Alan bersembunyi di balik dahan-dahan pepohonan mengintai apa yang sedang terjadi di sana.
"Siapakah pemilik rumah mewah ini?" batinnya bertanya.
Ia berusaha untuk mendekat, ia melihat banyaknya orang yang sedang lalu lalang. Seakan-akan sedang menghadiri suatu pesta dengan pakaian yang sangat bagus.
Alan membaui sebagian aroma dari banyaknya orang yang hilir mudik masuk adalah manusia bercampur dengan aroma vampir.
"Apa yang sedang, terjadi? Jangan-jangan ...!" batinnya.
Alan turun secepat kilat memasuki barisan antrian. Alan tetap memakai hoodie-nya. Ia mengikuti arak-arakan masuk ke dalam rumah.
Para manusia begitu terpesona akan keindahan rumah mewah di tengah hutan tersebut, Alan melihat para vampir yang membaur dengan manusia.
Bisikan-bisikan kekaguman dari manusia akan suguhan mewah akan sebuah pesta yang dilakukan oleh tuan rumah.
Mereka memasuki aula besar dengan banyaknya makanan dan minuman lezat di sana. Dibarengi dengan suara hingar-bingar musik.
"Apakah si pemilik rumah ini juga vampir?" batin Alan kecut.
Ia menoleh ke arah banyaknya manusia berdisko ria di lantai dansa dengan pakaian yang sangat minim.
Alan melihat rata-rata usia manusia yang memasuki aula berkisar di bawah 20 tahun yang masih labil.
Alan mendekati seorang wanita muda dengan pakaian menggodanya.
"Hai, aku Alan. Tempat yang sangat indah, ya?" tanya Alan.
Si wanita cantik di sebelahnya yang sedang meminum sampanye menoleh ke arahnya.
"Yeah, indah sekali. Aku Georgia. Aku bersyukur aku masuk di dalam undangan ini. Kau tahu, ini adalah pesta kaum jetset setiap 6 bulan sekali.
"Di sini sungguh luar, biasa! Aku bisa menikmati hidangan dan bermusik. Selain itu, siapa tahu. Aku bisa mendapatkan salah satu sugar daddy yang tampan!" balasnya tersenyum.
Alan memandangnya dengan sekelumit perasaan yang campur aduk, "Kalau boleh tahu, siapa pemilik rumah ini? Aku pendatang di kota ini. Teman yang mengajakku," tanya Alan.
"Um, Tuan Fransisco!" balasnya tersenyum.
Alan terdiam, "Apakah kau pernah bertemu dengannya?" Alan berpura mengambil segelas sampanye.
Mencoba menyesapnya seakan ia manusia biasa. Ia tidak merasakan apapun. Georgia memandangnya, dan menggelengkan kepala.
"Aku belum pernah bertemu. Serry yang sudah bertemu dengannya." Georgia menghabiskan seluruh minuman di tangannya dengan sekali tegukan.
"Serry?! Aku ingin berkenalan dengannya. Aku ingin masuk ke dalam kelompoknya. Kalau, boleh?" Alan memutar-mutar gelasnya.
"Tentu saja! Nah, itu orangnya. Yang memakai baju hitam yang sedang berdansa dengan Madrin."
Georgia menunjuk pasangan yang sedang melantai. Alan melihat jika Serry dan Madrin adalah pasangan vampir.
"Sial, mereka tidak tahu. Jika mereka akan ditumbalkan untuk makanan vampir, pintar sekali!" batin Alan.
Tepat pukul 24.00 semua lampu dimatikan semua ruangan menjadi gelap. Seketika suasana menjadi hening dan mencekam, teriakan kesakitan dan ketakutan bergema di lantai atas.
Seseorang berlari dengan memegang lehernya. Alan tahu bagaimana rasa sakit akibat sentuhan kecil tepat di nadi leher itu.
Begitu panas membara dan mengerikan sebelum meregang nyawa. Selama sehari mereka akan berhibernasi sebelum menjadi vampir yang haus darah.
Kegaduhan terjadi seorang pria jatuh bergulingan dari tangga di lantai atas dan terkulai di lantai bawah dengan darah menggenang di lehernya.
Semua orang berteriak histeris, kembali wanita dari lantai atas berlari dikejar oleh seorang vampir dan langsung menancapkan taringnya di leher si wanita.
Para manusia berteriak ngeri ingin pergi luar dari ruangan tersebut. Aksi dorong-dorongan terjadi.
Namun, para vampir sudah memulai aksinya mulai memburu mangsanya bak hewan buruan.
Kehebohan terjadi di saat manusia ingin kabur. Pintu gerbang ditutup, vampir berdatangan masuk dari segala jendela dan dari lantai atas rumah mewah.
Mereka mengambil manusia-manusia sebagai buruannya. Alan sudah menyangka hal itu terjadi, wangi darah mengundang semua vampir memburu mangsanya.
Sebagian mengajak manusia untuk berpesta dan menikmati hubungan intim setelah mereka puas mereka menghisap darah dan menjadikan mereka vampir.
Alan dengan secepat kilat, melesat membunuh vampir yang sedang berusaha untuk membunuh manusia.
Dengan kekuatannya ia menghancurkan pintu masuk yang sudah terkunci.
"Pergilah, keluar!" teriak Alan.
Sebagian manusia termasuk Georgia memandang Alan.
"Terimakasih, Alan!" ucapnya dengan linangan air mata.
Georgia tidak menyangka jika ia harus masuk ke sebuah perangkap.
Alan dengan mengeluarkan api dari kukunya dan membakar tirai-tirai di jendela. Kebakaran melanda. Segalanya menjadi kacau, vampir yang lain melesat mengepung Alan.
"Bajingan! Mengapa kau mengganggu acara pesta kami?" teriak Madrin marah.
Ia menyerang Alan dengan cakar dan taringnya. Alan menyerang dan menangkis semua serangan yang diberikan oleh Madrin.
Kekacauan terjadi, sebagian gedung sudah dilalap api.
Acara pesta berubah menjadi kekacauan. Walaupun sebagian vampir berhasil menyantap buruan mereka.
Madrin menyerang Alan bertubi-tubi, Alan dengan mudahnya mematahkan leher Madrin, dan membakarnya.
Serry berteriak histeris mencakar dan menyerang Alan, secepat kilat Alan meraih pistol perak yang diberikan Andre. Menembaknya tepat di kepalanya.
Alan melesat menembak vampir yang sedang berhamburan mengejar mangsa dan menyelamatkan diri dari api.
"Pistol ini ternyata berguna juga!" batinnya.
Ia dengan kecepatannya melesat menghabisi semua vampir, Bangunan telah habis termakan api. Alan melesat meninggalkan bangunan, menyisiri teriakan-teriakan manusia dan berusaha untuk menyelamatkan mereka.
Manusia yang sudah dihisap darahnya oleh vampir, ia bakar dengan api miliknya. Ia tidak ingin mereka akan menjadi vampir muda yang ganas menyerang kota di sekitar Signpost Forest.
Melesat kembali ke arah hutan-hutan lebat, ia melihat Georgia terjatuh dan terduduk di rerumputan dengan darah mengucur deras di kakinya.
Membuat seorang vampir wanita mendekati dengan taringnya. Si vampir melompat ingin menerkam Georgia seperti rusa.
Dor!
Sebuah peluru mengenai tubuh si vampir wanita dan langsung terbakar menjadi debu, Alan menarik tubuh Georgia.
Darah Georgia menetes di tubuh Alan. Membuatnya semangkin pusing, ia membawa Georgia ke runah mereka.
"Ada apa ini, Al? Mengapa kau membawa manusia yang sedang berdarah. Kau gila!" teriak Gwendolyn.
Ia secepat kilat mengambil tubuh Georgia menjauhkannya dari Alan. Georgia melihat Alan sudah mengeluarkan taringnya, ia merasa lapar.
Gwendolyn takut jika Alan akan menyerang wanita di dekapannya
Andre melesat membawa Alan menjauh.
Gwendolyn mengobati luka Georgia. Dari keempat vampir vegetarian tersebut. Gwendolyn yang tidak terpengaruh akan darah manusia
Ia sudah ribuan tahun menjadi vampir dan mampu menguasai semua hasratnya akan darah. Gwendolyn mengobati luka Georgia. Membersihkannya dengan alkohol dan menyemprotkan obat luka.
Darah terhenti, ia memberikan suntikan sebuah obat ke tubuh Georgia. Membawanya ke sebuah kamar dan mengganti baju dan menyelimuti Georgia.
Ia memasak makanan di dapurnya. Untuk pertama kalinya ia senang memasak di sana, ia senang ada yang akan memakan semua masakannya.
Andre menenangkan Alan yang sedang kalut, ia mencari hewan buruan. Setelah puas menghisap darah beruang, Alan terdiam.
Ia bersyukur bertemu dengan andre dan Gwendolyn.
ia memandang Andre yang sibuk memasukkan peluru perak ke dalam pistolnya.