Banten, 11 Mei 2019
Sudah pukul lima pagi, Anna belum beranjak dari tempat tidurnya. Berbaring, menatap layar ponsel dan jarinya mengeulir linimasa lnstagram. Lalu, dia berhenti pada satu foto. Seorang laki-laki berdiri tegap dengan latar awan gelap ala editan lightroom, tersenyum tipis dengan memandang kamera.
Anna tidak disadarinya ikut tersenyum. Tidak bisa berhenti menatapnya. Sesungguhnya, ia amat jatuh hati kepada laki-laki itu. Siapa yang tak jatuh hati pada Awan? Mungkin saja dia terlihat biasa saja bagi sebagian orang, tapi menurutnya ia tampan, namun itu bukan faktor utama. Yang paling utama pemikat Anna dari dirinya adalah agama, kepribadian dan akhlaknya baik yang mampu menenangkan hati Anna setiap kali membayangkannya. Itu sudah lebih dari cukup.
Anna menyenderkan kepala ke dinding kamarnya dengan raut muka penasaran dan dilanda rasa tidak percaya. Awan Abdullah merupakan seorang mahasiswa semester enam jurusan arsitektur pada salah satu kampus di Bandung. Seseorang yang dikenal sebagai laki-laki pendiam dan bijaksana. Ya ... Benar sekali, sebuah label itu tak pernah hilang dari sejak SMA.
Awan sangat jarang sekali membagikan kehidupan pribadinya di sosial media. Entah apa yang membuatnya seolah tertutup sekali. Sungguh amat di sayangkan, Anna tak bisa melihat aktivitas apa yang dilakukan laki-laki yang ia kagumi itu setiap saat. Ups ... Namun, tak ada bedanya dengan Anna, sama-sama tertutup, seolah tak ada kehidupan dalam media sosialnya. inilah sebagian dari beberapa banyak kesamaan yang Anna dan Awan miliki, yaitu cenderung tertutup, sangat pendiam, dan ketika berbicara seperlunya saja, it's just simple.
Anna melihat Awan adalah pemuda baik, seperti memiliki ilmu agama yang cukup baik, meskipun belum terlalu pandai, tapi Allahualam persoalan ibadah hanya Allah yang berhak menimbang. And such a husband material every woman needs, hehe....
-Besar kemungkinan beberapa orang pernah berada dalam fase ini. Dilema antara tetap memendam perasaan atau menyatakan. Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang memilih memendam. Seperti aku misalnya, aku takut perasaanku tidak berbalas. Meski aku tahu, kemungkinan terburuk dari mencintai hanyalah tidak dicintai kembali. Dan, itu sesungguhnya tidak teramat buruk. Bahkan ada yang lebih buruk dari itu, saat aku tidak berani menyatakan perasaan. Aku akan dihantui pertanyaan seumur hidup. Apa kau pernah mencintai aku juga?
Sebab tugas orang menyatakan perasaan hanyalah menyatakan perasaan. Hanya memberi tahu, bahwa ia punya perasaan. Bukan memastikan perasaan itu terbalas. Perihal terbalas atau tidak itu urusan lain.-
~Anna
***
Sederhananya tentang rasa yang tak berbakat dalam menerjemahkan perasaan seseorang, bukan perkara siapa yang terlalu jatuh cinta dalam keadaan ini. Bahkan ketika Awan mengetahui perasaan Anna yang sebenarnya, maka Awan juga mengerti bahwa perjuangan Anna dalam menahan rasa rindu, tentu tidaklah mudah. Anna diam-diam mengagumi Awan semenjak mereka masih berada dalam masa putih abu-abu. Awan yang sangat menawan dengan hiasan akhlak yang amat indah di matanya, ketika sedang ada obrolan ringan yang penuh dengan candaan yang sangat berarti saat itu. Lain hal sifat jail Awan yang seketika menarik ujung jilbab Anna atau sontak mencubit tangannya tiba-tiba hingga membuatnya terperanjat, seakan itu semua menjadi rutinitas yang tak bisa Anna lupakan. Laki-laki yang berwibawa ketika manjadi seorang teman di kelas yang tak banyak tingkah, dengan kelembutan sikap nya yang membuat rasa Anna tak terukur lagi. Entah takdir ini baik atau justru hanya lelucon virus merah jambu yang biasa terjadi pada usia mereka.
***
Sering kali, Anna membayangkan kehidupan setelah pernikahan bersama laki-laki itu. Dibangunkan sebelum azan subuh oleh laki-laki idamannya. Senantiasa saling mengingatkan untuk salat lima waktu, dan belajar bersama mengenai hal-hal baik dan merasa teduh membayangkan menjadi istri yang taat pada laki-laki yang baik. Sayangnya, Anna langsung tersadar, khayalan itu mengingat kan ke masa lalu yang kelam dan hal itu adalah perbuatan dosa, bahkan dia langsung teringat bahwa dirinya harus terlebih dahulu belajar terus menjadi anak yang taat kepada orang tuanya.
Begitu tersadar, Anna sedang di posisi terlentang diatas kasur segera duduk dan termenung sejenak memikirkan bagian dirinya yang terus merasa sangat kecewa. Entah apa yang salah. Dirinya merasa sudah sering membuat perbuatan tercela, yang awalnya dia hanya ingin sekedar melihatnya lewat virtual namun membawakan ke dalam keburukan sendiri, sekarang seperti mengalami patah hati parah untuk kali kedua, yaitu lebih mengharapkan manusia daripada mengharap ke penciptanya.
Namun apapun yang sedang dihadapi, yakinlah bahwa ini adalah bagian dari takdir yang harus dilalui, hidup apa adanya, berusaha semampunya, bersedih sebentar saja. Bersyukur, sebanyak-banyaknya.
***
Anna langsung membangunkan Lala, yang tertidur kembali usai solat subuh tadi. Ekspresi sebal Lala yang baru saja dibangunkan berubah. "Ah ... iya nih, Ann. Maaf ketiduran." lirih Lala.
Anna mengajak Lala untuk membantunya memasak di dapur, sambil berbincang hangat. Usai itu, mereka membuka YouTube dan berhenti di setiap video Kajian.
Anna berkata kepada Lala sembari mendengarkan kajian yang sedang mereka tonton, "Kita harus berubah jadi baik agar bisa mendapatkan jodoh yang baik pilihan Allah."
Lala melirik ke arah Anna, sambil menggelengkan kepalanya dengan ejekan.
Masih dengan senyum lebar di wajahnya.
Lala yang terus memperhatikan tingkah sahabatnya yang semakin aneh, sembari melempar pertanyaan. "Apa kau sungguh-sungguh yakin padanya, dan sudah tak ada celah untuk orang lain?" Sambil melempar senyuman jail khas Lala.
Anna hanya bisa menatap balik sahabatnya itu, dan dalam hati Anna bertanya-tanya melihat Lala yang tak berhenti menggodanya. "Apa yang membuat Lala sangat terlihat ragu dengan keputusan aku ini?" gumam Anna dalam hati. Ia kembali mengehala napas, dan dahinya makin berkerut melihat rona penasaran Lala yang muncul di pipinya. "Mukamu kenapa sangat penasaran? tanya balik Anna kepada Lala.
Lala memalingkan wajahnya sekilas seraya berkata. "Bukannya masa lalumu itu tidak baik ya, kenapa kamu memilih untuk kembali ke masa itu, padahal menurutku di depan masih banyak yang mengharapkan mu, Ann.? "
Anna menghela napas, belum sempat menanggapi ucapan Lala, Lala langsung bertanya kembali "Apakah tak ada sedikit pun ruang untuk kak Nafis untukmu, Ann?" sungguh menurutku dia jauh lebih baik, aku yakin itu."
Anna menggeleng, masih dengan senyum lebar di wajahnya. Lala memahami betul apa yang di maksud sahabatnya. Anna belum tahu hal apa yang akan terjadi hidupnya, yang dia tahu hanyalah kehidupan yang mengalir seperti air dan tak tahu berujung di mana.
Anna berjalan menuju kamar. Lalu diikuti Lala di belakangnya dengan suasana yang berbeda, penuh dengan diam. Suasananya sangat berbeda, biasanya selalu dipenuhi dengan canda gurau, tapi pagi itu diliputi kesunyian.
***
___________________
To ... Be ... Continue ....