"Huweee ... aku benar-benar kangen sama kamu, Rei! Adek yang menjadi kesayangan kami semua, meskipun kadang-kadang laknat juga. Huweee .... " tangis Siji yang langsung dihadiahi tamparan kejam dari Yuji.
Sulit digambarkan perasaannya saat ini. Antara terharu dan senang. Ternyata, adik yang selama ini ia cari-cari hingga harus terjebak di bangunan kuno dan menghadapi monster, berada di dekatnya. Siji masih ingin terus bersama kucing itu, untuk selamanya.
Siji tidak masalah jika ia harus melihat adiknya yang berwujud kucing itu di sekitarnya. Asalkan Reiji tetap berada di sisinya, Siji tidak mempermasalahkan wujud adiknya saat ini. Itu pun jalan terakhir jika usaha mereka mengembalikan wujud Reiji akan gagal nantinya. Namun, Siji sudah bertekad kuat untuk membantu adik bungsunya kembali ke wujud manusia.
"Siapa yang adik kesayangamu, Siji?! Dede Rei ini Adek kesayangannya Bang Yuji kok. Tapi, gara-gara Bang Yuji punya alergi kucing, jadi Dede Rei menahan diri untuk tidak terlalu dekat dengannya!" Saat mengatakan ini, tatapan Reiji berubah sendu, menatap ke arah Yuji.
Yuji terlihat terus mendongak. Mungkin agar air matanya tidak jatuh dan akan dicap sebagai pemuda cengeng oleh adiknya itu.
"T-tega kau, Rei! Padahal aku kangen banget sama kamu lho. Setiap detik aku memikirkanmu. Ketika tidur, makan, bahkan saat buang air pun pikiranku tidak lepas dari dirimu, Adikku." Siji berseru, meski ia belum berani menatap mata Reiji saat ini.
Plak!!
Lagi-lagi kepala bagian belakang Siji dipukul dengan kejam oleh Yuji.
"Stop! Hentikan, Bodoh! Telingaku sakit mendengar teriakanmu dari tadi, Sithok!!"
"Apa masalahmu sih, Yu? Kau selalu berteriak di setiap tempat. Lalu, ketika aku baru berteriak sekali saja, kau sudah mengajukan protes? Punya masalah apa kau sebenarnya sama aku, hah?!"
"Pokoknya jangan berteriak lagi! Bahkan, suara kentutku saja lebih merdu dari teriakanmu, Sithok!" desis Yuji, menyebalkan seperti biasa.
Detik berikutnya, Reiji dan Ryushin tertawa secara bersamaan. Mereka saling melempar pandang. Sepertinya, kedua saudara itu memang tidak akan pernah akur kecualo di situasi-situasi mencekam. Tawa Ryushin menggelegar hingga sekian detik.
"Se-sebenarnya ... aku masih tidak percaya dengan ini semua." Yuji memberanikan diri untuk menatap mata Reiji. "A-pa ka-kau sungguhan adalah adikku Reiji?" sambung Eric.
Yuji menatap bergantian seluruh orang yang berada di ruangan itu. Setelahnya, Yuji tertunduk sedih. Ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya saat ini.
"Ini benar-benar aneh. Ini bukan drama fantasi, 'kan? Kenapa kalian mempermainkanku sekejam ini?"
Plak!!
Kini Siji yang gantian memukul kepala bagian belakang adiknya. Dan tentu saja langsung dibalas Yuji. Jauh lebih kejam.
"Tidak perlu berlebihan seperti itu, Yuyu! Kau sebenarnya juga senang bukan jika kucing itu memang Reiji? Secara tidak langsung, selama beberapa minggu ini memang doa kita sudah terkabul, Yu. Adek Reiji selalu bersama kita selama ini."
Siji menyahut. Mengingat betapa bersikerasnya dia dan Yuji mencari adik mereka waktu di Bangunan Kuno itu, Siji jadi sedikit lega karena mereka benar-benar menemukan adik mereka.
Siji kembali menggosok kepalanya, bekas dipukul Yuji tadi. Ia tidak mengerti apa masalah Yuji sebenarnya. Yuji jadi semakin sering menganiaya dia. Mungkin Yuji memang merasa paling berkuasa di antara mereka. Padahal, Siji yang menjabat menjadi kakak tertua seharusnya.
Terkadang saking kesalnya, Siji sangat ingin sekali mendoakan agar Yuji mendapat karma karena sering menganiaya pemuda lemah, seperti Siji.
"Aku ini benar-benar Reiji, Bang Yu! Sampai berapa kali harus kuyakinkan bahwa aku memang Reiji, adik kalian, huh?!" Reiji yang masih dalam wujud kucing berucap. Ia terlihat sangat berterima kasih pada Madam A.eri karena membuat apa pun yang diucapkan Reiji jadi dimengerti oleh para saudara dan temannya itu
Yuji mengangguk setelah mengalami perang batin tadi. Entahlah. Ia masih bingung harus bereaksi seperti apa. Apa Yuji perlu berjingkrak kegirangan karena sosok yang ia cari selama ini ternyata berada di sekitarnya.
Atau Yuji harus menangis karena kemalangan yang menimpa adik kesayangannya saat ini. Adik yang selalu tidak bisa jauh dari Yuji lebih dari 1 meter itu, kini berubah menjadi kucing.
"Baiklah, jika kucing ini memang Reiji. Tapi ... apa tidak ada cara lain untuk membuat Dede Rei kembali ke wujud manusia, Madam?" Yuji menatap sendu ke arah Madam Ameri. Ia masih berharap jika wanita itu dapat kembali membantunya.
Wajah Madam Ameri berubah murung. Namun, setelah ia tercenung beberapa saat, ia seperti mengingat sesuatu.
Madam Ameri bangkit dan berjalan ke dalam kamarnya.
Siji, Yuji dan Reiji saling melempar pandang. Mereka tidak tahu harus berbuat apa ketika sang tuan rumah bahkan meninggalkan mereka di ruangan menyeramkan ini.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Madam Ameri muncul dari balik pintu kamar rumah yang sedikit menyeramkan ini.
Siji, Yuji dan Ryushin tidak berani bertanya lebih jauh. Yang dapat mereka lakukan saat ini hanyalah menunggu agar Madam Ameri menjelaskan sendiri.
Madam Ameri terlihat membawa buku tebal yang bersampul hitam, dengan simbol rumit di sampul depannya. Kertas dalam buku tebal itu terlihat sudah lama dan usang, terlihat dari warnanya yang sudah berubah cokelat tua dan sudah usang.
Madam Ameri kembali duduk di tempatnya tadi. Ia membuka beberapa halaman buku itu. Membacanya dengan teliti dan menemukan suatu yang sangat ia cari sejak tadi. Binaran dari mata yang disebut Yuji seram tadi, kini terlihat samar.
"Akhirnya ... aku menemukannya!" seru Madam Ameri.
"Menemukan apa, Madam?" Ryushin yang katanya tadi masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Madam Ameri yang berani menyela.
Sedangkan, Yuji dan Siji hanya menunggu sampai Madam Ameri menyelesaikan seluruh kalimatnya.
"Ini adalah buku khusus untuk menghapus sebuah kutukan dan membuka beberapa segel ilusi."
Madam Ameri mengangkat buku tebal itu dengan satu tangan. Membacakan apa yang tertera dalam tulisan, yang terdiri dari rangkaian huruf aneh. Hanya Madam Ameri dan beberapa cenanyang profesional yang dapat mengerti apa yang tertera di buku itu.
"Di sini dijelaskan jika ada sebuah tempat yang dapat memutus segala macam kutukan. Entah kutukan ringan atau kutukan berat seperti yang dialami Reiji saat ini. Ada nama masing-masing tempat sesuai dengan kutukannya." Madam Ameri kembali menjelaskan.
"Untuk kasus yang dialami Reiji adalah dikutuk menjadi kucing. Jadi, kalian harus mencari sebuah Kuil Kuno Kucing untuk meminta petunjuk lain di sana," sambung Madam Aria.
Yuji mengerutkan kening. Ia mencocokkan ucapan Madam Ameri dan ucapan kucing misterius yang berada dalam mimpinya ketika Yuji pingsan. Ternyata ucapan mereka berdua saling berhubungan.
"Kuil Kuno Kucing ini berada jauh di dalam sebuah hutan yang berada di suatu wilayah. Hutan ini jauh di atas gunung. Jika kalian beruntung, biasanya ada tempat istimewa di sekitar kuil yang mampu memutuskan kutukan itu," terang Madam Ameri.
Madam Ameri menutup kembali bukunya. Buku itu memang tidak menjelaskan secara rinci. Namun, ia harap informasinya mampu sedikit membantu remaja-remaja itu.
Bersambung ....