menjadi manusia kembali.

Yuji tidak dapat membayangkan jika adiknya itu harus menjalani sisa usianya dengan menjadi kucing. Yuji bertekad keras untuk membantu Reiji hingga adiknya itu menjadi manusia kembali. Lagipula, Reiji terkena kemalangan itu juga karena mencari Yuji. Jadi, Yuji lebih merasa bersalah lebih daripada Siji.

Mendengar pertanyaan Yuji tadi, Madam Ameri membuka buku tebalnya kembali. Dengan hanya melihat buku itu, dan sedikit merapalkan mantra, muncul selembar kertas di sana. Kertas itu berisi seperti peta, tapi masih menggunakan simbol dan huruf yang tidak dimengerti oleh manusia biasa.

Madam Ameri melemparkan kertas itu di udara. Dengan sigap, Yuji meraih kertas berwarna coklat kusam itu.

"Itu sedikit petunjuk. Semoga saja membantu. Aku hanya dapat membantu kalian sampai sini. Kalian sudah hafal arah pintu keluarnya, 'kan?" ucap Madam Ameri tiba-tiba berubah dingin. Setelahnya, ia melangkahkan kaki kembali menuju kamar.

Bukan untuk mengembalikan buku lalu kembali. Tapi, ia akan melakukan pekerjaannya tadi yang terganggu dengan kedatangan bocah-bocah tadi. Memang seperti itulah Madam Ameri. Sangat misterius, tapi baik hati.

Yuji tak langsung melihat kertas yang diberikan Madam Ameri tadi. Ia langsung melipat dan memasukkannya ke saku. Ia sungguh yakin jika itu adalah peta menuju Kuil Kuno Kucing yang diberikan Madam Ameri. Seperti yang wanita itu sebutkan tadi. Jadi, Yuji tidak menaruh curiga sedikit pun.

"Ryushin, nenekmu itu tidak akan kembali ke ruangan ini lagi, ya?" Siji bertanya. Ia sudah bosan menunggu dari sejak Madam Ameri kembali ke kamarnya tadi.

"Tidak akan, Kak Siji. Bukankah Madam Ameri tadi sudah mengusir kita secara halus tadi, eum?" Ini suara Ryushin. Ia juga bingung apa yang harus ia lakukan karena sudah jelas-jelas jika Madam Ameri sedang sibuk saat ini.

"Kita pulang saja, ayo!" ajak Siji yang merasa sudah selesai urusannya di tempat ini.

"Tapi ... kita belum memberi sesuatu apa pun pada Madam Ameri atas kebaikannya, Yuji. Madam Ameri yang baik itu sudah memberi kita gelang ini agar dapat berkomunikasi dengan Dede Rei yang berwujud kucing." Saat mengatakan ini, Siji sambil meraih tubuh kucingnya dan mendekapnya.

Siji tidak peduli jika adiknya akan mengecap diri Siji sebagai pria mesum. Yang terpenting bagi Siji adalah ia akan selalu bersama adiknya untuk saat ini. Karena Siji yakin jika Reiji sudah kembali menjadi manusia, Reiji mungkin akan kembali ke sikapnya yang dahulu. Selalu merundung dan membodohi Siji bersama Yuji.

Ryushin bangkit dan mengayunkan langkah menuju ke pintu utama yang terbuat dari kayu bercat hitam tadi. Siji dan Yuji yang tidak tahu harus berbuat apa, pada akhirnya mengikuti langkah Ryushin.

"Madam Ameri tidak memerlukan sesuatu dari kita, Kak Siji. Jadi, jangan terlalu sungkan seperti itu." Ryushin berucap. Ekor matanya melirik ke arah Siji yang kini berjalan di sebelah kirinya. "Lagipula, nenekku itu sudah menyaksikan pertunjukkan yang menarik 'kan, Kak Siji?!"

Plak!!

Mulut Ryushin langsung ditampar oleh Siji. Siji menatap tajam ke arah Ryushin yang dengan tega menumbalkannya tadi.

"Sialan kau, Ryushin! Jangan ingatkan tentang itu lagi! Aku malu sekali, sumpah!" gerutu Siji sambil menutupi wajah menggunakan kedua telapak tangan.

"Tapi ... yang itu tadi benar-benar pertunjukkan yang menarik lho, Siji! Meskipun tak sebagus tubuhnya papa sih!" Reiji dalam wujud kucing berucap. Dia masih berada di pundak Siji seperti biasanya.

Suara yang tiba-tiba terdengar itu lansung membuat Yuji, Siji dan Ryushun terlonjak hampir bersamaan. Mereka belum terbiasa dengan kucing yang bisa berbicara seperti manusia itu. Gelang mereka benar-benar mistis.

"Diam, Rei! Aku melakukan hal yang memalukan tadi juga karena dirimu! Kenapa kau malah mengejekku, huh? Nggak tahu terima kasih, dasar!" Siji menggerutu, kesal. Bagaimana bisa ia menjadi bahan tontonan tante-tante dan seekor kucing mesum.

"Jangan membentak-bentak Adek kesayanganku, Sithok! Jangan kira karena aku punya alergi dengan kucing, aku tidak peduli jika kau membentak-bentak adikku, ya!!" ancam Yuji.

Nah, begini saja Siji sudah merasakan jika Yuji dan Reiji mulai kompak merundungnya. Namun, Siji tidak akan tinggal diam jika dirundung lagi. Dia berikrar untuk membalas setiap ejekan adik-adiknya mulai dari sekarang.

"Yang punya badan gembul dan nggak kotak-kotak, sebaiknya diam!" Kata-kata Siji batu saja, langsung membuat Yuji langsung terdiam. Yuji melihat ke bawah, ke arah perutnya yang sedikit bergelambir.

'Hasem! Siji melakukan serangan telak' batin Yuji, tidak dapat membantah lagi.

Bersambung ....