CHAPTER 15
There are times when those who like silence want to experience what it's like to live in a crowd. - Erica Vresila.
…
Hari yang terik di waktu yang tepat untuk menikmati semangkuk es krim yang tampak menggiurkan, jangan lupa tambahan topping yang semakin membuat lidah bergoyang.
Disini sudah ada 3 wanita karier yang duduk saling berhadapan. Mereka mengunjungi kedai taco yang selalu menjadi tempat favorit mereka seperti tanpa memiliki rasa bosan.
"Kalian tau gak sih? Tuan Pallie mau nikah, denger-denger sih seluruh karyawan termasuk Tuan Vrans bakalan di undang. Gila, aku mikirin seberapa besar menyewa gedung dan seberapa banyak tamu undangan yang datang." Yang mengawali pembicaraan itu adalah Xena.
Di jelaskan lagi, Xena adalah sekretaris di Luis Company, istri sah dari pemilik perusahaan, Vrans Moreo Luis. Dan salah satu sahabat terbaik yang dimiliki oleh Erica. Banyak omong, selalu memiliki topik pembicaraan yang menjadikan keadaan tidak pernah awkward, dan sedikit aneh juga bucin.
Orlin membelalakkan kedua bola matanya saat mendengar penjelasan yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Yang benar saja?!
"Serius? Dia terbilang laki-laki sangat mapan loh, tapi gak heran juga kalau ternyata dia mengundang banyak orang untuk menghadiri acara pernikahannya." Orlin menyahuti, ia terkejut, namun tentu saja tangannya tidak berhenti menyuapi es krim vanilla ke dalam mulutnya.
Kalau Erica? Seperti biasa, tanpa tanggapan. Ia melihat ke arah ponsel, sedang membuka ruang pesan bersama Sean karena melihat kekasihnya itu mengiriminya pesan. Maksudnya, tumben sekali? Karena biasanya Sean enggan mengirim pesan untuknya dan lebih ke arah berbicara di telepon.
Xena tampak menganggukkan kepala. "Iya! Walaupun di pernikahan ku atau kamu juga mengundang banyak orang, tapi yang bikin terkejutnya lagi, akhirnya setelah sekian lama dia menikah dan udah gak jadi perjaka tua lagi!"
Xena dan Orlin tertawa bersama. Memang benar, Pallie atau lebih di kenal dengan nama panjang Pallie Ghadson. Laki-laki yang menginjak usia 30, dan awalnya enggan menikah karena lebih cinta dengan pekerjaannya. Namun, pada akhirnya memiliki kekasih dan baru menjalin kisah 1 bulan berpacaran, langsung memberikan kabar heboh mengenai pernikahan mereka.
Orlin mengangguk-anggukkan kepala. "Iya, akhirnya ya seorang workaholic menemukan cinta sejati."
Sedangkan Erica, ia mendengar suara kedua sahabatnya itu, namun makin lama ia berpikir tentang pesan yang Sean luncurkan kepadanya juga melihat beberapa panggilan telepon yang tidak terjawab, menjadikan suara Xena dan Orlin sedikit terendam.
ruang pesan |
Sean
Hei, hubungi aku. Aku mencintai mu, maaf.
Sean
Hei, pulang tepat waktu malam ini.
ruang pesan berakhir |
Tidak biasanya Sean menyuruhnya untuk pulang tepat waktu. Maksudnya, biasanya ia pulang tepat waktu pun tidak diingatkan oleh kekasihnya itu. Jadi, apakah kira-kira Sean ingin memberikan kejutan untuknya sebagai permintaan maaf?
Dalam diam, Erica tersenyum kecil. Tangannya menyendok es krim rasa mangga ke dalam mulutnya, terasa lumer dan meleleh di saat yang bersamaan.
'Kenapa laki-laki ini bisa dengan cepat mengubah suasana hati ku? Baiklah, Erica, jangan kalah lebih dulu. Misi ku untuk mengenalkan Sean cinta, bukan aku yang seharusnya jatuh cinta,' Erica seolah mengingatkan dirinya dan berbicara di dalam hati.
"Gimana tanggapan kamu, Ca?"
Dan tiba-tiba saja, Erica di suguhi dengan pertanyaan seperti itu oleh Xena. Dan ia langsung mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk, mengerjapkan mata saat melihat Xena dan Orlin yang menatap ke arahnya.
"Mengenai Tuan Pallie? Untuk workaholic sepertinya mungkin ide bagus sedikit keluar dari ruangan bekerja dan menemukan sensasi yang baru, itu bagus baginya. Nanti ku rasa aku juga akan membawa Sean bersama ku," untung saja pendengaran dan daya ingat Erica cukup besar. Jadi, ia tidak terlalu ambil pusing karena takut ketinggalan pembicaraan.
Xena tampak menaikkan sebelah alisnya. "SERIUS?!" Oops, it happened again.
Erica meringis. "Jangan menarik perhatian orang lain, Xena. Aku sedang membahas laki-laki yang cukup sensitif," ia memperingatkan.
Orlin pun tadinya ingin berteriak karena cukup terkejut dengan nyali Erica, namun untung saja sudah di wakili oleh Xena.
Xena mengaduh, lalu lebih mendekatkan diri ke Erica yang ada di seberangnya dengan mencodongkan tubuh. "What? Kamu yakin mau bawa pembunuh bayaran di pernikahan seseorang?" Ia berkata dengan volume kecil, cukup mereka bertiga saja yang tau pembicaraan ini.
Orlin pun refleks juga mencodongkan tubuh. "Kau gila, Erica. Nyali mu memang sangat keren, tapi jangan mengusulkan hal seperti ini."
Mendengar perkataan kedua temannya yang panik, menjadikan Erica terkekeh. "Kekasih ku seorang assassin, ia memiliki alat pengubah wajah." Namun, ia tiba-tiba memiliki ide yang lebih baik karena Vrans dan Niel tentunya sudah mengetahui wajah Sean. "Tapi bagaimana jika Xena request Mask Wedding?"
Orlin menjentikkan jemari. "Nah, ide bagus! Lagipula aku tidak mau Niel di lihat oleh para wanita kegatelan, boleh tuh, Na."
Mendengar usulan Erica dan Orlin juga menyetujuinya, Xena pun menganggukkan kepala. Lagipula, Mask Wedding ini jarang ada, bukan?
"Boleh, nanti aku bicarakan dengan Vrans. Kebetulan tadi Tuan Pallie bertanya konsep yang bagus kepada Vrans, dan kekasih ku itu bilang nanti sore di bicarakan lagi." Xena menanggapi.
Erica menganggukkan kepala. Jika Sean bisa melibatkannya dalam misi yang di ambil oleh kekasihnya itu, kenapa ia tidak bisa melibatkan Sean dalam kegiatan yang ada di kehidupannya juga? Timbal balik. "Ya sudah kalau begitu, aku ingin menghubungi Sean dulu." Ia berkata dengan datar, dan menunjuk ke ponselnya.
Xena dan Orlin menganggukkan kepala karena mereka saling mengerti satu sama kain. Terkadang jika Xena juga diharuskan menghubungi Vrans, atau Orlin yang menghubungi Niel, mereka saling mengizinkan. Dan mereka berdua kembali mengobrol satu sama lain.
Erica yang penasaran pun langsung menelepon Sean, ia tidak ingin di atur begitu posesif jika niat kekasihnya hanya untuk mengatur dan tidak ada hal yang penting.
Sambil mendengarkan pembicaraan Xena dan Orlin, sambil dirinya berkali-kali mengganti pandangan ke ponsel karena ikut menyimak sekaligus menghubungi Sean.
Cuaca hari ini memang terik, namun Xena, Orlin, dan Erica mengambil tempat duduk di halaman belakang kedai taco dengan meja bundar yang terdapat 4 kursi, di atasnya juga ada pelindung supaya terlindung dari cahaya matahari.
"Eh nanti malam ke club yuk," yang mengajak ini adalah Orlin.
Xena membelalakkan kedua bola mata. "Gak, gak, nanti pasti aku di marahin sama Vrans. Tau sendiri pacar ku kayak T-rex yang mengaum,"
"Gak apa-apa sih, nanti kita yang minta izin." Namun yang berkata seperti ini adalah Erica.
Hal itu membuat Xena dan Orlin melongo menatap ke arah Erica, karena pasalnya sahabatnya yang satu itu paling enggan kemana-mana setelah pulang kerja, apalagi menerima ajakan ke clun yang notabene-nya ramai akan lautan manusia dan juga cukup berisik untuk Erica yang lebih suka keadaan tenang dan menyendiri.
"Apa yang membentur kepala mu, Erica?"
"Tidak ada, hanya ingin bersenang-senang."