Chereads / Menikahi Kakak Ipar / Chapter 6 - Memberi perhatian

Chapter 6 - Memberi perhatian

"Bagaimana bisa aku mencari yang lain Gi, sementara hatiku hanya ingin memilihmu!" kata Vero dengan sangat lirih.

"Maafkan aku Ver, tapi aku benar-benar harus mengakhiri semuanya, maaf!" kata Gideon, sambil membalikan badannya dan hendak pergi.

Vero pun segera berlari memeluk Gideon.

"Jangan.. hikss.. hikss.. jangan lakukan ini padaku! hikss.. hikss.. aku mencintaimu Gi.. hikss.. hikss.." Vero pun memeluk Gideon dengan sangat erat.

"Lepas Ver, aku harus pergi!" kata Gideon.

"Aku gak mau! kamu gak boleh ninggalin aku! aku gak akan lepasin kamu! aku mencintaimu Gi.. hikss.. hikss.." dia pun semakin mengencangkan pelukannya.

"Ver please.. jangan seperti anak kecil! kamu bisa mencari pria lain, di luar sana masih banyak pria yang jauh lebih segala-galanya dari aku, kamu itu cantik, prestasi kamu bagus, laki-laki mana yang akan menolakmu?" kata Gideon.

"Tapi aku gak butuh laki-laki manapun Gi, aku hanya mau kamu! aku hanya ingin kamu!" kata Vero sambil menatap Gideon.

"Tapi aku gak bisa Ver, aku gak bisa memenuhi permintaan kamu lagi! maafkan aku!" kata Gideon sambil melepaskan tangan Vero dan hendak pergi.

Vero pun dengan segera berlari ke depan Gideon dan menghadangnya.

"Aku gak akan biarkan kamu pergi Gi, aku akan buktikan, kalau aku sangat mencintaimu Gi!" Kata Vero.

Kemudian ia menarik Gideon ke dalam kamar, lalu mendorong paksa tubuh Gideon ke atas ranjang, kemudian ia pun naik ke atas tubuh Gideon sambil melucuti pakaiannya satu persatu.

"VERO! APA YANG KAMU LAKUKAN!" kata Gideon dengan sedikit membentaknya.

"Aku mencintaimu Gi, aku akan membuktikannya padamu, aku akan memberikan semuanya untukmu!" kata Vero, kemudian ia mencium bibir Gideon, lalu tangannya pun bergeliaran menyentuh benda berharga milik Gideon di bawah sana.

Gideon pun mendorong paksa tubuh Vero yang setengah bugil itu, kemudian beranjak dari ranjang tersebut.

"GILA KAMU YA!" kata Gideon sambil memebenarkan pakaiannya kembali.

"Kenapa Gi? apakah kamu tidak menginginkannya?" kata Vero.

"Aku bukannya tak menginginkannya, hanya saja aku menjaga batasanku! aku hanya akan melakukannya dengan istriku! Dan maaf, setelah kejadian ini, aku jadi semakin yakin untuk meninggalkanmu!" kata Gideon.

"Enggak Gi, please.. jangan lakukan itu! aku gak bisa hidup tanpamu Gi, aku cinta sama kamu! aku mohon jangan tinggalkan aku! hikss.. hikss.." kata Vero dengan histeris.

"Maaf! aku harus pergi!" kata Gideon, kemudian ia pergi meninggalkan Apartemen tersebut.

"Gi.. hikss.. hikss.. hikss.. kamu miliku Gi, kamu tidak boleh meninggalkanku! hikss.. hikss.." kata Vero dengan sangat Lirih, kemudian ia mengusap kasar air mata di pipinya.

"Aku gak aka membiarkan kamu pergi begitu saja Gi,

Pokoknya aku akan bicara dengan kakak iparmu,

Dia tidak bisa menghancurkan hubungan orang seenaknya,

Dia gak boleh merebut seorang pria dari kekasihnya,

Gideon itu miliku! aku bahkan memperjuangkan cintanya dengan susah payah dulu,

Dan aku sudah berusaha mempertahankannya selama lima tahun ini,

Meskipun dengan sikapnya yang acuh,

Aku masih selalu mencintainya.. dan sekarang, Hanya karna wasiat terakhir kakaknya yang mati,

Dia harus meninggalkanku? ini tidak bisa! aku tidak bisa menerimanya!" kata Vero sambil menggepalkan tangannya.

Kemudian, ia bergegas mengemasi barang-barangnya untuk pergi ke beijing menemui kakak iparnya Gideon.

Setelah selesai berkemas, ia pun pergi ke Bandara Internasional Jenderal Edward Lawrence Logan untuk melakukan cek in penerbangan.

Saat malam tiba..

Gideon pun telah sampai di Bandara Beijing Capital International Airport..

Tadi, setelah menyelesaikan urusannya dengan Vero, dia bergegas cek in penerbangan, dan segera pulang.

Sesampainya di rumah, Gideon bergegas menemui kedua orang tuanya, dan juga Vallen.

"Nak.. kamu sudah pulang?" Kata Margareth, saat melihat kedatangan Gideon.

"Iya mah" kata Gideon.

"Bagaimana urusanmu? apakah sudah selesai?" Tanya Margareth.

"Iya.. sudah mah, semuanya baik-baik saja kan?" tanya Gideon.

"Iya nak, semua baik-baik saja." kata Margareth.

Gideon pun mengangguk.

"Om.." kata Tristan berteriak, sambil berlari ke arah Gideon.

"Hey.. jagoan om, kamu belum tidur?" tanya Gideon sambil mengacak tambut Tristan.

"Belum om, aku belum ngantuk, om dari mana saja? aku main sendilian, gak ada om" kata Tristan.

"Kenapa? kamu kangen ya, sama om?" tanya Tristan sambil terkekeh.

"Iya om.. oh ya om, boleh gak kalau di depan teman-teman aku, aku anggap om itu papah aku?, soalnya kata temen-temen aku, om lebih cocok jadi papah aku, dalipada papah Elvi" kata Tristan.

Gideon pun terdiam.

"Tentu saja boleh dong nak, setelah apaah Ervi pergi, papah Gideon lah yang akan menjadi papah kamu" kata Margareth yang tiba-tiba datang menghamipri mereka.

Tristan pun tersenyum.

"Benalkah? oh.. aku senang sekali," kata Tristan sambil memeluk Gideon.

Gideon pun bergegas menggendong Tristan.

"Mulai sekarang, kau boleh memanggilku Dady..oke?" kata Gideon, sambil mengajak tos.

Tristan pun dengan segera, menepuk tangan Gideon.

"Berarti kita deal ya?" kata Gideon.

Tristan pun mengangguk. "Iya Dady.." kata Tristan.

Gideon pun terkekeh.

"Oh ya.. By the way, dimana momymu?" tanya Gideon.

"Dari tadi pagi, dia belum ada keluar kamar, dia juga belum sarapan." kata Margareth.

"Baiklah kalau begitu, aku akan berusaha membujuknya." kata Gideon.

Margareth pun mengamgguk.

"Tristan, Dady pergi ke kamar momy dulu ya.. kamu sama bibi dulu ya!" kata Gideon sambil memeberikan Tristan kepada pengasuh.

Tristan pun nurut.

Setelah itu, Gideon pergi ke dapur untuk mengambil makanan

Lalu membawa makanan tersebut ke kamar Valencia.

(Tok..tok..tokk..) pintu pun di ketuk.

Tanpa menunggu jawaban, Gideon pun masuk ke dalam kamar.

Disana terlihat, Valencia sedang tertidur di ranjang.. nampaknya, seharian ini, ia menghabiskan waktunya untuk menangis dan mengurung diri di kamar.

Gideon pun duduk di sambing ranjang.

Lalu, iaembangunkan Valencia.

"Kak.." kata Gideon, sambil menggoyahkan tubuh Valencia..

"Em.. Gi? sejak kapan kamu disini?" tanya Vallen.

"Baru saja kak, bangunlah! makan dulu, kata mamah, kakak belum ada makan, sejak tadi pagi." kata Gideon.

Vallen pun meggelengkan kepalanya.

"Aku tidak lapar Gi.. kamu saja yang makan." kata Vallen, menolaknya.

"Gak boleh gitu kak, kakak harus makan walaupun cuma sedikit.. aku suapin ya?" kata Gideon.

vallen hanya menggelengkan kepalanya.

"Ayolah kak, seenggaknya hargain.. aku sudah capek-capek, membawakannya kesini, masa gak kakak makan." kata Gideon.

Vallen pun menatap Gideon,

"Baiklah, tapi sedikit saja ya.. kakak lagi gak nafsu makan." kata Vallen.

Gideon hanya mengangguk.

Kemudian ia mengambil makanan itu, lalu menyuapi Valencia.

"Terima kasih ya Gi," kata Vallen sambil menatap Gideon.

Gideon pun tersenyum, kemudian mengangguk.

"Setelah ini, istirahat ya." kata Gideon.

Vallen pun mengangguk.

Setelah selesai, Gideon pun menyelimuti tubuh Vallen,

"Kakak istirahat ya, kalau ada perlu apa-apa, jangan sungkan untuk memberi tahuku, aku ada di kamar" kata Gideon.

Vallen hanya mengangguk.

"Kalau begitu, aku pamit ke kamar dulu." kata Gideon.

Vallen mengangguk.

Kemudian, ia pergi dari kamar Valencia.