Chereads / Menikahi Kakak Ipar / Chapter 3 - Permintaan Terakhir

Chapter 3 - Permintaan Terakhir

"Gideon..!" kata Ervinas sambil melambaikan tangannya ke arah Gideon.

"Iya kak.. kenapa?" kata Gideon, buru-buru menghampiri kakaknya itu.

"Kakak boleh meminta sesuatu sama kamu?" tanya Ervinas.

"Apa itu kak, kalau sekiranya aku mampu, aku pasti akan mewujudkannya." kata Gideon.

"Menikahlah dengan Valen, jaga dia dan Tristan untukku! aku mohon!" kata Ervinas sambil menyatukan kedua tangannya.

Gideon pun segera meraih tangan Ervinas itu.

"Apa yang kakak katakan? tanpa kakak minta pun, aku pasti akan menjaga mereka untuk kakak, tapi untuk menikahinya, apa itu tidak berlebihan kak? kak Valen ini istri kakak, apakah kakak yakin? akan memintaku untuk menikahinya?" tanya Gideon.

"Aku yakin, aku tidak rela melihatnya dinikahi orang lain, tapi kamu.. kamu adalah adikku, dirimu, adalah sama halnya denganku, please.. nikahi dia, bahagiakan dia untukku, karena itu adalah janjiku pada kedua orang tuanya, dan karna ini, aku tidak bisa menempatinya.. jadi aku harap, kamu bisa memenuhi janji kakak itu!" kata Ervinas.

Gideon sama Valencia pun saling menatap.

Kemudian Ervinas meraih tangan Gideon, dan juga tangan Valen, lalu menyatukan kedua tangan tersebut.

"Berbahagialah.. hiduplah dengan saling mencintai, dan saling menjaga satu sama lain, maka aku juga akan hidup dengan tenang" kata Ervinas.

Kemudian nafas nya pun terengah-engah..

Layar monitoring pun berbunyi, garisnya pun, yang tadinya tak beraturan menjadi lurus.. pelan-pelan kesadarannya berkurang..

Ia pun menutup matanya bersamaan dengan tangannya yang terlepas dari genggaman tangan Valen dan Gideon.

Semua orang pun panik.. dan segera memanggil Dokter, untuk memeriksa keadaannya.

Dokter pun dengan segera mengambil alat picu jantung untuk menstabilkan detak jantung pasien.

Namun sayang, setelah beberapa kali percobaan, tubuh Ervinas pun tak bergeming..

Dokter pun menggelengkan kepalanya.

"Maaf.. pasien tidak bisa tertolong, dia sudah meninggal dunia" kata Dokter tersebut.

Semua orang pun menjerit dan menangis.

Terutama Valencia dan Margareth Ibundanya.

"Hiksss.. hikss.. mas, bangun mas, kamu gak boleh ninggalin aku seperti ini mas, nanti apa yang harus aku katakan kepada Tristan mas, hikss.. hikss.. jangan tinggalin aku! Hikss.. hikss.." Valencia pun terduduk lemas.. kemudian pingsan.

Gideon yang berada di sampingnya pun dengan segera merangkul tubuhnya, kemudian menggendong Vallen.

"Lebih baik kamu bawa Vallen pulang ke rumah, masalah Ervinas, biar bapak dan yang lain yang akan mengurusnya!" kata Michael.

Gideon pun mengangguk paham.

Kemudian ia membawa Valencia ke dalam mobil, dan melajukan mobilnya ke arah pulang.

Di perjalanan, ia sesekali melirik dan memandangi wajah Valen yang pucat, ia merasa sangat khawatir, ia juga bingung dengan permintaan kakaknya, yang memintanya untuk menikahi Vallen, di satu sisi, ia merasa punya tanggung jawab untuk memenuhi permintaan kakaknya itu, namun disisi lain, Ia juga memikirkan Veronica kekasihnya.

Jika memang Ia harus menikahi Valen, lantas bagaimana dengan Veronica? apa yang harus ia katakan kepadanya? apakah Veronica akan dapat menerima keputusannya?, Gideon pun mengacak kasar rambutnya.

Tak berapa lama, mobilnya pun sampai di pekarangan rumah yang luas itu, ia pun segera keluar dan menggendong Vallen kedalam rumah.

Lalu, ia membawa Valen ke dalam kamarnya, kemudian membaringkan tubuh kurus itu, dan menyelimutinya.

Saat Gideon hendak berbalik, Valen bergumam, dia menangis, namun matanya masih terpejam.

Gideon pun dengan segera menghampirinya, dan memeluk tubuhnya.

"Sssttt.. jangan menangis, aku disini, aku akan menemanimu!" kata Gideon sambil memeluk tubuh kecilnya, lalu mencium kepalanya.

Entah mengapa.. saat ia melakukan semua itu, berdesir sebuah perasaan dalam hatinya, jantungnya pun berdetak tak karuan.

"Perasaan apa ini? selama lima tahun aku berpacaran dengan Vero, aku tidak pernah merasakan seperti ini?" gumam Gideon dalam hatinya.

Memang, sejak Gideon berpacaran dengan Veronica, mereka hanya menjalani hubungan cinta sebelah pihak saja, hanya Veronica yang mencintainya.. namun Gideon, selalu menghargai perasaan Vero terhadap dirinya.

Dulu.. Sejak SMA, Gideon adalah cowok terpopuler di sekolah, wajahnya yang tampan, dan juga pribadinya yang sopan, membuat siapapun yang mengenalnya, pasti akan mengaguminya.

Tak hanya itu, ia juga merupakan murid berprestasi di sekolah, hampir semua wanita di sekolah mengagumi sosok Gideon, termasuk Veronica.

Vero.. yang merupakan seorang model terkenal sejak SMA, Ia sangat penasaran dengan karakter Gideon yang susah didekati, butuh perjuangan yang extra untuknya mendapatkan Gideon.

Sejak dulu, dialah yang melakukan pendekatan terhadap Gideon, bukan Gideon.

Bahkan, saat Gideon kuliah di Harvard pun, Ia sengaja mengikuti Gideon kuliah di sana, hanya untuk mempertahankan hubungan mereka.

Dan sekarang, hubungan mereka sudah berjalan selama lima tahun..

Sampai sekarang pun, Gideon berpacaran dengan Vero, hanya sebatas menghargai perasaan Vero padanya saja, bukan karena ia mencintainya.

Namun, saat ia memeluk tubuh Vallen barusan, ada perasaan aneh yang terbesit dalam hatinya, jantungnya pun mendadak tak karuan, seakan ada sesuatu yang menarik perasaannya untuk lebih dekat dengan Valen.

Ia pun membuang nafasnya secara halus, untuk berusaha menenangkan perasaannya.

Setelah ia rasa Valen tertidur dengan lelap, ia pun hendak meninggalkan tubuh mungil itu, tapi ternyata, Valen menggenggam tangannya dengan sangat erat, ia pun menjadi tak tega, akhirnya, ia pun membaringkan tubuhnya, di samping Valen, dan memeluk tubuhnya.

Keesokan harinya, Valen pun terbangun.

Ia kaget, begitu melihat Gideon tidur di sampingnya dan memeluk tubuhnya, ia pun membangunkan Gideon.

"Apa yang kamu lakukan disini? Kenapa kita bisa berada disini? Bukankah semalam kita berada di rumah sakit?" tanya Valen.

"Iya kak, semalam kamu pingsan, dan papah memintaku untuk membawamu pulang ke rumah, saat aku menidurkanmu disini, dan hendak pergi, tanganmu menahanku, jadi aku pun tertidur disini bersamamu." kata Gideon, berusaha menjelaskan.

Valen pun jadi merasa gak enak kepada Gideon.

"Maaf ya," kata Valen.

"Iya gapapa kak," kata Gideon.

"Lantas bagaimana dengan Ervinas?" tanya Valen sambil meneteskan air matanya.

"Masalah kak Ervinas, papah sudah mengurus semuanya, mungkin hari ini akan dilakukan pemakaman" kata Gideon.

Valen pun menangis, mendengar perkataan Gideon.

Bagaimana tidak, suami yang begitu ia cintai, sekarang telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Ia pun histeris..

Namun Gideon bergegas memeluk tubuhnya untuk menenangkannya.

"Sudahlah kak, Ikhlaskan.. supaya kak Ervinas juga bisa pergi dengan tenang, tanpa beban." kata Gideon.

Valen pun hanya menganggukan kepalanya.

"Lebih baik kakak bersiap-siap, mungkin sebentar lagi, ambulance akan datang" kata Gideon.

Valen pun mengangguk, sambil meneteskan air matanya.

Kemudian ia beranjak dari tempat tidur.

"Kalau begitu, aku pergi ke kamarku dulu, aku juga harus bersiap-siap" kata Gideon.

Valen hanya mengangguk.

Kemudian ia masuk ke kamar mandi, begitupun dengan Gideon, ia bergegas pergi dari kamar Vallen, dan kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah selesai, ia pun mengenakan pakaiannya, dan bergegas ke luar.