(Kring..kringg) alarm berbunyi menunjukan pukul 07.00 pagi. Gideon pun bangun, dan bersiap untuk pergi berolah raga. Saat ia turun ke bawah, Ia di kagetkan dengan ke datangan Veronica kekasihnya yang baru saja ia putuskan itu. Gideon pun bergegas menghampirinya, dan membawanya keluar.
"Apa yang kamu lakukan disini? apa belum jelas perkataanku kemarin? apa masih perlu kamu jauh-jauh datang kesini? hahh?" kata Gideon sambil menariknya keluar dari rumah. "Gideon, lepas! aku harus bicara dengan kakak iparmu! dia gak bisa memisahkan dua kekasih yang saling mencintai, dia gak bisa memaksamu menikah dengannya. kamu Itu miliku!" kata Veronica sambil memberontak berusaha melepaskan cengkraman Gideon.
"Jangan Bicara macam-macam kamu! tidak ada yang memaksaku! aku melakukannya atas keinginanku sendiri." Bisik Gideon.
"Ada apa ini?" tanya Vallencia yang tiba-tiba datang menghampiri mereka. "Ohh.. ada tamu ya? kenapa gak disuruh masuk Gi?" tanya Vallen kepada Gideon. Gideon pun menjadi cemas.
"Ohh.. enggak kok kak, dia hanya teman lama yang kebetulan lewat. Dia hanya mampir sebentar untuk memberikan informasi penting tentang wisuda kmarin. kakak gak perlu khawatir!" kata Gideon sambil tersenyum menatap Vallen.
Vero pun menatap Vallen.
"Kakak? apakah mungkin, dia kakak ipar yang akan di nikahi oleh Gideon?" Bisik Vero dalam hatinya. Terus ia menatap Vallen dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Lumayan cantik sih, dia juga terlihat masih muda. tidak seperti orang yang sudah punya anak. tubuhnya juga sangat bagus. pantas saja Gideon bersedia." gumam Vero dalam hatinya.
"Kamu? kakak iparnya Gideon?" tanya Vero kepada Vallen. Vallen pun tersenyum mengangguk. "Iya.. kamu siapa ya? apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Tanya Vallen dengan ramah. "Aku-----
"Dia hanya pernah mendengar namamu saja kak! aku pernah bercerita kalau aku meiliki kakak ipar yang sangat cantik. mungkin dia menebaknya!" ucap Gideon memotong perkataan Vero.
Vallen pun mengangguk paham. "Em.. bukan kak, Aku--- emmpphh" Gideon pun langsung menutup mulut Vero, dan menariknya untuk menjauh dari Vallen. "Maaf kak, aku harus mengantarkannya ke depan dulu!" kata Gideon sambil menarik Vero ke luar rumah. "Apaan sih Gi, aku harus bicara dulu padanya!" ucap Vero sambil berusaha melepaskan cengkraman Gideon. "Diam kamu!" kata Gideon sambil terus menariknya keluar.
Setelah berada di luar pagar, Gideon pun melepaskan Vero dari cengkramannya. "Pergilah! dan jangan pernah kamu datang kesini!" Ucap Gideon. "Kenapa sih Gi? kenapa kamu begitu melindunginya? Apa bagimu dia lebih penting dari pada Aku?" tanya Vero. Gideon pun menoleh, "Ya.. dia lebih penting dari pada kamu!" ucap Gideon. "Kunci gerbangnya!" ucap Gideon kepada satpam penjaga. Kemudian Ia berbalik badan, dan melangkah pergi meninggalkan Vero di luar pagar. "Gi! hikss.. hikss.. kamu gak bisa perlakuin aku kaya gini! kamu sangat Egois Gi! hikss.. hikss.. Gi! Huhuhu.." ucap Vero sambil menangis dinluar pagar, sambil memperhatikan Gideon yang bahkan terus melangkahkan kakinya ke dalam rumah, tanpa memperdulikan perkataan Vero.
Vallencia yang memperhatikan mereka sejak tadi pun merasa ada yang aneh dengan gerak gerik Mereka, namun ia juga tak berani menanyakan hal tersebut kepada Gideon. Karna pasti Gideon tidak akan mengakuinya. Saat ia melihat Gideon yang berjalan ke dalam rumah, ia pun bersembunyi di belakang pintu pintu. Saat Gideon sudah masuk ke dalam rumah, ia pun mengambil kunci mobil, dan menaiki mobilnya.
Vero yang melihat Vallen datang ke arahnya pun sangat senang. Karna, ia bisa berbicara kepada Vallen tentang hubungannya dan Gideon. "Kakak.. aku ingin berbicara denganmu!" ucap Vero sambil berteriak-teriak melambaikan tangannya. Vallen yang melihatnya pun semakin yakin, kalau ada sesuatu antara gadis itu, dengan Gideon. "Tolong buka gerbangnya!" ucap Vero kepada satpam penjaga. "Maaf nona muda, tapi tadi tuan muda Gideon sudah memperingatkan untuk mengunci gerbangnya." Kata satpam penjaga. "Tapi saya ingin keluar!" ucap Vallen. Kedua satpam itu pun saling melirik, kemudian mereka membuka pintu gerbangnya. Vallen pun keluar mengendarai mobilnya. Vero pun melambai-lambaikan tangannya mencegat Vallen.
"Kamu! ikut saya!" Kata Vallen sambil menurunkan kaca mobilnya. Vero pun sangat senang karna ia bisa memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Vallen. Kemudian ia pun bergegas naik kedalam mobilnya Vallen. Lalu Vallen pun melajukan kendaraannya dan pergi menjauh dari rumah tersebut. Sedangkan di rumah.. Gideon sedang mondar mandir di kamar Vallen mencari keberadaannya. Ia mncari ke toilet, dan juga ke kamar Tristan. Namun sosok Vallen, sama sekali tidak nampak batang hidungnya. Akhirnya ia pun turun mencari ke lantai bawah.
"Apa kalian ada yang melihat Vallen?" tanya Gideon kepada para pelayan rumah. Para pelayan rumah pun menggelengkan kepalanya. "Kami tidak melihatnya tuan!" Kata para pelayan. "Maaf tuan! tadi saya melihat nona Vallen, berjalan ke luar, begitu anda masuk." ucap salah seorang pelayan yang baru datang dari arah dapur. "Keluar kemana?" Tanya Gideon. "Saya tadi melihat, dia keluar menggunakan mobil tuan, untuk lebih jelasnya saya kurang tau!" Kata pelayan tersebut. "Makasih!" kata Gideon. kemudian ia bergegas berlari keluar.
"Apa kalian melihat Vallen keluar?" tanya Gideon kepada para penjaga. Para penjaga itu pun mengangguk. "Iya tuan! tadi nona Vallen, meminta kami untuk membuka pintu gerbang. Lalu dia pergi bersama gadis itu." kata para penjaga. "Gadis? gadis yang mana?" tanya Gideon. "Gadis yang tuan muda usir tadi." kata para penjaga. (Akhh!) Gideon pun menendang pot bunga yang ada di dekat sana.
"Kenapa kalian membiarkannya pergi? saya kan sudah menyuruh kalian untuk mengunci gerbangnya!" kata Gideon dengan marah. "Maaf tuan! kami juga tidak tau kalau nona akan membawa gadis itu!" Kata para penjaga. "Sudahlah! buka gerbangnya! saya akan pergi keluar mencarinya!" ucap Gideon. Kemudian ia bergegas ke parkiran dan melajukan kendaraannya keluar dari pekarangan rumah tersebut. "Kamu dimana Vallen! kenapa kamu pergi diam-diam! aku hanya takut kalau kamu akan berubah pikiran! aku takut kamu akan mundur!" ucap Gideon dengan rasa khawatir.
Sedangkan di mobil satunya, Vero terus menatap Vallen dengan Intens. "Sebenarnya apa sih yang special dari diri wanita ini? kenapa Gideon lebih memilih untuk menikahinya, ketimbang menikah denganku!" Pikir Vero dalam hatinya. "Apa yang ingin kamu katakan? katanya ada yang ingin kamu katakan!" ucap Vallen sambil menoleh ke arah Vero. "Ada hal yang harus aku beritahukan kepada kakak tentang aku dan Gideon!" ucap Vero. "Baiklah kalau begitu, kita cari tempat makan terdekat!" ucap Vallen. Kemudian ia memberhentikan mobilnya di sebuah kaffe yang tak jauh dari tempat tinggalnya tadi.
Saat mereka sudah duduk, Vallen pun menatap Vero. "Katakanlah!" ucapnya. "Sebelumnya aku ingin bertanya! Apa benar kakak akan menikah dengan Gideon?" tanya Vero memastikan. Vero pun mengerutkan keningnya. "Iya! memangnya kenapa?" tanya Vallen. "Apa kakak tau, kalau Gideon memiliki kekasih?" tanya Vero. Vallen pun menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tau! Memangnya siapa pacarnya Gideon?" tanya Vallen. "Aku!" ucap Vero. Vallen pun terdiam, ia jadi mengerti apa alasan Gideon mengusir gadis ini tadi.