Chereads / Me and Your Soul / Chapter 22 - Chapter 22 - Apa yang Terjadi?

Chapter 22 - Chapter 22 - Apa yang Terjadi?

Rayn terdiam sementara pikirannya menebak banyak hal. Apa maksud dari berhubungan dengannya? apakah sesuatu yang terjadi adalah ulahnya? tentu saja tidak. Bahkan, tidak ada orang yang tahu bahwa ia berada di sini beberapa hari ke belakang. 

Atau, seseorang memang sedang mengetahui hal itu?

"Sebentar, maksudnya apa Detektif Rod?" Rayn benar-benar tidak memahami apa yang baru saja didengarnya. Namun, ia merasa perlu tahu situasi apa yang sedang dihadapi saat ini.

Apakah aku termasuk--

"Jadi, saya harus menjelaskan terlebih dahulu--" suara dering ponsel tiba-tiba muncul dan sangat nyaring itu cukup membuat Rayn terkejut. Bagaimana tidak, suara dering dari ponsel keluaran lama itu sungguh memekakkan telinga. "Sebentar, Rayn--"

Detektif Rod keluar dari apartemen yang sedang dihuni oleh Rayn. Apartemen itu memang belum miliknya, tetapi sebentar lagi akan diatasnamakan kepada Rayn. Namun, ia masih enggan untuk mengakui semua ini. Harta yang dimiliki oleh ayahnya sangatlah banyak. Mengakui semua itu hanya akan menambah beban yang berat di atas pundaknya.

"Kenapa wajah Detektif Rod takut seperti itu? apakah terjadi sesuatu?" 

Rayn mengamati perubahan wajah yang cukup kentara dari Detektif Rod beberapa detik yang lalu. Semula wajah pria berusia lima puluhan terlihat sangat hangat dan ramah. Namun setelah melihat nama yang muncul di layar ponsel, ekspresinya berubah menjadi kesal dan--entah apa yang sedang menjadi penilaian Rayn saat ini pastilah bukan hal yang menyenangkan. 

"Apa aku mencari tahu apa yang sedang dibicarakan oleh detektif itu?"

Tidak, seharusnya tidak. Sejak kapan ia melakukan hal ini? ikut menguntit akan sesuatu yang bukan menjadi urusannya?

"Tentu ini urusanku. Dia mengatakan bahwa wanita itu berhubungan denganku. Jadi, aku merasa perlu tahu, ya 'kan?"

Rayn menarik napas. Rasanya, ini adalah kali pertama baginya untuk tahu tentang urusan orang lain. Biasanya, ia tidak peduli. Untuk apa, selama ini yang dirasakan olehnya sudah sebuah kesulitan. Mencari tahu kesulitan orang lain hanya akan menambah kerumitan.

"Kenapa aku jadi deg-degan?" Rayn membuang napas dengan segera. Ia mengambil langkah perlahan, mengendap, dan memeriksa seluruh kemungkinan yang terjadi di sekitarnya. Kemungkinan itu seperti langkah orang yang datang, atau hal lain yang mungkin akan membuka kedok dirinya yang sedang melakukan persembunyian.

"Sumpah? ini nggak masuk akal!" Setelah sampai di belakang pintu apartemennya, ia memilih untuk berbalik dan kembali ke sofanya. "Ada apa denganku?" pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya sendir. "Semua yang berhubungan dengan ayah memang selalu rumit!" 

Rayn hanya merasa tidak nyaman dengan hal-hal yang berbau nyawa. Wanita yang tak sengaja ditemukannya bersimbah darah itu sungguh membuatnya berada di kehidupan yang semakin tidak tenang. Ia melihat pintu apartemen yang masih belum menunjukkan tanda akan dilewati oleh orang.

"Detektif itu ngapain? kenapa nggak segera balik? apa dia langsung pulang atau ke kantornya?" Rayn merasa gelisah. "Apa boleh buat. Daripada berprasangka, lebih baik aku membuat kopi saja," tukasnya kemudian berjalan menuju dapur.

Namun tak sampai dapur, Detektif Rod sudah kembali. Mereka saling menatap, kemudian terdiam satu sama lain. Tidak ada kata yang terucap, mereka sedang sibuk dengan pikiran yang mengganggu merek beberapa menit terakhir. 

"Rayn?" Detektif Rod memanggil. Sepertinya, ia yang baru saja tiba dari pikiran rumit yang mengikatnya selama ini. Walaupun tidak sepenuhnya sulit, tetapi apa yang sedang mengganggunya itu tidak bisa diabaikan begitu saja. 

Rayn memandang detektif itu sebagai respon dari panggilanya. "Kamu mau membuat sesuatu?" tanya Detektif Rod.

Seharusnya, dia masih di sana dan tidak masuk kembali. Kenapa dia ada di sini?

"Saya--saya berniat membuat kopi. Detektif mau?" Rayn tidak bisa mengatakan apa-apa. Setidaknya pertanyaan itu tidak membuat keheningan yang menyedihkan di antara mereka. 

Detektif Rod menggeleng. "Rayn, jika diperlukan, kamu mau bersaksi?"

Rayn menatap detektif dengan perasaan gundah. Tidak pernah ada dalam bayangannya selama ini untuk masuk ke dalam pengadilan. Tapi, apakah benar untuk pengadilan?

"Maksudnya? saksi untuk di pengadilan?"

Detektif Rod tertawa. "Mungkin. Tapi, saat penyelidikan juga dibutuhkan saksi. Saya merasa apa yang akan kamu katakan dapat sangat membantu penyelidikan." Detektif Rod memandang Rayn dengan penuh pengamatan. Ia ragu bahwa Rayn akan mau melakukannya. Namun, jika tidak demikian, kasus ini tidak akan dapat diteruskan ke level yang lebih tinggi. 

Andai detektif itu memiliki nyali, mungkin ia akan mengatakan sesuatu yang akan membuat Rayn mau melakukannya.

"Apakah kamu keberatan, Rayn?" tanya Detektif Rod lagi. 

Rayn menoleh, tetapi tatapan yang ia lempar kepada sang detektif menunjukkan penyesalan. Detektif Rod tidak ingin tebakan jawaban yang ada di dalam benaknya benar-benar terjadi. Jika memang terjadi, apa yang bisa ia lakukan?

Seandainya kamu tahu sesuatu, Nak.

"Apakah itu membutuhkan waktu yang lama?" tanya Rayn dalam ekspresi keraguan. "Apakah itu lama, detektif?"

"Maksudmu?"

"Menjadi saksi, apakah tugas saksi itu akan memakan waktu yang lama?"

Detektif Rod bingung harus menjelaskan bagaimana. "Sebenarnya tidak terlalu lama. Sebagian membutuhkan waktu yang cukup panjang. Saya tidak bisa menjamin."

Rayn termenung. "Baiklah, saya mau. Tapi, kenapa detektif tidak memberitahukan kepada saya tentang apa hubungan saya dengan wanita itu?" 

Detektif Rod pun merasa kehilangan kata-kata. Bagaimana harus menjelaskannya? sedangkan sesuatu tengah terjadi di kantor kepolisian? 

"Detektif?" 

"Kamu akan tahu sebentar lagi. Tapi, tunggu dulu. Saya harus melakukan sesuatu di kantor."

Rayn menunjukkan kekecewaannya. Walaupun merasa seperti itu, ia tidak berniat untuk memaksa detektif itu menceritakan apa yang terjadi.

"Saya pamit, terima kasih untuk waktunya." Detektif Rod meninggalkan Rayn yang masih belum selesai dengan kebingungannya. 

"Det--" Tak sempat panggilan itu sampai ke telinga sang detektif, Rayn telah sendirian di dalam apartemen. Ia tidak memiliki niat untuk mengejar, tetapi rasa penasarannya semakin besar. 

"Apa yang terjadi sebenarnya? mengapa aku pulang dan harus menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan seperti ini? apakah aku harus telepon Pak Albert?" Rayn merasa bahwa itu ide yang tidak buruk. "Ah, benar juga! aku akan menghubungi pak Albert!"

Di lorong apartemen, Detektif Rod merasa sangat bingung. Apa yang terjadi di kantor polisi telah mengambil kecemasan di dalam benaknya.

"Astaga, kenapa hal ini terjadi?"

Detektif Rod berlari dengan cepat ketika lift yang ia tumpangi telah terbuka. Ia langsung naik ke dalam mobil kemudian mengambil napas. 

"Aku harus bertindak dengan kepala dingin. Ini tidak bisa dibiarkan!" 

Sebuah mobil hitam dengan plat merah tiba-tiba datang dari arah berlawanan. Hampir saja mobil itu menabrak mobil yang di dalamnya terdapat Detektif Rod. Tidak ada permintaan maaf dari pengemudi tersebut. Yang jelas, para pengemudi itu saling terdiam dan meneruskan perjalanan yang telah menjadi tujuannya di awal.

"Ada apa mobil plat warna merah itu? kenapa ada di kompleks apartemen ini?" gumam Detektif Rod di saat ia masih berada dalam kegusaran. "Apapun yang terjadi, mungkin tidak akan ada hubungannya denganku!"