Reiji tiba-tiba saja diajak oleh orang yang mengaku sebagai teman satu sekolahnya ke sebuah bangunan kuno. Eric, nama teman baru Reiji itu. Eric menjanjikan akan membantu Reiji dalam menemukan Yuji yang tengah disekap oleh penguntit.
Namun, Reiji benar-benar tak menyangka jika ia dijebak. Eric tega meninggalkan Reiji di tempat aneh itu. Reiji terpaksa bermalam di bangunan yang disebut Istana Terkutuk tadi.
Saat hari mulai pagi, Reiji memutuskan untuk pergi berjalan kaki saja keluar dari wilayah aneh dan terkesan angker itu. Reiji menggunakan tangan dan kakinya untuk berjalan, karena merasa kakinya sangan pegal jika tak dibantu tangan untuk menopang tubuhnya.
Reiji kini melewati gapura besar dan keluar dari bangunan aneh yang katanya Istana Kutukan itu. Reiji terus menuruni jalanan bukit yang begitu sepi ini.. Entah ini hanya perasaannya atau apa, tapi dia merasa pohon-pohon di sekitarnya terlihat jauh lebih besar dan tinggi.
Reiji mendengar ada suara kendaraan dari arah jauh. Ia berencana menghentikan kendaraan itu dan menumpang hingga ke jalan raya. Reiji menghadang kendaraan, yang ternyata jenis truk, dengan berdiri di tengah jalan.
Ckiittt!!
Suara decitan rem terdengar begitu memekakkan telinga. Reiji sampai terlonjak dan refleks melompat ke samping karena itu.
Reiji menggerutu, memangnya sopir itu tak melihat orang sebesar dirinya? Hampir saja tadi, Reiji tertabrak truk jika telat menghindar, pikirnya.
Sang sopir truk menyembulkan kepalanya ke jendela truk. Ia menatap tajam sambil berteriak, "Woy! Kucing sialan! Kau ingin mati, hah?"
Teman di sebelahnya menyahut, "Kau sudah gila? Untuk apa berbicara dengan kucing, hah? Ayo, kita lanjutkan perjalan!"
Sang sopir truk akhirnya menuruti saran temannya. Ia kembali menginjak gas dan berlalu meninggalkan Reiji sendiri di pinggir jalan.
Reiji begitu geram dengan julukan yang diberikan sopir truk tadi. Apa katanya tadi? Kucing sialan? Memang selama ini Reiji selalu mengandalkan 'jurus tatapan kucing yang minta dipungut' jika meminta sesuatu pada seseorang.
Ataupun meminta seseorang melakukan apa saja untuk dirinya. Seperti saat Reiji meminta Siji untuk mencucikan pakaian kotornya, Reiji akan menggunakan jurus itu. Tapi 'kan itu imut sekali jika Reiji yang melakukannya? batinnya.
Ah, tapi Reiji masih kesal pada dua om tadi. Sepertinya, sekarang ini sudah jarang orang peduli dengan sesama. Di sepanjang jalan, Reiji merutuki sopir truk tadi. Begitu jahatnya lelaki tua tadi hingga mengabaikan pesona keimutan yang terpancar dari sosok Reiji Pradhika.
Reiji bersumpah dalam hatinya jika bertemu paman-paman tadi lagi, Reiji akan memberi mereka pelajaran. Seperti mengempeskan ban truk mereka misalnya, batin si bungsu yang pendendam ini.
Setelah berjalan beberapa menit, Reiji melihat mobil pick up berhenti di pinggir jalan tak jauh darinya. Reiji melihat sekilas ke semak belukar yang berada di sisi kiri jalan. Di sana ada seorang pria yang menghadap pohon.
Reiji sontak mengalihkan wajah, tapi ia sudah terlanjur melihat kegiatan pria itu. Benar, pria itu--sepertinya pengemudi mobil pick up--tengah memenuhi panggilan alam di bawah pohon besar.
'Kheh! Tidak punya sopan! Buang air kecil sembarangan!' batin Reiji kembali.
Saat pria tadi masih menyelesaikan tugasnya, Reiji naik ke belakang mobil pick up. Ia melompat begitu lincah. Reiji merasa tubuhnya begitu ringan saat ini, mungkin dietnya berhasil. Dia tidak ingin punya tubuh sedikit montok seperti Bang Yuji-nya.
Reiji ingin memiliki tubuh yang berotot seperti Siji, tapi dia malas nge-gym. Meski mereka kembar identik, tapi faktor olahraga juga yang mempengaruhi perubahan bentuk tubuh mereka.
Reiji kini memilih meringkuk di antara sayuran yang pria itu bawa di mobil pick up-nya.
Setelah beberapa saat, mobil pick up kembali melaju. Reiji mengembuskan napas lega setelahnya. Ia terus-terusan mengusap hidung dan menjilati punggung tangannya. Entah demi apa, Reiji pun tak tahu. Yang jelas kegiatan itu begitu menyenangkan baginya kini.
Reiji merasa, ia sudah terlalu lama naik ke mobil pick up. Ia mengangkat kepala, meletakkan kedua tangannya di pinggiran bak mobil pick up, mengamati jalanan ramai kota Jakarta.
Reiji mengenal area ini. Beberapa kilometer lagi, ia akan melewati kompleks rumahnya. Semoga mobil ini melewati depan rumahnya, jadi ia tak perlu berjalan lagi.
Namun ternyata, kenyataan tak sesuai keinginan. Mobil pick up itu malah berhenti di depan sebuah pasar. Reiji begitu kesal. Padahal sebentar lagi, ia akan sampai di depan pos kompleks rumahnya. Namun, mobil sialan ini malah berhenti.
Reiji akhirnya memutuskan untuk melompat ketika mobil pick up itu berhenti di depan pasar. Reiji berjalan kaki untuk pulang. Meski penuh perjuangan. Tapi syukurlah, Reiji masih bisa pulang.
Saat melewati sebuah cafe, Reiji menoleh ke kiri untuk melihat pantulan dirinya di pintu kaca cafe. Reiji akan mengecek dulu, apa dia masih tampan seperti sebelum-sebelumnya?
Reiji tidak boleh terlihat berantakan seperti ini di publik. Reiji adalah adik dari influencer Yuji dan anak dari influencer terkenal sekelas Tuan Yudha. Mata Reiji membeliak seketika, tubuhnya tersentak hingga melompat kaget.
'Apa-apaan ini? Siapa kucing oranye gemuk itu?' Reiji membatin.
Reiji ingin sekali berteriak dan memaki, tapi yang keluar dari kerongkongannya hanya bunyi ngeongan.
"Miaw miaw miaw miaw miaw?!" teriaknya kembali. Ia ingin mengungkapkan kekesalannya sebenarnya. Tapi, apa-apaan itu? Ia malah menggumamkan suara aneh.
Reiji begitu panik. Ia mencakar-cakar kaca cafe hingga menimbulkan bunyi 'kriet! kriet!' yang membuat telinga siapapun sakit. Reiji tak peduli meski banyak mata yang memandangnya. Ia masih saja mencakar-cakar kaca cafe.
Hingga seseorang keluar dari dalam cafe dan mengguyur tubuh Reiji menggunakan air bekas cucian. Reiji sontak kaget dan lari dengan kekuatan penuh.
"Miaw miaw miaw miaw," gerutunya lagi meruntuki perbuatan laki-laki yang menyiramnya dengan air bau.
'Berani sekali om-om itu pada Dede Rei yang tampan dan imut ini! Aku benar-benar tak akan memaafkannya. Tunggu saja! Sampai aku dapat kembali ke wujud manusia, aku akan menuntut balas kepada mereka semua. Eric, sopir truk dan penjaga cafe tadi, tak akan lepas dari genggamanku. Ah tunggu! Siji juga pokoknya. Dia yang paling bersalah dalam kisah malangku dan Bang Yuji,' ancam Reiji dalam hati.
Reiji berjalan lungkai menyusuri jalanan sepi menuju kompleks rumahnya. Ia masih bingung dengan perubahannya menjadi kucing. Ini benar-benar aneh dan tak dapat ia terima dengan nalar.
Reiji mengeong di sepanjang jalan. Ia ingin berteriak meminta tolong, tapi hanya ngeongan yang keluar.
Reiji berpikir setiap detiknya hingga tak menyadari ada motor yang berjalan ke arahnya.
TIINN!!
Abang ojek mengerem tepat waktu sebelum ban motornya melindas kucing berwarna oranye itu.
"Ngeong! Miaw! Nyaw miaw ngeong nyaw!" teriak Reiji yang berarti, "Hati-hati, woy! Paman punya mata 'kan? Kalau gitu dipakai!"
Namun, teriakan Reiji dalam wujud kucing sama sekali tak membuat Abang Ojek takut. Dia malah menggerutu, "Kucing sialan! Bikin kaget saja!"
Reiji mencakar-cakar pohon yang berada di sampingnya. Ia meluapkan amarahnya ke pohon. Belum juga menemukan Bang Yuji-nya, tapi Reiji harus mendapatkan kemalangan lain seperti ini.
'Semua ini gara-gara Siji pokoknya!!' geram Reiji dalam hati. Ia terus mencakati pohon sambil membayangkan jika pohon itu adalah sosok Siji.
Setelah puas meluapkan emosinya pada sebuah pohon, Reiji berbaring sejenak di pinggir pohon. Sesekali ia akan menjilati punggung tangannya. Meski tak ia kehendaki, kegiatan itu secara naluriah menjadi kebiasaannya saat ini.
'Hmm, kenapa bisa seperti ini, ya? Apa mungkin aku sedang diguna-guna?' pikir Reiji.
Angin sepoi menyibak bulu tebalnya yang berwarna oranye. Mata Reiji terasa berat. Sejak jadi kucing, ia merasa sering mengantuk. Reiji memejamkan mata dan memasuki alam bawah sadarnya.
Saat Reiji tengah tertidur pulas, ada tangan mungil yang memasukkan tubuh Reiji ke dalam sebuah karung bekas semen.
Dan itulah awal mula Reiji yang dikutuk menjadi kucing. Kedua saudaranya membantu banyak untuk menghapus kutukan tersebut hingga mendatangi seorang cenayang.
Bersambung ...