Chereads / Pradhika's Bloody Incident / Chapter 10 - Apa Ini Lelucon?

Chapter 10 - Apa Ini Lelucon?

Madam Ameri masih menatap intens mata kucing oranye itu. Dia mendengar apa yang ada di pikiran tiga remaja tampan, yang berada satu meja dengannya itu. Namun, Madam Ameri mencoba abai. Dia seolah lebih tertarik pada kucing oranye menggemaskan itu.

"Jadi, kau tidak tahu siapa yang telah membuatmu seperti ini?" Madam Ameri kembali bertanya pada kucing yang berada di hadapannya. Ia sudah tahu jika itu bukan kucing biasa. Bukan siluman kucing juga seperti dugaan Ryushin. Melainkan seorag manusia yang berubah ke wujud kucing. Entah kekuatan semacam apa yang dapat melakukan hal irasional itu.

Selama ini, Madam Ameri sudah sering melihat hal itu. Jadi, ia tidak terlalu terkejut meski melihat manusia yang berubah jadi kucing seperti ini. Ada juga seorang pangeran yang dikutuk menjadi ikan emas. Lalu, ada seseorang yang terlahir kembali menjadi manusia biasa juga.

Madam Ameri sudah sering melihat hal itu. Meski, kebanyakan orang akan mengira jika itu hanya mitos. Tapi, Madam Ameri melihatnya sendiri. Jadi, dia sangat percaya. Nyatanya, dia juga percaya jika kucing yang berada di hadapannya saat ini adalah manusia yang sedang menjalani kutukan.

Reiji mengangguk kembali, sebagai tanggapan. Ia tidak tahu siapa yang menyebabkan dia berubah menjadi kucing seperti ini. Namun, jika semua ini ada hubungannya jika sifat angkuh dan kasar pada saudaranya selama ini, Reiji berjanji akan berubah.

Reiji sering kali melamunkan penyebab ia berubah jadi kucing, setiap malam. Bahkan, sempat terbesit di kepalanya, jika kutukan ini disebabkan oleh doa-doa orang yang selama ini Reiji sakiti. Jika memang itu benar, Reiji sungguh akan meminta maaf pada mereka dan berbuat baik setelah ini. Seperti pada Siji dan para perempuan yang selama ini Reiji sakiti hati mereka. Namun, ini masih niatan.

"Bagus. Itu niatan yang bagus, Sayang. Kamu harus menghargai orang lain dengan tulus setelah ini. Hiduplah dengan baik!" ucap Madam Ameri, seolah tahu apa yang berada di kepala Reiji saat ini.

'Padahal, saya belum bilang apa-apa, Madam.' Reiji membatin.

Madam Ameri mengulas senyum simpul. Ia menepuk berkali-kali pucuk kepala kucing oranye itu. Dia terlihat begitu menyayangi kucing itu meski baru pertama kali bertemu. Kucing itu juga terlihat sangat nyaman diperlakukan Madam Ameri seperti itu.

Reiji jadi merindukan mamanya. Reiji yang paling manja dari saudara-saudaranya, selalu ingin tidur bersama papa mamanya hingga besar. Mungkin itu juga yang menyebabkan Tuan Yudha dan Nyonya Ayana tidak betah di rumah. Soalnya, anak-anaknya itu selalu saja mengganggu saat mereka sedang bercinta.

Setelah menginterogasi Reiji, kini Madam Ameri menatap bergantian ke arah Yuji dan Siji.

"Jadi, kalian ini yang ingin mencari keberadaan remaja yang bernama Reiji itu?" tanya Madam Ameri, lembut.

Sorot mata tajam yang ia tampilkan tadi, kini berubah teduh. Dia terlihat lebih hangat dari sebelumnya. Mungkin benar kata Ryushin jika sebenarnya Madam Ameri ini adalah orang yang baik. Siji dan Yuji saja yang takut duluan sebelum mengenal lebih jauh.

Makanya ada istilah 'tak kenal maka tak sayang'.

Siji dan Yuji kini membenarkan apa yang dikatakan Ryushim tadi, bahwa sebenarnya Madam Ameri ini adalah orang yang baik. Namun, karena penampilannya yang sedikit seram, orang langsung menyimpulkan jika Madam Ameri adalah wanita yang jahat dan kejam.

Setelah mendengar pertanyaan Madam Ameri tadi, Yuji dan Siji langsung mengangguk, hampir bersamaan.

"Benar, Madam. Kami ini kakak-kakak dari Reiji yang hilang itu. Meski selama ini saya selalu dirundung oleh Dede Rei sama Yuji, tapi saya masih menyayanginya lebih dari apa pun di dunia ini, Madam."

Racauan Siji baru saja, langsung mengundang gelak tawa Ryushin. Ternyata, tidak hanya di sekolahan Siji selalu dirundung oleh Yuji dan Reiji, tapi sepertinya saat mereka berada di rumah juga. Terlihat jelas dari sikap Siji yang seolah memiliki trauma mendalam itu.

Namun, Yuji malah tersenyum canggung. Meski yang diucapkan Siji adalah kebenaran, tapi jika diungkapkan di depan Madam Ameri, Yuji merasa malu juga. Tidak terima dia dikatai oleh Siji seperti tadi. Dia bahkan kini menatap tajam ke arah Siji.

Siji menggaruk tengkuknya. Ia merasa canggung ditatap oleh adiknya seperti itu.

"Jadi, apa arti pesan singkat itu, Madam?" Siji bertanya kembali. Padahal, ia belum pernah menyebut nama 'Reiji' sejak tadi, tapi Madam Ameri bisa langsung tahu.

Madam Ameri melihat bergantian antara Siji, Yuji dan kucing yang berada di hadapannya.

"Ini kucingnya siapa?"

"Kucing saya itu. Bagus 'kan, Madam? Saya menemukannya beberapa hari yang lalu di jalan. Memangnya kenapa, Madam?" Siji menyahut.

Siji jadi mengingat tentang pertemuannya dengan kucing itu yang penuh dengan tragedi. Sampai dia harus bertengkar dengan Yuji agar diizinkan memelihar kucing. Lalu, Siji bahkan sampai pingsan karena kelelahan mencari kucing dan Reiji.

"Hahaha!" Tawa Madam Ameri langsung membahana, terdengar hingga seantero ruangan.

Semua yang berada di ruangan itu langsung bergidik ngeri.

Siji, Yuji dan Ryushin saling melempar pandang. Diikuti dengan kedua bahu mereka yang terangkat, menandakan jika tidak ada yang tahu penyebab Madam Ameri tertawa hingga seperti itu.

"Kau lucu sekali, Sayang." Saat mengucapkan ini, Madam Ameri sembari menatap ke arah Siji. "Kau sedang mencari seseorang yang bahkan selama ini selalu berada di dekatmu," sambung Madam Ameri.

Siji mengerutkan dahi. Ia menoleh ke arah Ryushin dan adiknya, memohon penjelasan. Namun, mereka malah menggeleng lemah sebagai tanggapan. Telepati antar saudara dan teman ini memang tidak berguna, batin Siji.

Siji dan Yuji menunggu Madam Ameri untuk menyelesaikan kalimatnya dulu. Percuma, mereka sudah tidak dapat bertelepati saat ini. Mungkin telepati mereka akan bekerja jika dalam situasi-situasi tertentu saja, seperti saat di bangunan kuno waktu itu.

"Sebenarnya, kucing oranye ini adalah perwujudan seseorang yang kalian cari itu, Sayang." Madam Ameri berucap lembut. Ia kini bahkan memperlakukan semua tamu-tamunya itu dengan sangat baik. Jauh berbeda dengan sikapnya awal tadi.

Brak!!

Yuji menggebrak meja dan bangkit berdiri saking syoknya.

"Tu-tunggu dulu, Madam! A-apa maksud Anda ini? Kucing punya Sithok ini sebenarnya adalah Gaida? Bagaimana bisa?!" Yuji memekik, tidak percaya. Ia kini bahkan merasa tengah dipermainkan saat ini.

"Iya, Sayang. Setelah aku menyentuh kucing saudarqmu tadi, aku mendapat sedikit penglihatan tentang apa yang membuat dia berubah menjadi kucing seperti ini. Reiji 'kan nama remaja yang kau cari itu?"

Yuji langsung mengangguk antusias, mendengar ucapan Madam Ameri baru saja.

"Iya, benar, Madam. Reiji itu adalah adik kembar kami. Yang meskipun menyebalkan, tapi kami menyayangi Dede Rei." Yuji menambahkan.

"Ngaong!" Reiji yang dalam wujud kucing, menyahut. Ia sepertinya kurang suka dengan ucapan Bang Yuji-nya yang mengatakan jika dia itu menyebalkan.

"Dari penglihatanku tadi ...."

Bersambung ....