Berhari-hari tanpa melihat Reiji saja, Yuji terlihat seolah tidak punya semangat hidup. Yuji juga jadi sering marah-marah dan tidak jarang juga menganiaya Siji untuk melampiaskan kekesalannya. Kesal karena dia tidak kunjung menemukan Reiji.
Syukurlah, sekarang ini mereka sudah berkumpul. Di saat begini, Yuji jadi menyesal karena selama ini sudah membentak-bentak Siji karena memelihara kucing tanpa sepengetahuan Yuji. Jika Yuji tahu jika kucing itu adalah Reiji sejak awal, tentu saja reaksi Yuji akan jauh berbeda.
"Daripada kau terus memaksaku untuk makan, lebih baik kau pikirkan pola makanmu sendiri, Bang Yuji. Apa Abang sudah makan sejak tadi, huh?!" tanya Reiji balik.
Reiji memperhatikan Yuji sejak pagi. Yuji terlalu sibuk mempersiapkan perjalanan hari ini hingga dia lupa untuk sarapan, sepertinya. Meski tidak dapat terlalu dekat dengan Yuji--karena alergi yang diderita Yuji--tapi selama ini Reiji selalu memperhatikan saudara kesayangannya itu.
Mendengar itu, Siji langsung menatap ke arah Yuji Ia tidak tahu apa masalah adiknya itu. Namun akhir-akhir ini Yuji memang memiliki pola makan yang kurang teratur. Siji yang bertugas menyiapkan makanan untuk adik-adiknya selama ini memang merasa Yuji sering kurang napsu makan. Mungkin itu efek karena Yuji selalu kepikiran tentang Reiji juga.
Tanpa sadar, Yuji sudah membuat orang-orang di sekelilingnya menjadi khawatir. Apalagi Siji yang selalu berada di sisinya sejak mereka bayi. Tapi, Yuji selalu tidak menyadari akan hal itu.
Yuji menjadi gugup diberi tatapan tajam oleh Siji dan Reiji seperti itu. Ia menggaruk tengkuknya.
"Ahahaha, iya. Setelah ini, aku janji akan makan dengan baik lagi. Lagipula, sekarang Dede Rei juga sudah ketemu. Jadi, tidak ada alasan untukku lagi untuk mogok makan," ucap Yuji, yang membuat kedua saudaranya tersenyum penuh kelegaan.
***
"Jadi, kertas yang diberi oleh Madam Ameri tadi, berisi tentang apa, Kak Yuji?"
Ryushin memulai percakapan kembali. Mereka baru saja menyelesaikan makan mereka tadi. Siji dan Ryushin makan mie gelas yang diseduh untuk mengirit pengeluaran. Maklum saja, mereka bukanlah anak orang-orang kaya.
Mereka menyeduh sendiri di dapur dan Reiji masih dengan makanan kucingnya, karena takut jika diare jika memakan makanan manusia. Sedangkan, Yuji hanya makan roti bakar yang dibuatkan oleh Siji tadi. Yuji memang yang paling enggan masuk dapur selain mandi, BAB, dan BAK, karena karena kamar mandi mereka berada di sebelah dapur. Yuji merasa menjadi bos sejak dulu memang.
Yuji merogoh saku celananya. Ia tadi tidak sempat melihat. Saking senangnya, Yuji langsung melipat peta tadi dan memasukkannya ke saku celana. Diraihnya secarik kertas itu dan diletakkan di atas meja ruang tengah ini.
"Kita lihat, peta ini akan menunjukkan kita ke mana," gumam Yuji sambil membuka lipatan kertas itu, dan membentangkan kertas tadi di tengah-tengah meja.
Siji dan Ryushin yang merasa penasaran, langsung mendekat ke arah kertas itu. Jangan lupakan Reiji yang sudah duduk dengan tenang di meja, sebelah kertas tadi.
"Heh?!" Mereka berempat memekik hampir bersamaan setelah melihat peta yang kata Madam Ameri tadi, yang akan membawa mereka ke Kuil Kuno Kucing.
Siji meraih kertas berwarna cokelat itu, dan mendekatkan ke wajahnya. Ia takut jika matanya mungkin sudah rabun sehingga tidak dapat membaca peta itu. Siji melototi tulisan yang tertera di atas kertas yang warnanya coklat muda itu.
"Kenapa petanya banyak tanda tanya begini, hah?! Ini juga apa bacanya? Ryushin, apa nenekmu itu sedang mempermainkan kita, hah?!" Siji menggeram, kesal. Ia bahkan sempat mengira matanya bermasalah tadi, tapi peta itu benar-benar aneh.
Yuji merebut peta itu dari tangan Siji. Ia menerawang kertas itu ke arah atas, tepat di bawah lampu LED cerah.
"Mungkin saja petanya dapat dilihat jika diterawang seperti ini, Sithok," gumam Yuji. Namun, tetap saja Yuhj masih tidak mengerti maksud peta yang hanya terdiri dari garis lenggak-lenggok dengan banyak tanda tanya itu.
"Kalau tidak, mungkin kertasnya perlu digosok pakai koin."
Nah, ini suara Ryushin. Ia sudah mengambil koin hendak menggosok kertas yang berisi peta itu menggunakan koin. Namun, dihentikn oleh Yuji. Yuji takut jika peta yang meenjadi satu-satunya petunjuk itu akan sobek dan semakin tidak dapat dibaca.
Reiji menepuk jidatnya melihat kelakuan tiga remaja yang menurut Reiji aneh-aneh itu. Reiji menenggadah. Ia mengadu pada Tuhan, mengapa ia harus dia yang dikutuk seperti ini? Kenapa tidak kedua saudaranya yang kurang pintar ini saja?
Mereka kembali meletakkan kertas itu di tengah-tengah mereka. Otak mereka dipaksa untuk berpikir, memecahkan teka-teki yang berada di kertas itu. Yuji bahkan memijit pelipisnya, pose berpikir keras.
Ruangan hening beberapa menit, hingga terdengar suara langkah kaki memecah keheningan di ruangan ini.
"Ada apa ini? Apa ada sebuah pesta perayaan?" Sebuah suara terdengar. Adalah Tuan Yudha yang baru tiba di rumahnya. Ia tidak pernah melihat rumahnya seramai ini.
Yuji yang mendengar suara papanya langsung bangun gelagapan.
Bersambung ....