"Oh ya.. ini aku bawain susu untuk kakak, minum dulu, kakak dari tadi pagi belum ada makan apa-apa" kata Gideon sambil mengambil segelas susu dari nampan yang dibawanya tadi.
Vallen pun mengambil gelas tersebut.
"Terima kasih"
Gideon pun hanya mengangguk.
Kemudian Vallen pun meminum susu tersebut sampai habis.
"Beristirahatlah, kalau butuh apa-apa, jangan sungkan untuk memanggilku!" kata Gideon.
Vallen hanya mengangguk.
Kemudian ia bergegas membaringkan tubuhnya di tempat tidur, tak lama kemudian, ia pun terlelap.
Gideon pun tersenyum, kemudian ia menyelimuti tubuh mungil itu, lalu pergi meninggalkan kamar tersebut.
Ia pun turun ke bawah untuk bergabung dengan yang lainnya.
"Bagaimana keadaan Vallen?" tanya Michael saat melihat Gideon datang.
"Dia sudah lebih baik, sekarang sedang beristirahat" kata Gideon.
Michael pun mengangguk.
"Kasihan sekali dia, pasti dia sangat terpukul dengan kepergian Ervinas" kata Michael.
"Iya, terlebih Tristan, dia masih kecil, dia masih sangat polos, dia belum mengerti" kata Margareth.
"Lantas apa keputusanmu nak? apakah kamu sudah memikirkan tentang permintaan terakhir kakakmu itu? Apakah kamu sudah mengambil keputusan?" tanya Michael.
"Iya pah.. aku sudah memikirkan semuanya, dan aku juga sudah mengambil keputusan! aku akan menikahi kak Vallen, dan aku akan menggantikan tanggung jawab kak Ervinas untuk menjaga kak Vallen dan Tristan!" kata Gideon.
"Apa kamu yakin dengan keputusanmu nak? apakah kamu sudah memikirkan konsekuensi nya?" Tanya Michael.
Gideon pun mengangguk.
"Sudah pah, aku sudah memikirkan semua konsekuensinya, dan aku siap" kata Gideon.
Michael sama Margareth pun saling melempar pandangan.
"Kenapa? apakah mamah dan papah tidak setuju dengan keputusanku?" tanya Gideon sambil menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Tidak nak, kami sih terserah gimana kamu saja, kita sama sekali tidak keberatan, semua keputusan ada di tangan kamu, jika memang kamu sudah memikirkan semuanya, dan sudah mengambil keputusan, kita sebagai orang tua, hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian" kata Michael.
"Iya.. mamah juga sudah sangat sayang sama Vallen, mamah sudah menganggapnya seperti anak mamah sendiri, mamah pasti akan sangat sedih jika sampai Vallen menikah dengan orang lain, dan meninggalkan keluarga ini, tapi kalau memang dia akan menikah denganmu, mamah sih senang-senang saja," kata Margareth.
"Iya mah, kak Vallen gak akan kemana-mana, dia akan tetap menjadi menantu kesayangan mamah!" kata Gideon sambil merangkul ibunda kesayangannya itu.
Margareth pun tersenyum.
"Terima kasih nak," kata Margareth sambil memeluk Gideon.
"Kalau begitu, kita tunggu sampai masa idah nya selesai, baru kamu bisa menikah dengannya" kata Michael.
"Iya pah.. gak usah terlalu terburu-buru juga, aku tau kak Vallen juga butuh waktu!" kata Gideon.
Michael pun mengangguk paham.
"Oh ya.. apa kamu sudah membicarakannya dengan Vallen?" Tanya Michael.
"Sudah pah" kata Gideon.
"Baguslah kalau begitu, berarti kita hanya perlu menunggu waktu" kata Michael.
Gideon pun mengangguk.
"Oh ya pah.. besok aku mau pergi sebentar, ada urusan, tolong titip Vallen sama Tristan selama aku gak ada" kata Gideon.
"Baiklah nak, kamu tak perlu khawatir, Vallen putri kami juga, kami pasti akan menjaganya" kata Margareth.
Gideon pun mengangguk.
.
.
Keesokan harinya..
Gideon pergi pagi-pagi ke bandara untuk cek in penerbangan.
Rencananya, ia ingin menemui Veronica kekasihnya, untuk membicarakan hal ini, ia juga akan memutuskan hubungannya dengan Vero, dan menjelaskannya semuanya secara baik-baik.
Beberapa jam kemudian setelah penerbangan, akhirnya, ia pun sampai di Bandara Internasional Jenderal Edward Lawrence Logan, di Massachusetts.
Sesampainya di Massachusetts, ia pun bergegas ke ke apartemen pribadinya Veronica yang tak jauh dari kampus.
Sesampainya di apartemen, Ia pun bergegas menghubungi Veronica.
(Tutt.. tutt.. tutt) panggilan pun tersambung.
"Hallo sayang.. kamu kemana saja? aku hubungin kamu dari kemarin, gak bisa-bisa!" (Veronica)
"Maaf, aku sibuk kemarin" (Gideon)
"Oh iya gapapa sayang, aku rencananya akan pulang ke tokyo besok, aku juga akan ke rumahmu untuk menemuimu!" (Veronica)
"Kamu gak perlu kesana, aku sekarang ada di depan apartemen mu!" (Gideon)
"Oh ya? baiklah kalau begitu, tunggu aku! aku akan pulang sekarang." (Veronica)
(tut..tut..tut..) Gideon pun menutup panggilannya.
Tak berapa lama Veronica pun datang..
Ia langsung bergegas memeluk Gideon dan mencium bibirnya.
Gideon pun dengan segera melepaskan pelukannya, dan menurunkan tangan Vero dari tengkuk lehernya.
"Kenapa? kau marah ya? tak biasanya kau mencegahku melakukannya?" kata Veronica.
Gideon pun hanya terdiam.
"Kamu dengarkan dulu! aku barusan habis me---
"Tak perlu kamu jelaskan! Bagiku itu bukan masalah!" kata Gideon memotong perkataan Vero.
Vero pun hanya menatap Gideon dengan murung.
"Aku kesini karna ada hal yang ingin aku vicarakan denganmu!" kata Gideon to the point.
"Oh ya.. apa itu?" tanya Vero.
"Bisakah kita membicarakannya di dalam?" kata Gideon.
"Oh ya.. tentu saja, kalau begitu silahkan masuk!" kata Vero, sambil membuka pintu apartemen tersebut.
Gideon pun dengan segera masuk kedalam apartemen mendahului Vero.
"Kamu mau minum apa? biar qku buatkan?" tanya Vero.
"Tak perlu, saya tak lama disini!" kata Gideon datar.
"Knapa gak lama? apa kamu tidak merindukanku?" tanya Vero.
"Kita langsung saja ke topik pembicaraan!" kata Gideon tanpa menghirqukan pertanyaan Vero.
"Baiklah kalau begitu.. apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Vero.
"Aku ingin kita putus!" kata Gideon to the point.
"APA? kamu bercanda kan Gi?" Tanya Vero.
"Enggak Ver, aku serius!" kata Gideon.
"Tapi kenapa Gi? aku ada salah apa? sampai kamu mutusin aku?" tanya Vero.
"Kamu gak ada salah apa-apa kok Ver, ini hanya masalah aku saja!" kata Gideon.
"Mqdalah kamu? maksudnya apa? akubtidak mengerti? tolong kamu jelasin!" kata Vero.
"Baiklah! akan aku jelaskan semuanya! Kemarin kak Ervinas meninggal, karena luka tembak saat ia menjalankan tugas, dan sebelum meninnggal, ia memintaku untuk menikahi kak Vallen Istrinya, dan aku tidak punya pilihan lain Ver, aku hanya bisa memenuhi permintaan terakhirnya, dan menikahi kak Vallen nantinya." kata Gideon.
Veronica pun menangis saat mendengar pernyataan Gideon itu.
"Gak bisa begitu dong Gi, kita sudah berpacaran selama lima tahun, dan sekarang, hanya demi memenuhi permintaan terakhir Kakak kamu, kamu harus ninggalin aku? aku gak bisa terima!" kata Vero sambil menangis.
"Maafkan aku Ver, tapi aku sudah mengambil keputusan, aku akan menikahi kak Vallen, dan menggantikan tugas ka Ervinas untuk menjaga kak Vallen dan Tristan." kata Gideon.
"Terus bagaimana dengan aku Gi?.. aku mencintaimu! hikss.. hikss.. aku gak bisa terima, kamu meninggalkan aku seperti ini, hikss..hikss.." kata Vero sambil menangis.
"Maafkan aku Ver, tapi keputusanku sudah bulat, maaf kalau aku hanya bisa mempertahankan hubungan kita sama disini, mulai sekarang, carilah kebahagiaanmu, di luar sana masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik dariku, yang lebih pantas untuk menjadi kekasihmu, yang lebih bisa mencintaimu dan membahagiakanmu!" kata Gideon.