Semua orang melihat ke arah Andre. Alan dan Gwendolyn tahu Andre bukanlah orang yang mudah marah akan hal-hal remeh dan masalah berat sekalipun. Ia memiliki hati nurani yang baik.
"Ada apa, Dre?" tanya Gwendolyn.
"Pria inilah, yang mengubah Desa Braemar menjadi kacau balau pada Zaman 1920. Ia jugalah yang mengubah kita menjadi iblis," ujar Andre.
Georgia tercekat, ia terperangah. Ia tidak menyangka vampir di depannya berumur lebih dari seribu tahun.
"Apakah menjadi vampir membuat umur menjadi panjang?" tanya Georgia penasaran.
"Ya, dan itu adalah hal yang tidak mengenakkan sekali. Bayangkan begitu tersiksanya kehidupan kami," balas Gwendolyn bersedih.
"Sudahlah, sebaiknya aku akan mengantarmu Georgia." Gwendolyn menatap Georgia.
Keduanya berjalan memasuki garasi rumah dan meninggalkan Alan dan Andre. Alan hanya diam, ia meraih foto Fransisco.
Melihat dan menelitinya, "Pap, apakah kau kau yakin pria inilah yang mengubahmu?" tanya Alan.
"Iya, dialah yang mengubahku dan Gwen! Aku tidak akan melupakan malam yang mengenaskan itu."
Andre menerawang mengenang masa kelamnya, ia tidak menyangka jika pernikahannya dengan Gwendolyn mengubah keduanya menjadi vampir.
Dan kematian semua orang di Gereja St. Thomas, saat itu. Kekacauan dan jeritan menggema.
Saat keduanya tersadar mereka merasakan kengerian akan keinginan meminum darah. Untuk pertama kalinya, ia dan Gwendolyn meminum darah satu keluarga di Desa Kecil Braemar Skotlandia.
Keduanya yang masih muda begitu mengerikan mencabik korbannya, setelah itu Andre dan Gwendolyn selalu menyesali semua perbuatan mereka.
Keduanya mencari cara untuk menghilangkan dahaganya. Mereka berburu binatang jika mereka lapar. Berusaha untuk menerima takdir mereka yang kelam.
Berpikit positif di dalam menikmati kehidupan mereka. Walaupun mereka selalu bersama, Gwen selalu menginginkan seorang anak.
Akan tetapi, mereka tidak akan pernah memilikinya lagi, karena segalanya telah terhenti. Mereka hanyalah mayat hidup yang mampu bergerak.
Dan dikuasai oleh angkara murka serta nafsulah yang membuat vampir masih hidup di dalam kehampaan.
Alan meraih tangan Andre menepuknya sekilas. Keduanya diam dengan seribu bahasa. Keduanya hanya diam bak patung tampan di dalam sebuah lukisan.
"Pap, aku akan mencari tahu. Fransisco di kediamannya di Toronto. Bagaimana menurutmu? Ataukah kita akan membiarkannya saja?" tanya Alan.
Andre memandang wajah Alan, "Baiklah, aku rasa kita memang harus menghentikan mereka. Ayo, ikutlah denganku." Andre melesat ke garasi mobil diikuti oleh Alan.
Keduanya berhenti di balik lemari perkakas, Andre menekan sebuah tombol. Lemari bergeser sebuah pintu masuk dengan tangga ke bawah.
Keduanya memasuki lorong bawah tanah, Alan terperangah Andre benar-benar menyiapkan semua alat perangnya untuk membunuh semua vampir.
"Pap, kau benar-benar ingin berperang?" tanya Alan tidak mempercayai semua penglihatannya.
Ia tidak menyangka jika selama ini Andre berdiam diri di gudang bawah tanahnya hanya untuk membuat semua peralatan canggihnya.
Ia benar-benar ingin membuat suatu perang melawan vampir. Alan menyentuh semua peralatan senjata dan peluru yang terbuat dari perak.
"Pilihlah benda yang kau, suka! Walaupun kau vampir muda yang sangat kuat, tetapi kau akan kesulitan jika hanya mengandalkan cakar dan apimu.
"Vampir tua lebih memiliki kekuatan dan kelihaian di dalam menguasai kekuatan mereka. Apalagi, yang sudah berumur ribuan tahun, Nak!" ujar Andre.
Ia duduk di salah satu kursi kesayangannya. Alan mengambil dua buah pistol lengkap dengan peluru dan cadangannya.
Alan meraih dua buah sangkur perak. Ia juga memilih sebilah samurai perak.
"Aku rasa ini, cukup!" tukasnya. menyelipkan semua itu di balik sepatu PDL yang sudah dipersiapkan oleh Andre yang sedang terkekeh geli.
"Kau, seperti seorang tentara. Oh, tidak! Kau seperti seorang pemburu vampir," Andre memandang Alan dengan tatapan salut.
"Alan, apakah kau yakin ingin memburu vampir yang telah mengubahmu? Ataukah kau ingin mencari kematianmu?" tanya Andre,
"tidakkah kau ingin menikmati keabadianmu?" tanya Andra.
Ia ingin mencari jawaban atas semua perbuatan yang dilakukan Alan, agar ia tidak salah langkah.
"Kau tahu, tidak semua vampir jahat dan menghisap darah manusia. Segelintir juga ada yang memiliki rasa kemanusiaan," ucap Andre.
"Pap, aku hanya ingin mengakhiri perbuatan Hector dan sekutunya. Bukan membunuh semua vampir yang berbuat kebaikan, percayalah kepadaku?" balas Alan.
Andre tersenyum, "Baiklah, aku harap kau berhasil. Berhati-hatilah,Nak!" pesan Andre.
***
Malam merayap turun, Alan dengan pakaian serba hitam dan jubah hoodie-nya melesat menembus malam pergi ke Toronto.
Dengan mudahnya ia mencapai rumah Fransisco, ia melihat rumah mewah yang dijaga oleh pengawal dan penjaga dari manusia dan vampir.
Alan tidak mengerti sebagian manusia menginginkan suatu keabadian. Padahal, semua itu adalah fatamorgana yang menyesatkan.
Keabadian hanyalah milik Sang Pencipta. Jika manusia menjadi abadi, maka mereka akan mengorbankan suatu kenikmatan menjadi manusia yang seutuhnya.
Menikmati hal-hal remeh seperti makan, minum, berkembang biak, dan segala yang sudah digaris-Kan oleh Tuhan.
Alan melesat secepat kilat dari sebuah dahan, naik ke lantai atas. Ia menghindari pertumpahan darah dengan manusia.
Ia menusukkan sangkurnya ke vampir yang berjaga di lantai atas. Alan melihat jika di lantai atas, semua dijaga oleh vampir.
"Siapakah, kau?" tanya seorang vampir berpakaian mewah berjas hitam. Keduanya saling serang dan pukul.
Alan membantingkannya ke lantai dan menusukkan sangkur perak secepat kilat dan meninggalkannya.
Ia melesat masuk, ke dalam rumah. Alarm bergema, semua orang berlarian mencari asal alarm berbunyi.
Akan melihat para vampir melesat ke arahnya, mencoba untuk menghentikannya. Alan melihat bayangan Fransisco sedang menghisap darah seorang wanita muda di kamar tidurnya.
Fransisco yang sedang memakai jubah tidur beludru merah langsung melesat kabur melalui jendela kamarnya.
Menembus kaca yang pecah berserakan. Alan ingin mengejarnya tetapi barisan pengawanya yang berupa vampir dan manusia kembali menyerangnya.
Alan secepat kilat berusaha untuk mengakhiri pertempuran, "Kalian manusia, pergilah. Sebelum terlambat!" teriak Alan.
Akan tetapi, pengawal manusia tidak bergeming sedikit pun. Mereka menembak Alan dengan peluru biasa.
Alan hanya merasakan kegelian saja, dan terus membunuh mereka juga. Darah dari pengawal manusia membuat pengawal vampir kebingungan.
Alan dengan mudah membunuh mereka, dan membakar rumah dengan api dari tangannnya.
Ia tidak ingin terpengaruh oleh darah pengawal manusia yang mukai merayap menembus saraf penciumannya.
Alan berusaha membunuh semua vampir secepat ia bisa. Sirene mobil polisi mendekat, Alan kabur melewati jendela melesat menembus malam.
Melompati gedung-gedung di Kota Toronto. Melesat meninggalkan kekacauan yang ia buat.
Ia ingin pemerintah melihat vampir dengan kengeriannya, selama ini vampir selalu bersembunyi dan berbaur dengan baiknya di antara manusia.
Alan mengendus bau dari seseorang yang ia kenal sedang berjalan di keremangan malam. Alan melihat dari aras gedung dengan berjongkok.
Ia melihat Nayla sedang membawa sekantungan belanjaan di tangan kiri. Memeluknya bak seorang bayi.