Mendengar ucapan Sea membuat perasaan Archer bercampur aduk. Antara perasaan senang dan perasaan sedih.
Dia bahagia karena ini artinya, dia dapat bertemu dengan Alice, tetapi dia juga bersedih, karena ini artinya dia dan Alice akan mati.
Sekarang perasaan cintanya kepada Alice sudah mulai memudar seiring dengan berjalannya waktu selama berada di ruang ini.
Karena selama berada di sini, Archer terbayang-bayang wajah kedua anaknya yaitu, Diana, dan Daniel, begitu pula wajah Bella. Rasa rindu terhadap keluarga kecilnya itu terus menggeluti pikiran Archer.
Dia mulai berpikir jika apa yang ia alami ini adalah karma. Karena dia sudah berniat menduakan Bella.
Andai saja saat itu dia bekerja dengan sungguh-sungguh, dan tak berniat bertemu dengan Alice, pasti keadaannya akan baik-baik saja.
Dan sekarang pasti Archer sudah kembali ke Oxford serta bercengkrama dengan istri, dan anak-anaknya.
"Archer? Kau menangis ...?" tanya Sea.
Archer sama sekali tak membalas pertanyaan Sea.
"Wah, aku sangat kagum melihat seorang pria yang menangis di hadapanku," Sea tersenyum dan meraih dagu Archer.
"Kau itu sedang menangis terharu karena akan bertemu, Alice, atau menangis karena rindu dengan anak, dan istrimu?" sindir Sea. Archer terdiam sesaat, air matanya kian deras.
Pria itu sudah membuang jauh-jauh rasa gengsinya, bahkan sekarang terdengar suara isak, dan sedikit rintihan.
"Maafkan aku, Bella, aku hampir menghianatimu ... maafkan Ayah, Daniel, Diana. Ayah tidak bisa pulang ...." Ucap Archer dengan raut wajah yang memelas.
Sea sedikit tersentuh mendengar ucapan Archer.
Dia masih merasa kasihan, dan dia kembali mendekati Archer.
"Jadi kau merindukan anak dan istriku, ya?" tanya Sea.
Dan Archer menganggukkan kepalanya.
"Aku harus pulang, Sea. Keluargaku memungguku, kalau sampai aku mati di sini, siapa yang akan mencarikan nafkah untuk mereka?" pinta Archer pada Sea.
Dan terlihat guratan kesedihan di wajah Sea, nampak Sea mulai iba.
Archer yakin setelah ini pasti Sea akan melepaskannya.
"Jadi bagimana, Nona Sea, apa kau akan melepaskanku?" tanya Archer.
Sea terdiam sesaat, lalu dia berkata lagi, "Bagaimana dengan, Alice?" tanya Sea.
"Alice ... aku sudah tidak peduli lagi, Nona Sea. Yang aku pikirkan sekarang hanya keluargaku," jawab Archer.
Sea pun menatap Archer dengan mata berkaca.
"Aku terharu mendengar ucapanmu, Tuan Archer," ucapnya. Tetapi beberapa detik kemudian, ekspresi wajah Sea berubah lagi.
Kedua matanya melotot tajam, seringai menyeramkan mengembang di bibirnya.
"Tapi, aku tidak akan terkecoh ... Tuan Archer!" ucapnya.
Archer terlihat sangat syok!
"Apa maksud, Nona! A-a-ku, tidak menipu!" ucap Archer panik.
Duak!
Sea memukulnya dengan sekeranjang buah, bukan hanya satu kali, akan tetapi berkali-kali, tak puas menghajar Archer dengan benda itu, Sea juga menendang kepala Archer hingga Archer terjengkang.
Archer tak dapat berbuat apa-apa, dia tergeletak di lantai dengan deru nafas yang tersengal-sengal.
Sea pergi meninggalkan Archer begitu saja, dan dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Yaitu memasak dan menghias ruangan untuk acara nanti.
Bukan hanya ruang makan saja yang ia hias dengan meriah, tetapi juga ruang bawah tanah.
Bahkan khusus hari ini, Sea juga menyiapkan meja makan di ruang bawah tanah sana. Di khususkan untuk para mayat kering koleksinya.
*****
Sudah menjelang sore, Alice dirundung dilema.
Dia tidak tahu harus memenuhi undangan Sea atau tidak?
Di sisi lain dia takut, tapi di sisi lain dia merasa penasaran.
Alice meraih ponsel untuk menghubungi Felix.
Dia ingin menceritakan ini semua.
Drrt ....
Panggilan tersambung.
"Halo, Falix, bisa kau datang kemari?" tanya Alice.
[Ada apa? Aku sedang membantu ibuku,] jawab Felix.
"Ah, kau sedang sibuk ya?"
[Yah begitulah, kami sedang mengadakan renovasi rumah kecil-kecilan,] jawab Felix.
"Ah, yasudah kalau begitu," Alice mengurungkan niatnya untuk meminta tolong kepada Felix.
Dia tidak ingin membuat Felix merasa terganggu.
[Ada apa, Alice? Katakan saja?]
"Ah, tampaknya kau sedang sibuk,"
[Tidak apa-apa, aku bisa menyempatkan waktu untukmu,]
Karena Felix memaksa akhirnya Alice menceritakan semuanya kepada Felix.
"Sea, mengundangku makan melam di rumahnya, untuk merayakan malam Halloween, dia bilang juga mengundang keluarganya. Aku tidak bisa menolaknya, lagi pula aku juga masih curiga dengan Sea. Felix, aku ingin menyelidiki kebenaran tentang Sea, aku ingin tahu apa kecurigaanku selama ini benar, atau salah?" tanya Alice.
Felix tampak syok mendengarnya. Dia takut terjadi hal buruk kepada Alice, tetapi Alice terus berusaha untuk myakinkan Felix, bahwa dia baik-baik saja. Felix tak bisa melarangnya, lagi pula ini juga demi menjawab semua kecurigaan mereka. Agar tidak ada lagi salah paham terhadap Sea.
[Jam berapa kau akan datang ke sana?] tanya Felix.
"Sea, mengundangku sekitar pukul 8 malam," jawab Alice.
[Baiklah, tetap genggam ponselmu, nanti aku akan mengawasi di rumahmu. Kalau terjadi sesuatu yang mencurigakan kau bisa mengirim pesan, atau menelponku,] jelas Felix.
Alice setuju dengan perkataan Felix, dan kini dia mematikan teleponnya.
Lalu mempersiapkan diri untuk datang ke acara Sea nanti malam.
Alice mempersiapkan segala perlengkapan, termasuk menyetrika pakaian yang akan dia kenakan untuk pesta.
'Apa aku ini berlebihan ya? Aku sudah mencurigai tetanggaku sendiri?' bicara Alice di dalam hati.
Kemudian dia mengintip dari jendelanya dan memandang ke rumah Sea.
Pintu rumah itu masih tertutup, dan tak sengaja netra wanita itu menangkap sesosok gadis kecil di balik jendela rumah Sea.
"Gadis itu lagi?" Alice tampak syok.
"Sebenarnya siapa gadis itu?" Alice mengusap-usap pelupuk matanya, dan setelah itu dia melihat kearah jendela, sosok gadis kecil kembali lenyap.
"Dia menghilang? Kenapa perginya cepat sekali?"
Alice semakin penasaran dengan gadis itu, di pikirannya gadis tadi adalah Clara putri dari Sea. Tetapi Sea berkata jika Clara belum datang.
Alice bertambah bingung, apa lagi jika melihat rupa gadis itu terlihat sangat berbeda dengan gadis pada umumnya.
Gadis itu terlihat sangat pucat, dan sorot matanya terlihat kosong. Tak ada sedikitpun raut keceryaan yang terpancar.
*****
Sekarang pukul 6 sore, Alice akan keluar sebentar untuk membeli barang di mini market.
Tak sengaja dia berpapasan dengan Sea.
"Hai, Alice! Mau aku kemana?" tanya Sea.
"Aku akan ke mini market sebentar, kau ingin menitip sesuatu?" Alice bertanya balik.
"Ah, tidak, aku hanya ingin mengingatkan kepadamu, jangan lupa untuk datang ke rumahku, ya?" ucap Sea seraya tersenyum ramah seperti biasanya.
Alice menganggukkan kepala dengan senyuman yang terpaksa. "Baiklah," ucapnya.
"Kau jangan lupa untuk memakai kostum terbaikmu! Putri tercintaku
Clara, sangat suka permainan ini!" pesan Sea.
"Ah, baiklah ...." Jawab Alice.
"Kalau begitu sampai jumpa nanti malam, Alice! Bye!" Sea melambaikan tangan seraya tersenyum, dan Alice pun juga melambaikan tangannya pada Sea.
To be continued