Akhir pekan ini, Zefa habiskan untuk bermalas-malasan di atas ranjang empuknya. Kali ini dia ditemani dengan sebungkus kue kering dan satu drama korea yang telah dia dowload full semua episode.
Semuanya benar-benar berjalan lancar sesuai rencana hingga sampai pukul sebelas siang ketika Zefa berkencan dengan laptopnya. Walau suara Bimo yang memanggil namanya itu membuat Zefa mendesis.
Jelas, ia akan terganggu oleh kakaknya itu, serta semua rencana yang telah dia siapkan sepekan ini bakalan hancur lebur.
Zefa bahkan mempunyai firasat buruk. Mengenai akan terjadi sesuatu yang tidak mengenakan padanya hari ini. Apalagi Bimo telah memanggil namanya beberapa kali.
Zefa dengan cepat menekan tombol pause untuk drama setengah jalan yang belum bisa ia selesaikan. "Woi pendek! Lama bener," ejek Bimo.
Ia baru saja akan memutar kenop pintu, sebelum Zefa sudah keluar dengan memakai baju tidur motif panda warna merah muda. Zefa. Paket lengkap dengan bibir tertekuk yang membuat Bimo tersenyum samar. Sebab adiknya...
Jelek sekali.
"Aish ganggu aja," cerocos Zefa.
"Anak perawan bukannya mandi malah tiduran," timpal Bimo.
"Ada apaan sih? Heboh banget," tanya Zefa. Ia menggaruk Kepalanya hingga membuat Bimo melipit kening, sebab punya adik. Pemalasnya minta ampun.
"Ada temen kamu tuh dayang ke sini," Ucap Bimo. Ia mengerakkan torso ke lantai bawah. Lekas beranjak pergi menuju kamarnya.
"Agus?" tanya Zefa.
"Bukan, yang satu lagi," sahut Bimo.
"Maria?" Klap! Bimo pun menghilang menemui ajalnya. Zefa mendengkus sebal karena Bimo setengah-setengah dalam memberinya informasi. Zefa lantas segera menuruni anak tangga dengan yakin, sebab Bimo memang selalu menghindari Maria jika temannya itu datang.
Entah suka atau karena Apa. yang jelas, Bimo sering salah tingkah. "Woy Zefa!" sambut Maria. Zefa pun lantas berjalan dengan malas, saat melihat Agus pun ternyata ada di sini.
"Bukan apanya!" gerutu Zefa. Ia menghampiri mereka serta lekas mendudukkan diri dengan santai di ruang tamu.
"Apa-apaan ini. Minggu woi! Waktunya rebahan," ungkap Zefa.
"Eih, bukannya sudah aku bilang, kita datang ke sini adalah sebuah kesalahan Maria? Tidak mungkin Zefa akan ikut bersama kita," bisik Agus.
"Apa kau lupa dengan misi kita? Kita ada di sini untuk mengajak Zefa pergi. Kau tahu bukan kemarin mamanya Zefa nyuruh kita untuk mengajaknya jalan-jalan setiap hari minggu," sahut Maria.
Keduanya menilik Zefa yang menggaruk kepala malas. Serta terlalu malas dan sangat malas untuk pergi kemanapun temannya itu mengajak Zefa agar bisa keluar dari kandang setiap minggunya.
Zefa lantas melihat kedua temannya yang saling berbisik. Membuat ia langsung curiga, sampai melipat lengan di depan dada dan menyandarkan punggungnya ke sofa. Ia memperhatikan, setiap tingkah laku kedua temannya itu.
"Baiklah-baiklah," jawab Agus. Maria tersenyum tatkala Agus menghela napasnya. Mereka berdua kemudian kembali memusatkan atensi kepada Zefa yang tengah memandangi mereka berdua.
"Selesai bergosipnya Ibu dan Bapak?" tanya Zefa.
"Eum... Zef. A-ayo. Eumm, kita ke perpustakaan," ajak Agus tidak yakin. Zefa semakin curiga saat mendengar ucapan temannya itu. Pasti telah terselubung banyak penghianatan.
Semisal tidak akan membiarkan Zefa beristirahat dengan tenang hari ini.
"Ngapain? Males ah, aku lelah?" sahut Zefa.
Agus menyikut lengan Maria yang masih mencoba untuk berpikir jernih.
"Karena penjaga perpustakaan di sana baru dan dengar-dengar juga tampan kita lihat aja dulu," sahut Maria. Agus spontan memejamkan matanya. Ia tidak habis pikir dengan Maria, bagaimana mungkin dia berkata seperti itu di depan Zefa.
Agus menggelengkan kepalanya pusing. Jelas, mereka tidak akan berhasil membawa kudanil Zefa ini keluar.
"Hah apa?! Beneran ganteng?"tanya Zefa. Sontak saja, ia langsung menegakkan punggungnya dan menatap kedua temannya itu dengan sangat ber serius jika menyangkut pria tampan.
Agus menghela napasnya. Ia kemudian mematri atensi kepada Zefa yang masih terkejut. "Aku dengar ada beberapa buku baru juga di sana."
"Bukannya kalian tahu kalau aku tidak suka membaca?" tanya Zefa.
"Bukan hanya buku novel tapi buku komik juga ada di sana," timpal Agus. Zefa mulai tertarik dengan ajakan kedua temannya. Ia mencoba untuk menelaah keuntungan apa yang akan ia dapat jika meninggalkan kasurnya.
Maria dengan penjaga perpus tampan. Agus dengan maksud terselubungnya. Kemudian Zefa akan menyibukkan diri dengan komik nantinya.
"Baiklah tunggu di sini," ucap Zefa akhirnya. Kedua kaki yang awalnya menekuk kini langsung tegak dengan semangatnya. Komik dan Kpop itu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dari Zefa.
Ia pun memilih untuk mandi serta lekas bersiap. Maria bahkan merasa lega setelah melihat temannya itu mau di ajak keluar. Ia bahkan berkeringat sebab takut jika Zefa menolaknya kemudian mereka harus mencari cara lain.
"Kau yang terbaik Gus. Tidak kusangka ternyata kau pintar," ucap Maria. Ia mengacungkan kedua ibu jarinya pada Agus yang menepuk dada bangga.
"Seharusnya kau menyadari itu sedari dulu," sahut Agus.
***
Setelah beberapa puluh menit menunggu. Akhirnya Zefa turun juga dengan setelan kasual yang terlihat sangat cerah. T-shit berwarna kuning dengan motif bunga mawar di belakangnya.
Lengkap dengan celana croppet berwarna hitam, kemudian sebagai alas kakinya Zefa menggunakan sneakers berwarna putih serta tas selempang cream yang membuat Zefa terlihat sangat manis dengan beraneka macam gayanya.
"Ayo," ajak Zefa.
"Wah wah, walau kau tidak memiliki poni. Tapi rambutmu tetap cantik di ikat. Setelah bajumu juga bagus," puji Maria. Zefa terkekeh, sebab ia memang jarang sekali bersiap seperti sekarang ini.
"Kau berlebihan, alasan mengapa aku memakai outfit ini? Ya karena aku malas mencari baju," jawab Zefa. Ia hanya mengambil asal, pakaian paling pertama ia lihat.
Agus yang tengah sibuk dengan dunia do androidnya itu pun langsung terkejut saat melihat jam pada layar ponselnya, dengan segera dia mengambil kunci mobil dari atas meja kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku celana jeans hitam.
"Ayo buruan. Dah siang nih," ajaknya seraya menatap sejemang kedua temannya yang menganggukkan kepala.
Setelah berpamitan kepada ibu Zefa. Mereka bertiga langsung meluncur ke tempat yang mereka tuju. Perpustakaan dekat sekolah yang terbilang cukup terbuka untuk umum. Karena saat hari Minggu pun, tetap buka.
Perjalanan, yang bahkan hanya memakan waktu beberapa menit pun, telah membuat mereka berpisah untuk tujuan masing-masing. Maria dengan penjaga perpustakaan. Serta Agus dengan gamenya. Kemudian Zefa dengan...
Komik.
Zefa lantas mengedarkan pandangannya pada jejeran buku serta membaca beberapa rak yang sudah menyusun dan memisahkan beberapa jenis -jenis buku.
Mulai dari fiksi hingga non. Termasuk, buku pelajaran serta materi bimbingan konseling yang membuat Zefa malah mengingat Joshua. Pria itu sepertinya perlu bimbingan...
Mungkin.
Terlihat jelas, dari bagaimana ia terus mencari perhatian. Joshua seperti tengah kesepian. Kenapa pula, ia harus memikirkan Joshua yang tidak jelas perangainya.
Toh, dia pun sudah ojnya pujaan hati yang hanya perlu membicarakan soal perasaanya dengan Astrid. Maka mereka pun akan kembali bersama dengan mudahnya.
Sesuatu memang terkadang selalu di luar kendali Zefa. Ia malah memikirkan Joshua saat akan mencari buku komik. Namun sudahlah, semua buyar hanya dalam sekejap.
Karena sekarang, sesuatu yang membuatnya berdegup kencang. Saat-saat di mana dunia Zefa runtuh dan berfokus padanya.
Sesuatu yang tidak terduga pun, akhirnya terjadi.
To Be Continued...