Chereads / Pradhika's Bloody Incident / Chapter 6 - Datang ke Cenayang

Chapter 6 - Datang ke Cenayang

"Permisi! Madam Ameri! Hallo! Ini Ryushin!" Ryushin memanggil dengan suara lantang secara berulang-ulang.

Jauh di belakang sana, Siji tengah berbisik ke telinga Yuji.

"Yuyu, ini sungguhan rumah neneknya Ryushin, ya? Kok dia manggilnya madam?"

Yuji mengangkat kedua bahunya.

"Mana aku tahu, Sithok. Ryushin tidak pernah membahas sebelumnya tentang neneknya ini. Entah nenek kandung, atau hanya sebutan pada wanita yang lebih tua," sahut Yuji, sekenanya.

"Kau itu bagaimana sih, Yu? Katanya Ryushin itu sahabatmu, kenapa hal begitu saja tidak tahu, huh?" Siji menggerutu kesal. Jawaban Yuji baru saja malah terkesan bahwa Yuji itu bukanlah sahabat yang baik.

Yuji menjitak kepala Siji dengan kejam.

"Tidak semua urusan pribadi sahabatku, aku juga harus tahu, Sithok!" Yuji menatap tajam ke arah Siji.

"Ya kali aja, Yu. Soalnya, aku 'kan tidak punya sahabat." Saat mengatakan ini, Siji sambil tersenyum miris.

"Sithok, please! Jangan menampilkan senyum menyeramkan seperti itu! Aku akan mengiramu kerasukan seperti waktu itu, Sialan!" gerutu Yuji.

Yuji kesal saja setiap kali melihat Siji tersenyum. Rasanya, Yuji ingin meremas wajah suadaranya yang khas Asia Timur itu. Yang seharusnya kembar identik dengan dirinya, tapi karena penuh jerawat dan berminyak, jadi terlihat seperti bukan saudara kembar identik jadinya. Siji jarang perawatan wajah sih. Ah, mungkin bahkan tidak pernah.

Jika ada pernah tahu seorang aktor dari Jepang bernama Yamazaki Kenti. Nah, kurang lebih seperti itu paras Pradhika's Triplet. Minus Siji soalnya Siji terlihat seperti tukang cilok yang biasanya lewat kompleks mereka, batin Yuji.

Meski memiliki wajah bak YamaKen, tapi Yuji sangat menyukai segala hal yang berbau India sama seperti Ryushin.

Meninggalkan sejenak Yuji dan Siji yang masih berdebat di belakang sana, di depan pintu itu, Ryushin masih berupaya untuk membuat sang empunya rumah segera keluar.

"Permisi! Madam Ameri! Ini Ryushin, Madam!" seru Ryushin kembali. Ia terus saja mengetuk pintu.

Srak!

Lubang yang berada di daun pintu itu terbuka dari dalam.

Ryushin, Yuji, Siji beserta Reiji--yang berwujud kucing--saat ini berada di pundak Siji, terlonjak seketika.

Mereka bahkan berteriak, "Wuaakh!" hampir bersamaan. Siapa juga yang tidak kaget melihat mata berukuran cukup besar yang tiba-tiba terlihat dari lubang yang berada di daun pintu.

"Kim Ryushin?"

"Iya, ini Ryushin, Madam! Apa kabar?" Ryushin menyahut dengan antusias. Ia terlihat seperti sudah lama tidak bertemu dengan sosok yang berada di balik pintu kayu bercat hitam itu.

Meski hanya terlihat matanya, tapi Ryushin menyangka jika neneknya itu tengah tersenyum ke arahnya. Terlihat jelas dari mata yang dipoles pensil alis hitam itu menyipit, seperti tengah tersenyum.

"Sudah lama sekali ya, Madam!" ucap Ryushin, lembut. Dia juga tersenyum ke arah sosok yang masih berada di balik pintu itu.

Siji, Yuji dan Reiji--dalam bentuk kucing--masih mematung di tempat mereka semula. Saking kagetnya, mereka bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun saat ini.

"Siapa mereka yang berada di belakangmu itu, Shin?" tanya sosok itu sambil menatap tajam ke arah Yuji, Siji dan kucing yang berada di pundak Siji.

"Ah iya!" Ryushin berbalik dan menarik kedua temannya itu untuk mendekat ke arah pintu.

Ryushin juga heran, kenapa kedua temannya itu terlihat begitu ketakutan saat ini. Mereka seolah mengalami trauma dengan hal-hal mistis semacam ini.

Setelah Ryushin berhasil menggeret tangan Yuji dan Siji untuk mendekat ke arah pintu, Ryushin lantas berucap, "Kenalkan, Madam! Mereka adalah teman-temanku."

Ryushin menepuk bahu kiri Arjun.

"Yang tinggi dan kekar ini namanya Siji. Namanya seperti penyebutan dalam angka Jawa, tapi mukanya seperti artis Jepang. Tapi, tidak sayangnya kurang perawatan saja, hahaha." Ryushin mengakiri kalimatnya dengan tertawa kejam. Anteknya Yuji sih, jadi tidak heran.

"Ha-hai, Madam!" sapa Siji sambil melambaikan tangan, kikuk.

Tawa Ryushin tadi, berhasil membuat Siji naik pitam. Bahkan, saat ini Siji menarik kerah belakang kemeja yang dipakai Ryushin setelah memberi salam pada Madam Ameri.

"Kau sedang meledekku, Shin?!" lirih Siji, tepat di telinga Ryushin. Ia tidak ingin sosok yang katanya nenek dari Ryushin itu mengetahui jika cucunya tengah dituduh seperti ini. Jadi, Siji mengatakannya denga lirih.

Ryushin mengabaikan ucapan Siji. Ia berjalan dan beralih ke sisi Yuji. Ia menepuk bahu kanan Yuji.

"Nah, yang agak bantet tapi imut, dan tampan ini namanya Yuji, Madam. Dia kembar identik dengan Siji tadi. Tapi, sedikit beda ya, Madam? Baiklah, aku tidak akan membahas perbedaannya. Madam pasti sudah paham sendiri. Namanya agak Jejepangan, tapi mukanya memang mirip aktor dari Jepang sih," sambung Ryushin.

Siji kesal memang ketika Ryushin membahas perbedaan antara Yuji dan dirinya. Pasti Ryushin membahas tentang wajah. Mereka berbeda meski kembar identik. Wajahnya Yuji sangat glowing, sedangkan Yuji burik. Pasti Ryushin ingin mengatakan itu tadi. Siji yakin itu. Namun, Siji menekan mati-matian emosinya.

Untuk persepsi Ryushin yang mengatakan jika Yuji mirip Yamazaki Kento, Siji mengangguk setuju. Ia jadi merasa bahwa dia akan menjadi influencer terkenal seperti papa dan adiknya jika Siji sedikit saja melakukan perawatan, batin Siji.

"Ha-halo, Madam!" sahut Yuji juga, terbata. Wajah Yuji bahkan saat ini terlihat pucat saking takutnya.

Ryushin beralih menepuk kepala kucing oranye yang berada di pundak kiri Siji.

"Dan kucing ini adalah makhluk aneh yang pernah Ryushin ceritakan di telepon kemarin, Madam."

'Hasem! Ryushin ini mengataiku aneh? Yang benar saja? Padahal, kelakuan Ryushin sendiri lebih aneh daripada diriku,' gerutu Reiji dalam hati.

Fokus mata Reiji kini tertuju pada sepasang mata beriris cokelat gelap, yang terlihat dari lubang pintu hitam itu. Reiji merasa jika sepasang mata itu terus mengawasinya sejak tadi.

Pemikiran-pemikiran yang mustahil, memenuhi kepala Reiji saat itu. Seperti, apa wanita itu dapat melihat wujud asli Reiji? Apa wanita itu tahu jika sebenarnya Reiji ini adalah manusia? Atau apakah wanita itu mampu mengembalikan wujud asli Reiji? Dan berbagai pertanyaan lainnya.

"Kucing itu memang terlihat aneh seperti katamu kemarin, Ryushin," ucap sosok yang masih berada di balik pintu. Ia terus menatap tajam Reiji yang berwujud kucing.

"Iya, makanya itu Ryushin datang ke sini, Madam. Apa Ryushin boleh masuk sekarang?" Ryushin berucap antusias. Ia sudah sangat merindukan wanita tua yang berada di balik pintu itu sebenarnya. Meski bukan nenek kandung, tapi wanita itu sudah menjadi sosok nenek bagi Ryushin yang sejak lahir hanya memiliki papa di dunia ini.

"Hmm ... tentu saja, Ryushin Sayang. Apa pun untukmu, Cucuku," sahut sosok wanita misterius itu.

"Waah! Terima kasih, Madam!" Ryushun berseru kegirangan.

"Tapi, tidak untuk teman-temanmu, Sayang," sela sosok yang berada di balik pintu itu.

"Eh?! Kenapa begitu?" Yuji dan Siji memekik.

Bersambung ....