Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 47 - Dia Datang Lagi

Chapter 47 - Dia Datang Lagi

Malam kembali menyapa, Alice masih berada sendirian di dalam kamar.

Suasana malam yang sunyi membuat hati Alice merasa tak tenang. Dalam lelapnya ia kembali mendapatkan bayangan tentang Sea.

Kali ini bukan kebrutalan Sea yang tampak, namun senyum hangat dan sikap ramah Sea yang menyapanya.

Wanita itu berjalan mendekat, sembari membawa satu nampan berisi makanan.

"Alice," ucapnya pelan seraya menepuk pundak Alice.

Seketika kedua mata Alice terbuka dan ia mulai terbangun dari mimpinya.

"Ya, Tuhan! Ternyata hanya mimpi?" Alice segera bangkit dari tempat tidur, ia meraih segelas air dan meneguknya di tempat itu juga.

Perasaannya masih tidak tenang, bulu kuduknya meremang.

"Aku takut tidur sendirian," gumamnya.

Perlahan Alice menuju kamar Bella.

Ia hendak tidur di sana. Namun kamar itu terlihat sangat sempit, satu kasur dihuni oleh tiga orang.

Yaitu, Bella, Daniel, dan Diana.

"Aku tidak mungkin tidur di sana, kasurnya sempit," Alice pun memutar langkah dan kembali masuk ke dalam kamarnya lagi.

Sebelum tidur ia memeriksa seluruh pintu. Ia hanya ingin memastikan jika semua pintu terkunci dengan rapat, sehingga tidak akan ada penyusup yang bisa masuk, termasuk Sea.

"Ya, sudah aman. Sekarang aku bisa tertidur dengan nyaman," ucap Alice.

Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Mulutnya terus bergumam sendirian.

"Aku tidak perlu takut dengan mimpi buruk. Dan aku juga tidak perlu takut dengan hantu Clara. Karena hantu itu tidak bisa berbuat apa-apa. Apa lagi membunuh orang."

"Sekarang yang aku takutkan hanyalah Sea, karena ia berhasil melarikan diri dari para polisi,"

"Aku takut dia datang ke Oxford untuk mencariku!"

"Oleh karena itu aku harus waspada, dan selalu menutup pintu rapat-rapat!" Dia meluapkan isi hatinya dengan berbicara sendirian, hingga pada akhirnya ia menajamkan mata.

Rupanya mimpi buruk belum juga usai, Sea kembali hadir di dalam mimpinya. Dalam kesunyian, Alice melihat kedatangan Sea.

"Alice, apa kau tak kasihan padaku?" ucap Sea. Kali ini Sea berbicara dengan wajah pucat dan memelas.

Tidak seperti dalam mimpi sebelumnya, wanita itu terlihat sangat ramah, dan di hari sebelumnya Sea terlihat sangat menyeramkan.

"Sea! Kenapa kamu masih bisa masuk? Aku, 'kan sudah mengunci seluruh pintu?!" ujar Alice yang tampak bingung. Seingatnya dia benar-benar sudah menutup pintu rumah dengan rapat, tetapi entah mengapa Sea masih bisa masuk.

Alice belum sadar jika ia kembali dalam dunia mimpi.

Dan setelah ia meperhatikan lagi, rupanya dia sedang tidak berada di rumah Bella, melainkan ada di rumah Sea.

"Kenapa aku bisa ada di sini? Bukanlah aku tadi masih berada di rumah Bella?" ucap Alice.

Dia hendak berlari keluar dari rumah ini, namun tak sengaja kakinya menabrak mayat yang tergeletak.

"Akh!" Alice berteriak, dia melihat wajah mayat itu, dan ternyata dia adalah Livy Jones.

"Livy? Bukankah mayatnya sudah dikremasi?" ujar Alice yang kebingungan. Dan dari kejauhan Alice kembali melihat sesosok mayat Archer, Lilly, dan yang lainnya.

Wajah mereka tampak menyeramkan.

Lalu di depannya, Sea mulai berjalan mendekat. wajah Sea juga tak ceria seperti biasanya.

Kali ini wanita itu terlihat sangat pucat, dan ada banyak luka lebam di sekujujur tubuhnya.

"Alice ...," panggilnya dengan suara bergetar.

"Pergi! Jangan mendekat!" teriak Alice.

"Alice, aku mohon ... Alice, tolong ...." Sea terlihat begitu rapuh. Alice sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan Sea menjadi seperti ini.

Benar-benar tidak seperti Sea yang ia kenal.

Entah apa yang telah terjadi pada Sea, Alice tidak peduli yang terpenting baginya ia bisa keluar dari tempat ini sekrang juga.

Alice berlari sekuat tenaga, ia meraih kpop pintu, namun tepat di sampingnya tiba-tiba sudah ada Clara yang tengah berdiri dan menatapnya dengan nanar.

"Bibi Alice," ucapnya dengan suara pelan dan raut wajah yang datar.

"Cepat menyingkir! Aku mau keluar!" bentak Alice.

"Bibi, tolong Ibuku, Bibi ...," pinta Clara. Lalu gadis itu menunjuk kearah cerobong perapian.

"Di sana!" ucapnya.

Namun Alice enggan menghiraukannya, dia berusaha untuk memutar kenop pintu yang terasa sulit.

Dia sudah tidak tahan berada di sini.

Namun tangan kecil Clara berusaha menghentikannya.

Dan dari kejauhan Sea juga mulai berjalan mendekat.

Wanita yang tadinya tampak bersedih dan memelas itu menyeringai.

"Alice, kalau kamu tidak mau menolongku, maka aku akan merasuk ke dalam tubuhmu!" ucap Sea.

Wanita itu kian mendekat dan membuat Alice semakin ketakutan, Sea tidak seperti manusia, melainkan seperti hantu.

Alice berteriak dengann kencang.

"TIDAK ...!" Dan tepat di saat itu juga ia terbangun dari tidurnya.

Lagi-lagi Bella, Diana, dan Daniel berlarian menghampiri Alice.

"Bibi Alice, ada apa?" tanya Diana yang khawatir.

"Alice, apa kamu bermimpi buruk lagi?" tanya Bella, seraya mengusap pundak adiknya.

"Huh... aku takut, Bella!" Alice memeluk tubuh sang kakak.

***

Mimpi buruk yang telah ia alami hampir setiap malam, benar-benar membuat Alice merasa tak tenang.

Dan dia mengatakan ini semua kepada seorang Psikiater. Namun anehnya, setiap ucapan dan masukkan yang diberikan oleh Psikiater itu tak mampu membuat Alice tenang.

Bahkan obat penenang yang diberikannya juga sama sekali tak berfungsi dengan baik.

Alice benar-benar muak dengan hidupnya ini, dia merasa ingin mati saja.

Namun keberadaan Bella dan Felix mampu membuat ia kuat, dan berusaha untuk melawan ketakutan ini.

***

Alice berjalan keluar dari dalam klinik, dan di depan sudah ada dua mobil yang tengah menunggunya.

Satu mobil milik Carlos, dan satunya lagi mobil miliki Felix.

"Alice! Ayo masuk ke sini!" teriak Carlos.

Dan Felix pun juga tak mau kalah, dia berteriak memanggil Alice.

"Hei, Alice! Ayo masuk ke mobilku saja!" kata Felix.

Carlos tampak kesal pada Felix dia mencibir mobil Felik yang terlihat kuno serta jelek.

"Alice, ayolah! Wanita cantik mana pantas menaiki mobil rongsokan seperti itu!" cerca Carlos seraya melirik Felix dengan sinis.

Felix menggelengkan kepalanya.

"Setidaknya hanya mobilku yang rongsokan, jiwaku masih lelaki setia, tidak Hidung Belang, sepertimu!" cerca Felix pada Carlos.

Tentu saja Carlos tak terima mendengar ucapan Felix.

"Hai, Felix! Apa maksud dengan ucapanmu itu?!" teriak Carlos.

Felix pun menanggapinya dengan senyuman menghina. Carlos semakin tak terima, dia menghampiri Felix dan hendak mengajaknya berkelahi.

Namun Alice berusaha untuk melerainya.

"Hei! Sudah hentikan!" bentak Alice. "Aku mau pulang bersama, Felix!" ucap Alice.

Felix pun tersenyum senang, dia mencibir kearah Carlos secara diam-diam.

Carlos semakin murka, kedua tangannya mengepal, namun dia tak bisa berbuat apa-apa.

"Sudah, ayo cepat jalan, Felix!" suruh Alice.

Lalu mobil itu melaju meninggalkan area parkir beserta Carlos.

To be continued.