"Di mana rumah Sea? Dan apa benar dia yang sudah menculik Archer?" Carlos mulai penasaran.
Dia kembali membaca lagi semua pesan dalam ponsel milik Felix.
Di dalam pesan itu bertuliskan, [Apa kau yakin penculik Livy dan Archer itu tentangga sebelah rumahmu?]
Kalimat yang ditulis oleh Felix dalam pesan itu membuat Carlos sadar jika Sea yang dimaksud Felix, adalah tentangga Alice.
Carlos kembali keluar dari dalam rumah Alice.
"Satu-satunya rumah yang letaknya paling dekat dengan tempat tinggal Alice hanya rumah itu?" Carlos memandang rumah Sea.
"Apa aku ke sana saja, ya?" Carlos mulai berjalan mendekat.
Carlos memutar knop pintu, dan terlihat jika dikunci dari dalam.
"Pintunya dikunci?"
"Apa aku ketuk saja, ya?"
"Ah jangan! Nanti malah penjahat itu tahu kalau aku akan menyelamatkan Alice," gumam Carlos.
Kemudian pria itu berusaha untuk mencari cara lain, dia mengintip di balik jendela untuk melihat isi di dalam rumah. Dan dari balik jendela itu tampak sekali isi ruangan begitu berantakan.
"Tidak salah lagi, Alice dalam bahaya!" Carlos segera mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga.
Butuh beberpa kali Carlos membenturkan tubuhnya sampai pintu berhasil dibuka.
Bruak!
Segera Carlos masuk, dan mencari keberadaan Alice serta Felix.
"Di mana Alice dan teman prianya?" Carlos mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Keadaan ruangan benar-benar kacau, ada banyak bercak darah, pemikiran Carlos semakin menjadi.
"Dimana kau, Alice?"
"Ah, ya, Tuhan! Tolong selamatkan Alice!" ucapnya penuh harap.
Kemudian Carlos mendengar suara berisik di ruang bawah tanah, suara seseorang yang sedang bergumam, dan seperti menggali tanah.
Dengan pelan dan penuh perhitungan, Carlos berjalan menuruni tangga.
Lalu tampak Sea yang sedang sibuk menggali tanah dengan skop.
Tumpukan keramik bekas lantai berceceran, ruangan benar-benar mirip kapal pecah.
'Apa wanita itu yang bernama, Sea?' bicara Carlos di dalam hati.
Dan dia segera bersembunyi di balik tembok.
Sea berhenti menggali tanah, dan melemparkan sekop ke segala arah.
Dia bersiul serta bersenandung, kemudian berjalan mendekati jasad Archer.
"Tuan Archer, kesayanganku, kini aku sudah mempersiapkan tempat peristirahatanmu yang terakhir," ucap Sea seraya menarik jasad Archer.
Carlos hampir tak percaya dengan apa yang telah ia lihat.
'Astaga! Dasar, Perempuan Gila!' umpat Carlos di dalam hati, dia melirik pada dua orang yang sedang dipasung dan tengah tak sadarkan diri.
'Itu, 'kan, Alice?'
'Bahkan di sebelahnya ada seorang pria yang sama-sama tengah di pasung, pasti itu adalah teman pria Alice yang bernama, Felix,' tebak Carlos.
'Oh, bagaimana caraku untuk menyelamatkan mereka?' Carlos mencari benda yang hendak ia gunakan untuk menyerang Sea.
Dan netranya terhenti pada sebuah skop milik Sea yang tadi dilemparkan.
'Baiklah mumpung wanita itu lengah aku bisa meraih benda itu lalu menyerangnya,' batin Carlos.
Dan benar saja, dia langsung berlari dan meraih skop itu, Sea yang baru saja memasukkan tubuh Archer ke dalam lubang, tampak terkejut.
Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa karena Carlos langsung menyerangnya terlebih dulu.
Carlos memukul kepala Sea dengan skop hingga beberpa kali, sampai Sea tak sadarkan diri.
Melihat kegaduhan itu Alice membuka matanya.
Sebenarnya sudah sejak tadi Alice tersadar, hanya saja Alice pura-pura belum sadarkan diri, agar Sea tak menyiksanya.
"Carlos!" teriak Alice.
"Alice!" Carlos berlari mendekat, dan pria itu langsung memeluk Alice.
"Alice, apa kau baik-baik saja?" tanya Carlos yang panik.
"Carlos, tolong bebaskan aku dan Felix!" pinta Alice.
"Baiklah, aku akan melepaskanmu, tapi di mana kunci pasung dan kunci borgolnya?" tanya Carlos.
"Wanita Gila, itu mengantongi seluruh kunci di saku bajunya!" jelas Alice seraya menunjuk kearah Sea.
"Baiklah! Aku akan mengambilnya!" kata Carlos sambil berlari menghampiri Sea lagi. Dia mengambil kuncinya.
"Cepat, Carlos! Felix dalam bahaya, dia harus segera dilarikan ke rumah sakit!" sergah Alice.
"Baik, Alice!" sahut Carlos,
Dia sudah berhasil menemukan kunci itu.
Lalu berusaha membuka pasung yang ada di kaki Alice.
Carlos cukup kesulitan karena kunci itu sangat banyak dia harus mencoba satu-persatu untuk menemukan kunci yang pas. Akhirnya berhasil juga dia membuka kaki Alice dari alat pasung.
"Tanganku juga, Carlos!" ujar Alice.
Carlos kembali mencari kunci itu dan membuka borgol, akhirnya berhasil juga.
kini giliran Carlos membuka borgol, serta pasung yang ada pada tubuh Felix.
"Ah, sukurlah kau datang tepat waktu, Carlos!" Alice merasa sedikit lega, dia mencoba bangkit meski kepalanya masih terasa sakit.
Benturan kursi akibat serangan Sea, benar-benar masih menyisakan trauma di kepalanya.
"Kau tidak apa-apa, Alice?"
"Kepalaku sakit, tapi kita harus segera keluar dari tempat ini, Carlos! Felix bisa kehabisan darah!" kata Alice.
"Baiklah, ayo kita bawa keluar temanmu itu, Alice!" ajak Carlos.
Dua orang itu tengah berusaha membawa tubuh Felix, untuk keluar dari ruang bawah tanah.
Dengan susah payah mereka menaiki tangga
"Pelan-pelan, Alice!" ujar Carlos memperingatkan Alice.
"Cepat, Carlos!" sergah Alice.
Setelah keluar dari rumah Sea, Carlos langsung menelpon ambulans serta menelpon aparat kepolisian.
Bagaiamana pun kejahatan Sea harus segera terbongkar. Tak lupa Alice juga menelpon Rose, dan memberitahu jika putrinya sudah ditemukan.
Tak berselang lama ambulan datang dan para petugas medis mulai membawa Felix masuk ke dalam mobil, bertepatan di saat itu pula Rose Jones ibunda dari Livy Jones juga sampai.
"Nona Alice!" teriak wanita setengah tua itu sambil menangis.
"Apa kau baik-baik saja, Nona?! Dan di mana putriku Livy?!" tanya Rose tergesa-gesa.
"Sabar, Nyonya, Anda harus iklas menerima kenyataan ini," ujar Alice menenangkan Rose.
Halaman rumah Sea, semakin ramai saat aparat kepolisian dan para warga setempat mulai berdatangan.
Para petugas kepolisian mulai memasuki rumah Sea.
Sementara Rose yang juga ingin menyerobot masuk ke dalam untuk melihat Livy, malah dilarang oleh para aparat kepolisian itu.
"Maaf, Anda, harus menunggu di sini, Nyonya!" kata salah seorang petugas kepolisian.
"Tapi, putriku ada di dalam, Pak!" ujar Rose.
"Biar kami yang menyelidiki, di dalam masih ada Nona Sea, dan itu bisa membahayakan, Anda!" ujar pria itu lagi.
Alice juga berusaha menenangkan Rose dengan memeluknya.
"Sabar, Nyonya," ucap Alice.
Lalu Carlos mendekati Alice.
"Alice, kau harus ke rumah sakit sekarang juga, keadaanmu cukup parah," kata Carlos.
"Tapi bagaimana dengan, Nyonya Rose?"
"Sudahlah, ada pihak kepolisian di sini!" sahut Carlos.
Alice terpaksa mengikuti ajakan Carlos, karena dia harus segera mendapatkan perawatan, selain itu Felix juga butuh dirinya untuk segera mengurus administrasi.
Alice berada di dalam mobil ambulan bersama Felix yang belum sadarkan diri, wanita itu menangisi keadaan Felix yang tengah kritis. Carlos berusaha menenangkannya.
"Percayalah, Alice, pasti temanmu baik-baik saja," kata Carlos seraya merangkul Alice.
To be continued