Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 41 - Rayuan Maut Caroline

Chapter 41 - Rayuan Maut Caroline

Caroline menarik tangan Carlos dan mengajaknya masuk ke dalam.

Entah apa yang sedang direncanakan Caroline terhadap Carlos, yang jelas penampilannya pada hari ini sangat berbeda.

Wanita itu merias wajahnya lebih cantik dari biasanya. Dan hari ini dia juga mengenakan pakaian yang sangat seksi.

Setelan lingri merah senada dengan warna lipstik yang ia kenakan, benar-benar membuat wanita itu terlihat menggoda.

"Carol, kenapa kamu tiba-tiba berada di sini?" tanya Carlos.

"Loh, kenapa? Biasanya aku juga sering kemari, 'kan?"

"Tapi kenapa kamu berpakaian seperti ini? Dan aku—"

"Ssst ...." Caroline menutup mulut Carlos dengan jari telunjuknya. Kemudian dia menutup pintu rumah rapat-rapat.

"Carol, tunggu! Kau mau apa?!" tanya Carlos.

Namun gadis itu tak menjawab pertanyaan Carlos, dia mulai mendekati Carlos, dan duduk di atas pangkuannya.

"Masa iya, aku harus menjelaskan kepadamu? Aku berdandan seperti ini tentu saja untuk menyambutmu," ujar Caroline dengan suara yang manja. Dia menggit bawah bibirnya sendiri yang terlibat seksi dengan lipstik merah menyala.

"Carol! Tolong hentikan!" Carlos mendorong sedikit tubuh wanita  yang ada di hadapannya ini.

"Kenapa? Bukankah kamu suka jika aku bertingkah agresif seperti ini?" tanya Caroline dengan raut kecewa.

"Carol! Kamu sendiri yang sudah bilang jika aku boleh mengejar Alice lagi, 'kan?" tanya Carlos.

Mendengar pertanyaan Carlos itu membuat Caroline merasa kesal. Memang benar apa yang dikatakan oleh Carlos, jika ia pernah mengizinkan Carlos untuk mengejar Alice lagi, dengan catatan Alice harus mau menerima Carlos kembali.

Hal itu ia lakukan untuk menebus kesalahannya kepada Alice.

Namun setelah ia pikir-pikir ulang, dia belum rela jika harus kehilangan Carlos.

Tak peduli jika dia harus digelayuti perasaan bersalah sepanjang hidupnya, terhadap Alice. Yang terpenting dia tidak kehilangan Carlos.

"Carol, kenapa kamu diam saja?" Seketika Caroline terkesiap dan segera menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mau kehilangan kamu, Carlos!" jawab Caroline.

"Kenapa kamu bicara begitu?"

"Ya karena aku masih mencintaimu, Carlos!"

"Tapi kamu itu sudah berjanji!" protes Carlos.

"Tapi tak semudah itu, Carlos! Karena aku memang benar-benar sangat mencintaimu! Lagi pula di mana Alice? Dia tidak mau menerima kamu lagi, 'kan?" tanya Caroline dengan nada yang mencemooh.

Perlahan Carlos meraba wajah wanita itu dengan kedua telapak tangan.

Dan menatap kedua mata Caroline dalam-dalam.

"Carol, kamu sendiri yang bilang jika kalian bersahabat baik. Harusnya kamu mengembalikan apa yang menjadi milik Alice," tukas Carlos dengan suara yang lembut.

"Tidak bisa!" ketus Caroline, "semua sudah terlambat, Alice juga sudah tidak mencintaimu lagi, Carlos!" pekik Caroline. "Kamu harus menerima kenyataan ini! Semesta, menakdirkanmu denganku, bukan dengan Alice!" tegas Caroline meyakinkan Carlos.

Pria itu menggelengkan kepalanya. Lalu dia berdiri hingga membuat Caroline yang ada di pangkuannya nyaris terjatuh.

"Ayo ganti pekaianmu, dan aku akan mengantarkanmu pulang, Carol!" kata Carlos.

"Tidak mau!" jawab Caroline dengan lantang.

Dia benar-benar tak rela Carlos memperlakukan ini kepadanya. Dia sangat mencintai pria itu, namun dengan mudahnya Carlos menghapus perasaan cintanya terhadap Caroline.

Dan ini tidak adil! Apapun yang terjadi, Caroline tidak akan membiarkan pria yang ia cintai ini jatuh di pelukan Alice lagi.

'Aku harus melakukan sesuatu!' bicara Caroline di dalam hati.

Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di atas lantai tanpa sebab.

Tentu saja hal itu membuat Carlos merasa panik.

Terlebih akhir-akhir ini Carol sering sakit-sakitan. Terkadang dia mengalami tekanan darah tinggi akibat terlalu stres.

Dengan sigap Carlos membawanya masuk ke dalam kamar, dan Carlos mengambil selimut tebal untuk menutupi tubuh Caroline.

Sesaat dia mengusap-usap atas kepada gadis itu.

Carlos duduk di atas ranjang sementara Caroline masih memejamkan matanya.

"Ah, kamu ini ada-ada saja, Carol," gumamnya.

"Mungkin akan lebih baikan jika aku menelpon, Dr. Alvin,"

Carlos meraih ponsel dari sakunya, dia hendak menelpon paman Caroline yang seorang dokter. Namun tepat di saat itu Caroline membuka matanya lalu merebut ponsel yang ada di tangan Carlos.

Seketika pria ini kaget, dan ponsel yang ada di tangannya malah terjatuh ke lantai.

Prang!

"Astaga!" Carlos menengok kearah Caroline dengan raut wajah yang kesal.

"Kamu pura-pura pingsan, ya?" tanya Carlos.

Tak sepatah kata pun yang keluar dari bibir gadis itu.

Dan dia malah menarik tubuh Carlos hingga pria itu terjatuh di kasur. Caroline Bangkit dan dia menimpa tubuh Carlos.

"Caroline, kau ini sudah gila, ya!?"

"Iya, aku jadi gila karena kamu, Carlos!"

"Ayo, menyingkir!" sergah Carlos.

"Tidak!" jawab Caroline bersikeras.

"Kalau begitu aku akan mengusirmu secara paksa!" ancam Carlos. Lalu wanita itu menangis serta memasang wajah memelas di hadapan Carlos.

"Carlos, aku mohon beri aku kesempatan untuk melepaskanmu pelan-pelan, Carlos ...," pintanya.

"Apa maksudmu?"

"Carlos, aku ingin sebelum kau benar-benar kembali menjadi milik Alice, biarkan aku berada dalam pelukanmu. Ayo peluk aku ... untuk saat ini saja ...."

"Tapi janji hanya kali ini saja, ya?"

"Iya," jawab Caroline.

Dan wanita itu langsung membungkam mulut Carlos dengan kecupan bibir merahnya.

Carlos tak bisa menghentikannya.

Wanita itu begitu liar, sampai Carlos tak mampu membalas setiap gerakannya.

Dia memang sangat pandai untuk urusan ranjang, Carlos tak memungkiri akan hal itu.

Namun entah mengapa ... hatinya masih tetap untuk Alice.

'Aku tidak bisa menolak ajakan Caroline, padahal aku ini sedang berjuang untuk mengajar cintanya Alice,' batin Carlos.

Tetapi tubuhnya sudah terlanjur lemah, tak butuh waktu lama bagi Caroline untuk membuat Carlos menjadi tak berdaya.

'Tapi tidak apa-apalah, aku akan menganggap ini semua sebagai salam perpisahan. Setelah ini aku akan kembali kepada cinta sejatiku, yaitu Alice,' batinnya lagi. Carlos memejamkan matanya saat lumatan bibir manis Caroline mulai turun ke bawah, dia mulai menyusuri leher hingga bawah perut Carlos.

Nafsu pria itu kian memuncak, mulutnya mulai meraung pelan.

Caroline berhenti sesaat, lalu memandang wajah pria yang ada di hadapannya sedang menikmati. Ini terlihat apik.

Bibirnya tersenyum licik.

'Aku akan membuatmu semakin ketagihan, dan hingga membuat dirimu sadar, bahwa hanya aku satu-satunya wanita yang paling pantas mendampingimu, Carlos!' bicara Caroline di dalam hati.

Suasana semakin panas, dan dua sejoli itu melepaskan hasrat seksualnya pada sore itu. Tak ada satu pun orang yang dapat menggangu mereka, semua pintu tertutup rapat.

Caroline tampak puas bisa membuat pria pujaan hatinya, kembali bertekuk lutut dalam rayuannya.

Dia yakin semakin ia merayu Carlos, dan membuatnya terlarut dalam sebuah buaian surgawi, maka semakin sulit pula bagi Carlos untuk terlepas dari jeratnya.

To be continued