Chereads / Tetanggaku Yang Seram / Chapter 35 - 31 Oktober Part6

Chapter 35 - 31 Oktober Part6

Alice tampak kesakitan memegangi kakinya yang terkilir.

Sementara Sea semakin mendekatinya.

"Sayang, aku akan membuat hidupmu lebih bahagia lagi. Kau akan hidup nyaman bersama keluargaku. Tidak seperti sekarang," kata Sea sambil tersenyum tipis.

"Jangan mendekat, Sea!" bentak Alice.

"Akh! Kau membentakku, ya? Kau tahu Alice, aku ini tipikal orang yang tidak suka dibentak-bentak, jadi cobalah berbicara yang lebih sopan denganku,"

Alice menarik kaki meja dengan sekuat tenaga, hingga meja itu pun terseret dan mengalangi tubuh Sea yang kian mendekat.

"Akh! Sialan! Kau ini sudah terkilir masih juga berani melawan ya!" teriak Sea.

Lalu Alice mendorong sisi mejanya hingga meja itu terjatuh dan menimpa bagian kaki Sea.

"Akh! Sakit!" teriaknya seraya memegangi kaki yang tertimpa meja.

Dan tepat di saat itu juga Alice bangkit lalu mendorong tubuh Sea hingga terjatuh, Alice berlari menuju pintu keluar, dia berusaha membuka pintu itu.

"Ya, Tuhan! Kenapa pintunya tidak bisa dibuka!"

Tangan Alice terus berusaha membuka pintu itu, tetapi usahanya tak berhasil, kerena kuncinya ada di tangan Sea.

"Alice, kamu tidak akan bisa keluar, Sayang!" kata Sea, dan diakhiri dengan tertawakan kencang yang membuat Alice semakin merinding. "Haha! Haha! Haha! Kau akan mati, Sayang!" teriaknya.

"Kau akan duduk di sofa bersama yang lainnya! Percayalah, hidupmu akan jauh lebih indah!"  kata Sea, dia menganggap para mayat-mayat koleksinya sudah hidup dengan tenang. Dan bahkan kehidupan mereka jauh lebih baik dari kehidupan mereka selama menjadi manusia.

Alice berbalik menghadap Sea dan berdiri bersandar di sisi pintu.

"Sea! Kau itu benar-benar sudah gila, Sea! Kau pikir tindakanmu itu benar?!" teriak Alice.

Sea berhenti sejenak dan mendengar perkataan Alice dengan seksama.

"Memangnya ada apa dengan tindakanku? Apa ada yang salah? Aku sudah membuat mereka hidup dengan bahagia?" ujar Sea yang tak sedikit pun menyesal.

"Mereka yang harusnya berterima kasih kepadaku," kata Sea lagi.

"Sadar Sea! Kau sudah membunuh orang! Apa kau tidak kasihan dengan keluarga mereka?" tanya Alice.

"... tidak," jawab Sea dengan santai, "dulunya hidup mereka tidak sebahagia ini, contohnya Livy!" ucap Sea.

"Ada apa dengan Livy? Kau tahu ibunya  sedang mencarinya?" tanya Alice.

"Cih! Dia itu hanya gadis buangan, Alice! Dan sekarang dia hidup nyaman dengan keluargaku!" sahut Sea.

Alice menggelengkan kepalanya dengan wajah frustasi.

"Tuhan, percuma saja aku berbicara dengan gadis ini," gumamnya.

Sekeras apapun dia berbicara dengan Sea tidak akan mengubah keadaan. Kerena Sea tidak menangkap ucapan Alice dengan baik.

Sea seperti orang yang memiliki dunia sendiri, sehingga dia tidak  peduli dengan pandangan orang lain yang menganggapnya salah, dan Sea tetap menganggap bahwa apa yang ia lakukan itu benar.

"Katakan kau ingin aku membelikan baju seperti apa untukmu nanti, Alice?" tanya Sea. "Bagi anggota keluarga baruku, aku biasa memberikan hadiah berupa gaun yang indah jika dia wanita!" ucapnya.

Dia berjalanan kian mendekat dan mengangkat pisau itu tinggi-tinggi bersiap untuk menghunjam tubuh Alice, tapi Felix lebih dulu menyerangnya dari belakang.

Dengan langkah tertatih dan punggung yang berlumuran darah, Felix berhasil memukul bahu Sea dengan sebuah guci.

Pruang!

Sea tersungkur tak sadarkan diri, entah dia pingsan atau mati yang jelas tubuhnya tak bergerak, Felix merogoh kunci yang terletak dalam saku baju Sea.

"Ah, ini dia!" kata Felix seraya mengacungkan  kuncinya.

"Cepat bawa kemari, Felix!" sahut Alice.

Felix mendekat dan mencoba membuka kunci itu. Tapi dia merasa sangat kesulitan karena kunci itu bukan hanya satu atau dua buah saja, melainkan ada beberapa kunci dalam satu gantungan.

"Sial! Gadis gila ini memiliki banyak kunci!" umpat Felix.

"Cepat, Felix!" sergah Alice.

"Sabar, Alice!"

Dua orang itu masih sibuk membuka pintu dan tak sadar jika Sea sudah siuman.

Wanita itu menyeringai dan mengangkat sebuah kursi besi, lalu membenturkan kursi tepat di kepala Felix.

Bruak!

Felix langsung terjatuh dan pingsan selanjutnya Sea menyerang Alice.

Bruak!

"Akh!" Alice juga terjatuh.

Sea merasa sangat puas dapat melumpuhkan Alice dan Felix di waktu yang hampir bersamaan.

"Kalian ini tidak tahu ya sedang berhadapan dengan siapa?" Sea tertawa dengan  lantang.

"Aku akan menyiksa kalian! Aku akan membunuh kalian secara perlahan! Ini sebagai hukuman karena kalian telah berani melawanku!"

Sea menendang kaki Alice yang tidak berdaya.

"Terutama kamu, Alice! Dasar, Wanita Tidak Tahu Diri! Padahal aku akan membunuhmu dengan cara terhormat! Dan ingin menjadikanmu sebagai keluargaku, tapi kau malah membuatku kesal!"

"Baik, kau tidak pantas menjadi anggota keluarga baru kami! Kau lebih pantas tinggal di bawah lantai bersama dengan Edward dan Lilly! Yah, begitu kurang lebih!"

Sea menarik tubuh mereka satu persatu lalu memasung kaki, serta memborgol tangan Alice dan Felix. "Aku akan menunggu kalian sampai bangun!" ucapnya.

Dan tak sengaja Sea melirik kearah jasad Archer.

"Asataga! Apa yang harus aku lakukan dengan pria ini?" Dia menghampiri Archer.

"Apa aku menguburnya di bawah lantai saja, ya?"

"Mungkin dengan begitu lantai bawah tanahku ini akan  dipenuhi dengan jasad para lelaki Hidung Belang dan Wanita Jalang! Yah, mungkin aku juga akan menaruh Alice di sana!"

Sea mulai menjebol keramik dengan sebuah linggis berukuran besar, hendak membuat lubang untuk mengubur jasad Archer.

Alice mulai tersadar dan perlahan membuka matanya.

Dia melihat kearah Sea yang sedang menggali lantai.

'Ya, Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apa dia akan menguburku hidup-hidup?' bicara Alice di dalam hati.

***

Sementara itu Carlos baru saja sampai di London.

Dan langsung menuju alamat rumah Alice yang diberikan oleh Bella.

"Jadi ini rumahnya?" Carlos membaca ulang alamat pemberian Bella, untuk memastikan kebenarannya.

Dan setelah yakin dia mulai mengetuk pintunya.

Tapi tak ada respon dan malah pintu rumah Alice terbuka dengan sendirinya.

Tetapi Carlos tidak langsung masuk ke dalam rumah, dia menunggu sampai Alice keluar dan mempersilakannya masuk.

Hingga beberapa menit kemudian Carlos terpaksa menerobos masuk, karena sudah terlalu kelelahan, dan Alice tak kunjung keluar.

"Maaf, Alice, aku terpaksa masuk tanpa izin," ucapnya.

Dan tak sengaja Carlos menemukan sebuah ponsel yang tergeletak di atas sofa.

"Apa ini milik, Alice?"

Carlos mulai penasaran dengan isi di dalam ponsel itu, dia ingin tahu dengan siapa saat ini Alice berteman dekat.

Carlos takut jika Alice sudah memiliki kekasih baru.

Ketika membuka kunci layar ponsel, dia membaca pesan Alice yang dikirimkan untuk Felix.

"Jadi ponsel ini bukan milik, Alice? Lalu apa maksud dari pesan ini?" Carlos terlihat bingung.

"Sea, dan Felix, itu siapa?" Carlos mulai membaca seluruh pesan sebelumnya, terutama obrolan Alice dan Felix, tentang kecurigaan mereka terhadap Sea. Bahkan dalam obrolan itu juga membahas tentang Archer.

"Apa, Alice dalam bahaya?"

To be continued