"Aku tidak aneh, Anak Muda. Jika kau tidak berkepentingan seperti saudaramu, lebih baik kau angkat kaki dari rumahku ini!" Madam Ameri berucap tegas. Namun, ia masih memasang ekspresi tenang seperti sebelumnya.
Siji terhenyak mendengar itu. Wanita itu benar-benar memiliki kemampuan istimewa, bukan hanya bualan seperti Ryushin, yang kemampuannya hanya sebatas menebak-nebak.
Siji merasa jika dia harus lebih berhati-hati lagi setelah ini. Wanita itu dapat membaca pikiran semua orang yang berada di sini, batin Siji.
Yuji masih bertepuk tangan pelan. Ia tak henti-hentinya menatap kagum pada Madam Ameri.
'Wah, hebat! Dia tidak punya alis. Pasti bisa lihat tuyul,' tebak si polos Yuji dalam hati. Kali ini, ia begitu yakin jika akan benar-benar mendapat informasi penting dari Madam Ameri, tentang hilangnya Reiji.
Siji yang sejak tadi mewanti-wanti dirinya untuk tidak membatin tentang apa pun, pada akhirnya ia melanggar itu. Siji berkata dalam hati, 'Penampilan Tante ini sungguh seram!'
Reiji yang masih dalam wujud kucing pun ikut menimpali. 'Wanita ini tinggi sekali. Hampir setinggi papa,' batinnya.
Ekspresi wanita itu kini berubah semakin suram. Ia berbalik membelakangi 3 pemuda bersama seekor kucing itu. Madam Ameri bersidekap. Terdengar bahunya naik turun seperti tengah menahan emosi.
"Ya, benar. Aku memang tidak punya alis dan bisa melihat tuyul. Maaf jika penampilanku ini menyeramkan. Dan tinggiku memang seratus delapan puluh sentimeter sama seperti papa kalian," ucapnya. Ia sembari tersenyum masam karena ucapan-ucapan bocah itu dan kucing. Tunggu! Kucingnya bisa berbicara?
Madam Ameri langsung berbalik saat menyadari jika kucing itu sempat mengatakan sesuatu. Meskipun dalam hati. Madam Ameri memerhatikan kucing oranye itu semakin dekat. Detik berikutnya, ia tersenyum misterius.
"Hmm ... jadi begitu?" lirih Madam Ameri, seolah telah mengetahui sesuatu.
"Kak Yuji! Kak Siji! Ayolah, jangan takut begitu, Kawan! Madam Ameri ini baik kok!" seru Ryushin. Ia menarik kedua tangan temannya itu untuk duduk di kursi kayu, yang berada di ruangan ini.
Ryushi sudah sering ke tempat ini, jadi ia sudah menganggap tempat ini sebagai rumahnya sendiri. Marga wanita ini adalah Valfredo. Mungkin akan mengingatkan pada sesuatu bukan?
Madam Ameri yang memang tidak mempunyai anak dan suami, tentu saja menyambut dengan baik kehadiran Ryushin. Ryushin adalah turunan Valfredo di kehidupan sebelumnya. Jadi, Madam Ameri menganggap Ryushin di kelahiran kedua ini sebagai cucunya.
Silsilah keluarga mereka memang rumit. Tidak akan dijelaskan jauh tentang mereka. Mereka hanyalah 'guest star' di tempat ini.
Madam Ameri kini mengambil posisi untuk duduk di kursi kayu paling ujung. Kursi-kursi kayu itu berjajar di setiap sisi meja yang berbentuk persegi panjang. Mirip meja makan.
"Jadi, kalian ke sini untuk mencari tahu keberadaan seseorang? Benar begitu, eum?" Madam Ameri memulai percakapan.
Yuji dan Siji mengangguk antusias. Padahal, merwka merasa belum mengungkapkan maksud kedatangannya ke sini, tapi Madam Ameri itu sudah tahu duluan.
"Reiji, nama seseorang yang kalian cari, benar?" Lagi-lagi tebakan Madam Ameri sangat tepat.
Yuji kembali mengangguk cepat. Ia semakin menegakkan tubuhnya, saking semangatnya saat ini. Jangan lupakan binaran di mata Yuji yang tak henti-hentinya tertampil sejak tadi.
Siji tidak kalah heboh. Dia bahkan berpikir untuk mengumbar otot perutnya lagi jika wanita itu benar-benar bisa mempertemukan Siji dengan adiknya yang sudah lama hilang itu. Siji kini tidak menyesal akan kejadian memalukan di depan pintu tadi.
Siji mengingat sesuatu. Ia memindahkan kucingnya yang sejak tadi berada di pundak Siji ke kursi kosong di sebelahnya. Siji merogoh saku celananya dan berjalan mendekat ke Madam Ameri yang duduk di kursi paling ujung.
Siji menyerahkan ponsel jadul miliknya kepada Madam Ameri menggunakan kedua tangan sambil menunduk dalam, tanda sopan santun maksudnya.
"Saya mendapatkan pesan singkat ini, Madam. Mungkin Anda dapat menafsirkan arti pesan singkat itu," ucapnya. Setelah itu, Siji bergegas kembali ke tempat duduknya semula.
Madam Ameri tercenung beberapa saat sambil terus memperhatikan pesan singkat itu.
[Siji, aku adalah Reiji. Saat ini aku dalam wujud kucingmu]
Begitulah isi pesan singkat di dalam ponsel jadul yang masih berlayar kuning itu.
Setelah membaca pesan singkat itu, dan sedikit menggunakan kemampuannya. Madam Ameri mencapai suatu kesimpulan. Ia menarik sudut kanan bibirnya.
"Bagaimana, Madam? Apa Madam tahu sesuatu tentang arti pesan. singkat itu?" Yuji ikut bertanya antusias. Madam Ameri adalah harapan satu-satunya bagi Yuji dan Siji saat ini.
Madam Ameri bangkit. Ia berjalan tenang menuju ke kursi tempat kucing oranye itu berada.
Madam Ameri meraih kucing itu dan menggendongnya di lengan. Ia kembali ke tempatnya semula dan menaruh kucing oranye itu di meja, tepat di depannya.
Yuji dan Siji mengernyit. Mereka belum paham tentang apa yang akan dilakukan Madam Ameri setelah ini.
"Jika kau mampu mengerti ucapanku, menangguklah!" perintah Madam Ameri. Ia tadi sengaja menaruh kucing itu untuk menghadap ke arahnya. Ia ingin memastikan sesuatu.
Reiji yang masih berwujud kucing itu, sontak mengangguk seperti perintah Madam Ameri tadi. Reiji sudah lelah diperlakukan seperti kucing oleh keluarganya sendiri. Jadi, Reiji juga menaruh harapan besar pada wanita itu untuk segera membebaskannya dari kutukan menyebalkan ini.
Yuji, Siji dan Ryushin sama-sama terlonjak melihat itu. Namun, mereka belum sepenuhnya percaya. Bisa saja tadi memang kebetulan kucing itu ingin mengangguk. Atau bahkan mungkin Madam Ameri sendiri yang membuat kucing itu mengangguk, seperti menggunakan kemampuan hipnotis misalnya.
Namun, Siji, Yuji dan Ryushin tidak akan mengungkapkan pemikiran mereka itu. Bisa-bisa Madam Ameri akan marah jika kegiatannya diganggu oleh bocah-bocah itu.
Madam Ameri masih menatap intens mata kucing oranye itu. Dia mendengar apa yang ada di pikiran tiga remaja tampan, yang berada satu meja dengannya itu. Namun, Madam Ameri mencoba abai. Dia seolah lebih tertarik pada kucing oranye menggemaskan itu.
"Jadi, kau tidak tahu siapa yang telah membuatmu seperti ini?" Madam Ameri kembali bertanya pada kucing yang berada di hadapannya. Ia sudah tahu jika itu bukan kucing biasa. Bukan siluman kucing juga seperti dugaan Ryushin. Melainkan seorag manusia yang berubah ke wujud kucing. Entah kekuatan semacam apa yang dapat melakukan hal irasional itu.
Selama ini, Madam Ameri sudah sering melihat hal itu. Jadi, ia tidak terlalu terkejut meski melihat manusia yang berubah jadi kucing seperti ini. Ada juga seorang pangeran yang dikutuk menjadi ikan emas. Lalu, ada seseorang yang terlahir kembali menjadi manusia biasa juga.
Madam Ameri sudah sering melihat hal itu. Meski, kebanyakan orang akan mengira jika itu hanya mitos. Tapi, Madam Ameri melihatnya sendiri.
Reiji mengangguk kembali, sebagai tanggapan.
Bersambung .....