Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 37 - Cemburu

Chapter 37 - Cemburu

Usai kejadian di malam itu, kini Alice dan Felix di rawat di rumah sakit.

Tetapi keadaan Felix yang paling parah.

Hingga kini pria itu belum siuman, sementara Alice sudah siuman sejak tadi.

Hanya saja di setiap ia memejamkan mata, Alice selalu mengigau dan bayangan Sea yang sangat menyeramkan itu datang lagi.

Beruntung Carlos selalu ada di sampingnya.

"Alice, sebaiknya kamu istirahat, kondisi kamu belum stabil. Ayo, tidurlah ...," ujar Carlos.

"Aku tidak mau tidur lagi! Aku takut dia datang! Aku juga takut dia akan mencelakaiku lagi!" ujar Alice sambil menangis histeris.

Carlos pun segera memeluk wanita itu.

"Ayolah, berhenti menangis, dia tidak akan membunuhmu. Ada aku di sini, Alice ...," kata Carlos.

"Dia wanita jahat ... dia telah  membunuh banyak orang,"  tukas Alice dengan lirih, wanita itu seakan tiada daya.

*****

Carlos yakin sudah melumpuhkan Sea pada saat itu, namun kenyataannya para aparat kepolisian tidak menemukan jasad Sea.

Padalah Carlos mengira setelah ini akan dijebloskan ke penjara karena telah membunuh orang, namun orang yang telah ia bunuh malah menghilang.

Yang artinya Sea masih hidup, dan kemungkinan  pula Sea akan kembali meneror mereka serta orang-orang di sekiranya.

Yang jelas hilangnya Sea membuat Carlos ingin segera mindahkan Alice dari kota itu. Bukan hanya Alice   tetapi juga Felix, dia juga akan di pindahkan ke Oxford untuk tinggal bersama bibinya.

Para keluarga Felix  ingin agar pemuda itu aman dari teror Sea. Serta menyembuhkan diri dari segala trauma secara mental.

Namun rencana pemindahan itu akan  dilakukan nanti ketika kondisi mereka semua sudah membaik.

Sementara para korban dari kekejian Sea tengah dalam proses autopsi. Dan akan dikembalikan pada keluarga masing-masing setelah proses selesai. Termasuk para mayat yang terkubur di bawah lantai basemen.

***

Ketika Carlos tengah berpelukan dengan Alice, tepat di saat itu pula Bella datang menghampiri mereka.

Wanita itu tak kuasa menahan tangis, dan dia turut memeluk adik perempuannya.

"Alice, aku sekarang sudah janda, Alice! Aku tidak punya suami!" ujar Bella dengan derai air mata.

"Kamu kenapa, Alice? Kenapa tidak meresponku?"  tanya Bella penuh kekhawatiran.

"Bella, dia masih syok Bella, aku rasa butuh waktu bagi Alice untuk menenangkan hatinya," tukas Carlos memperingatkan Bella.

"Ya, Tuhan! Apa dia akan baik-baik saja?!"

"Sudah lah, kamu tenang saja, Bella. Aku yakin Alice baik-baik saja, tetapi setidaknya biarkan dia berada di sini,"

"Tapi, bagaimana aku bisa tenang, Carlos! Bahkan aku tidak bisa berlama-lama di sini untuk menjaganya! Aku harus mengurus Diana, dan Daniel. Lalu bagaiamana dengan Alice?" Bella tampak sangat bingung. Butiran bening itu tak henti menetes, membsahi wajahnya yang memerah.

Di sisi lain dia ingin menjaga Alice, tetapi di sisi lain pula dia juga ingin segera menemui putra-putrinya. Dan tentunya Bella juga harus mempersiapkan upacara pemakaman untuk Archer setelah usai proses autopsi nanti.

"Kamu tenang saja, Bella. Aku akan menjaga adikmu dengan baik," tukas Carlos meyakinkan Bella.

"Terima kasih, Carlos. Setidaknya sekarang aku sedikit tenang, aku titip Alice, ya,"

"Iya Bella. Aku akan menjaga Alice sampai dia sehat, dan aku akan segera  membawanya ke Oxford,"

"Iya, Carlos," Dengan berat hati Bella pun meninggalkan Alice serta Carlos hari itu juga.

Ini pilhan terbaik, karena Danil dan Diana pasti sudah menunggunya.

***

Beberapa hari kemudian, kondisi Alice dan Felix sudah mulai membaik.

Bahkan Alice sudah tidak mengigau lagi, hanya saja dia lebih sering melamun, dan menjadi orang yang mudah ketakukan.

Kini Alice menghampiri Felix di kamarnya.

Dia tampak bahagia melihat Felix yang sudah siuman.

Perlahan Alice meraba wajah Felix.

"Felix, bagaimana kedaanmu?" tanya Alice.

"Aku baik-baik saja, Alice. Bagaiamana dengan keadaanmu sendiri?"

"Seperti yang kamu lihat, Felix. Aku baik-baik saja," jawab Alice.

Kemudian  dua orang itu saling berpelukan.

Alice menangis haru, dia benar-benar tak menyangka bisa selamat dan dapat melihat Felix lagi.

Masih teringat jelas bagaimana rasanya tinggal di ruang bawah tanah dengan kaki dipasung serta tangan yang diborgol.

Saat itu Alice juga harus menyaksikan mayat-mayat yang diawetkan tengah berjajar rapi, dan seolah menatapnya.

Saat-saat terakhir ia melihat kematian Archer di hadapananya pun, juga masih terngiang-ngiang di benaknya.

Sea benar-benar seorang pembunuhan berantai, seperti yang ia curigai, bahkan kenyataannya jauh lebih menyeramkan.

"Felix, aku senang melihatmu masih hidup ... aku juga senang kita masih bisa berpelukan seperti ini,"  tukas Alice.

"Aku juga senang, Alice. Aku pikir hidupku akan berakhir di tangan wanita gila itu, tapi ternyata tidak. Tuhan, masih memberiku kesempatan untuk hidup." Pungkas Felix.

Dari jendela luar ruangan kamar Felix, Carlos menyaksikan Alice yang tengah berpelukan dangan Felix.

Terlihat sekali jika hubungan mereka berdua sangat dekat.

Carlos teringat saat ia baru mengenal Alice.

Mereka awalnya juga bersahabat, dan tak jarang Alice memeluknya sebagai tanda kasih sayang kepada seorang sahabat. Hingga akhirnya pelukan itu berubah menjadi pelukan cinta kepada kekasihnya.

Melihat kedekatan itu, Carlos mulai cemburu, dan takut jika pelukan

yang awalnya sebagai tanda persahabatan ini berubah menjadi tanda cinta. Sama persis dengan berjalanan cintanya saat besama Alice dulu.

Namun Carlos juga tidak bisa melarang mereka begitu saja. Terlebih dia sekarang bukan siapa-siapanya Alice lagi.

Yang bisa ia lakukan hanyalah bersabar, dan terpaksa memberi kebebasan pada Alice untuk berpelukan dengan Felix.

***

"Alice, bagaimana bisa kita selamat?" tanya Felix.

"Tentu saja bisa!" jawab Alice. "Karena Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk tetap hidup, sehingga Ia mengirimkan seorang pria  yang menolong kita." Imbuhnya.

"Siapa dia?" tanya Felix.

"Carlos." Jawab Alice.

Mendengar nama itu disebut, membuat Felix tersentak.

"'Carlos' suamimu maksudnya?" ujar Felix dengan raut mencerca.

Alice menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Mendadak ekspresi Felix berubah kesal.

Tentu saja kedatangan Carlos membuatnya cemburu.

'Sial! Kenapa pria itu datang lagi? Tidak tahu diri sekali datang kepada wanita yang telah ia sakiti!' batin Felix.

"Felix, kamu kenapa?" Alice menggerakkan pundak Felix, sehingga Felix tersentak dari lamunannya.

"Eh, tidak apa-apa, kok!" jawab Felix.

Alice pun melanjutkan ceritanya tentang kedatangan Carlos, yang telah menolong mereka semua. walaupun Alice sangat membenci Carlos, tetapi dia tetap harus berterima kasih atas bantuan pria itu. Karena tanpa Carlos, maka dia dan Felix akan mati, dan bisa jadi kejahatan Sea tidak akan terbongkar sampai kapan pun.

"Felix, mungkin kalau waktu itu Carlos tidak datang, pasti kita sudah mati," tukas Alice, dan Felix masih terdiam dengan raut wajah kaku.

Sejujurnya dia tidak menyukai Alice menceritakan tentang mantan suaminya, walau Carlos sudah menolong mereka sekalipun. Namun Felix tidak mau membuat Alice tersinggung. Sehingga ia tetap mendengarkan wanita itu sampai selesai berbicara.

To be continued