Chereads / Me and Your Soul / Chapter 28 - Chapter 28 – Mereka Berdua

Chapter 28 - Chapter 28 – Mereka Berdua

Raja. Dia, mungkin memang raja. Lebih tepatnya, ia adalah pemimpin para Jiwa yang ada di hutan ini.

Dengan wujud seperti manusia, ia mengemban banyak amanah untuk menjaga kelestarian hutan agar tidak terlalu berdampak dengan keseimbangan bumi. Namun, di saat yang sama, ada keinginan untuk memahami apa yang terjadi dengannya.

Tidak, ia tidak ingin memahami itu. Ia hanya ingin, segala sesuatu yang ada di dalam hutan ini, baik tentang Jiwa maupun para hewan dan tumbuhan, berada dalam genggamannya. Tidak boleh ada sesuatu yang luput dari pengetahuannya.

Hutan ini mungkin sesuatu yang pernah... dimimpikan olehnya. Setelah berhasil diraih, ia benar-benar harus menjaganya.

"Selamat siang, King." Seseorang, seorang Jiwa datang menghadap King yang sedang memandang pohon besar. Sebuah pohon dengan ranting yang kuat dan menjulang. Ia tidak mengerti, mengapa ranting yang seharusnya turun ke bawah itu, justru memiliki ujung yang naik?

"Selamat siang, King. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan." Lelaki itu, jiwa dengan tubuh seorang lelaki, memanggil King kembali. Mendengar namanya dipanggil, King berbalik perlahan. Nampak dari wajahnya terdapat senyuman yang memukau. Banyak jiwa yang merasa aman ketika melihat senyuman King yang terasa begitu meneduhkan.

"Ya, Fox. Ada apa?" tanya King dengan senyuman itu, senyuman yang meneduhkan. Fox, nama jiwa lelaki yang kini berhadapan dengan King, tertunduk malu. Mendapatkan senyuman dari King adalah sebuah hadiah. Banyak Jiwa yang merasakan kedamaian setelah mendapatkan hal itu. Senyuman King, sebuah keselamatan para Jiwa yang sering mempertanyakan apa yang tidak seharusnya dipertanyakan.

"Kenapa kamu menunduk? apakah ada kesalahan?" King mengamati dengan baik. "Apakah para rubah tanggung jawabmu diambil oleh malaikat maut?" tebakan King mungkin benar, tetapi bisa saja tidak tepat.

Ya, memang tidak benar-benar salah. Fox menunjukkan raut wajah yang heran, bagaimana bisa King tahu tentang permasalahan yang sedang dihadapinya? "Bukan diambil oleh mereka, King. Tapi—"

"Tapi, apa?" King menanyakan kembali, tentu saja dengan suara yang rendah dan lembut. "Kamu tidak akan membuatku penasaran, bukan?"

Fox masih menunduk. Walaupun demikian, ia tetap mengangguk. "Seseorang menculik dua rubah tersisa."

"Manusia?"

"Ya," tukas Fox dengan takut. "Apa yang bisa saya lakukan, King?"

King mengalihkan pandangannya. "Apa yang bisa kamu lakukan? Tentu saja tidak ada. Jika memang kamu tidak bisa menjaga para rubah yang ada di hutan ini. Mungkin tugasmu sudah selesai."

"Tapi, King—"

"Sudah, berhentilah protes. Itu adalah kesalahanmu. Mengapa kamu mengelak?"

"Tapi, saya melihat—"

"STOP!" kata King dengan nada tinggi yang ditahan. "Berhenti membuat pembelaan yang tidak penting. Kamu hanya jiwa di sini yang tidak akan lama ditugaskan untuk menjaga keseimbangan hutan ini."

"Maksud dari King, apa?" Fox mungkin memiliki pemahaman di dalam kepalanya, tetapi masih merasa ragu. Mungkinkah itu benar?

"Kau tahu sendiri, bukan?" King hanya memberikan isyarat. Ia pun pergi meninggalkan Fox yang masih membenahi perasaannya.

"Apakah malaikat maut akan menjemputku, King?" tanya Fox dengan sedikit berteriak. Pertanyaan itu membuat King menghentikan langkahnya.

"Maksudmu? Malaikat maut akan menjemputmu? Atau kau menghilang dengan sendirinya?" King tersenyum. Ia merasa tidak perlu menambahkan penjelasan terkait sesuatu yang telah ditetapkan.

Bagaimana menyebutnya, ditetapkan?

King kembali meninggalakn Fox yang masih gelisah. Namun, beberapa hal mulai mengganggunya saat ini. Ia berbalik, tetapi tidak melihat Fox di tempat yang sama. "Ke mana dia?"

King sebenarnya sedang merasa waswas. Bukan karena ia akan dikudeta oleh sesama Jiwa. Namun, sesuatu yang akan terjadi telah mengganggu pikirannya sekarang.

"Apakah kau masih memikirkan hal itu?" seorang jiwa yang lain datang. Ia mirip dengan perempuan. Ya, lebih tepatnya, dia jiwa perempuan. "Kau terlihat sangat gelisah beberapa hari ini? apakah kau memikirkan itu?"

Itu. ya, itu. Apa yang sebenarnya membuat King gelisah? King hanya memandang jiwa perempuan itu dengan tatapan manis. Seperti sepasang kekasih. Namun, beberapa saat kemudian, ia mulai gelisah kembali.

"Kau tahu bahwa itu mungkin benar-benar akan terjadi," tukas jiwa wanita itu.

"Aku tidak peduli."

"Ya, kamu peduli. kalau kamu tidak peduli, kamu tidak akan membiarkanku berada di sini, bukan?"

King menatap wanita itu dengan lekat-lekat. "Berhentilah mengucapkan sesuatu yang telah terjadi!"

"Karena itu sudah terjadi, kenapa kamu malah menghindar untuk mengakuinya?"

"Rose! Berhentilah membuatku marah!" King menunjukkan teriakannya yang menakutkan. Namun, jiwa perempuan itu, tidak goyah sama sekali. "Kamu tahu itu akan terjadi, dan itulah mengapa kau mengorbankan Fox. Benar?"

King terlihat menelan ludah. Kegelisahannya semakin nampak, tidak dapat dipungkiri lagi. "Rose, sudahlah."

"Sudahlah? Kamu tidak bisa melakukan hal ini! Bagaimana jika Jiwa yang lain tahu? Semua ini akan terlambat!"

"Rose, bukankah kau sendiri yang memahami bahwa aku melakukan semua ini hanya karenamu? Karena aku menginginkan hidup bersamamu?"

"Tapi, ini sudah terlalu lama." Rose menunduk. "Kamu tidak seharusnya melakukan hal ini. Kita telah melenceng dari takdir."

"Tidakkah kau tahu bahwa aku sudah mengorbankan lelaki tua kemarin? Aku sudah berkorban, berhentilah mengeluh."

"Dia bahkan tidak ada hubungannya dengan kita. Mengapa kamu melakukan hal itu?" Rose memandang King yang tak ingin memandangnya balik.

"Kamu tidak perlu cemas. Nikmati saja hidupmu saat ini," kata King kemudian meninggalkan Rose.

"Tapi, akan ada Jiwa yang sadar dengan semua ini, King."

King pun menghentikan langkahnya. "Kau tahu apa tentang para Jiwa? Aku yang merawat mereka di sini."

"Kamu tidak merawatnya, kamu menawannya."

"CUKUP!"

"Aku tidak akan merasa cukup. Kau tahu, aku merasa sangat bersalah. Mereka tidak bersalah—"

"ROSE! CUKUP! Jika mereka tidak bersalah, atau kesalahan terjadi dalam hidup mereka, mereka tidak akan sampai di sini. Jadi, berhentilah melakukan hal ini!"

King melangkah lebih cepat. Persetan dengan jiwa wanita yang sedang menyergapnya itu.

"Aku akan melakukan itu jika memang sudah waktunya." Rose berkata dengan berteriak. "Kau tidak akan mengehentikanku."

King tetap diam. Walaupun mendengarkan seluruh kalimat yang Rose ucapkan baru saja, ia tetap tidak akan menoleh. Ia merasa telah melakukan banyak hal, tetapi tidak mendapatkan penghargaan yang layak.

"Tidak bisakah dia menghargaiku? Aku sudah melakukan banyak hal." Ia berjalan meninggalkan Rose, benar-benar meninggalkan hingga Rose tak terlihat lagi di belakang. Entah apa yang dipikirkannya olehnya saat ini, semua itu terasa sulit untuk diungkapkan.

"Seandainya kau tidak terlalu dekat dengan Lion, itu semua tidak akan terjadi! ah, sialan!" King merasa sangat kesal hingga meninju sebuah pohon. Daun-daun yang ada di atas pun berguguran karena pukulan tangan dari King.

Jiwa dan beberapa benda yang memang tumbuh dari bumi akan dapat disentuh. Tapi, para Jiwa tidak dapat memegang sesuatu yang itu telah dimodifikasi oleh manusia. Maka dari itu, hutan adalah tempat yang pas untuk kehidupan para Jiwa.

Langkah King berhenti. "Siapa itu?!"