Di hari yang sangat cerah..
Semua orang sedang bersuka cita menyambut kepulangan Gideon dari New England Amerika Serikat..
Selama empat tahun kuliah disana, Gideon tidak pernah pulang, paling ia hanya melakukan panggilan Video call untuk melepas rindu kepada keluarganya.
Bahkan saat pernikahan kakaknya Ervinas pun, ia tidak sempat menghadirinya, karena kesibukannya menimbah ilmu.
Ia hanya mengucapkan selamat dari panggilan telepon saja.
Hari ini, Setelah empat tahun lamanya..
Akhirnya Gideon pun pulang..
Semua orang pun antusias berangkat ke bandara untuk menjemput kepulangannya.
Tepat pukul dua siang.. Gideon pun sampai di Bandara "Beijing Capital International Airport"
Semua orang pun menyambutnya..
Terutama Margareth, sang ibunda tercinta.. dia sudah sangat merindukan anak bungsunya itu, bagaimana tidak, selama empat tahun ini, ia hanya dapat melihatnya dari panggilan Video saja, tanpa bisa memeluk dan menatap wajah tampannya secara langsung.
"Anak mamah.. mamah kangen sekali" kata margareth sambil mencium anak bungsunya itu.
"Bagaimana kabarmu nak?" Tanya michael papahnya.
"Baik pah.. mah.." kata Gideon sambil tersenyum kepada kedua orang tuanya.
"Heyy brother.. apa kau tidak merindukanku?" kata Ervinas sambil memukul bahu Gideon.
"Haha.. tentu saja kak, aku selalu merindukanmu, kau selalu menjadi panutanku.. aku belajar banyak hal darimu!!" kata Gideon sambil merangkul kakaknya itu.
Ervinas pun tersenyum.
"Oh ya.. perkenalkan, ini istriku, Valencia.. kalian kan belum pernah bertemu sebelumnya." kata Ervina's memperkenalkan istrinya.
Gideon pun tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
"Hallo kakak ipar, maaf baru sempat bertemu denganmu hari ini" kata Gideon.
"Oh ya.. gapapa, bagaimana kabarmu?" tanya Valencia basa basi.
"Baik kak.. oh ya, dimana keponakanku? bukankah aku sudah memiliki keponakan?" tanya Gideon sambil celingukan.
"Tuhh..dia sedang tertidur" kata Valencia sambil menunjuk ke arah pelayan yang menggendong Tristan.
Gideon pun bergegas menghampirinya, heyy.. jagoan, apa kau tidak ingin bertemu denganku?" kata Gideon sambil mencubit hidung bocah menggemaskan itu.
Mereka semua pun terkekeh.
Bocah itu pun terbangun.
"Aduh.. siapa yang berani mencubit hidungku, akan aku tembak nanti!" kata Tristan sambil menaruh tangannya di pinggang.
Semua orang pun terkekeh..
Gideon pun terpana saat melihat bocah itu, ia kaget.. ternyata wajahnya mirip dirinya, bahkan lebih mirip dia daripada papanya Ervinas.
"Kok kamu mirip banget sama aku sih? Kamu pasti ngefans ya sama aku?" kata Gideon menggoda Tristan.
Semua orang pun terkekeh..
"Memang benar Gi.. Tristan ini lebih mirip kamu, ketimbang mirip papanya" kata Margareth.
"Ia.. bahkan di sekolah, dan teman-temannya pada gak percaya kalau Ervinas itu papahnya, karna gak ada mirip-miripnya" kata Valencia.
"Oh.. jadi gitu ya!!" kata Ervinas sambil menggelitiki Valencia.
"Ahh.. ampun, jangan!!.. hahaha" kata Valencia sambil tertawa dan berlari.
Ervinas pun mengejarnya dan kembali menggelitikinya.
Semua orang pun tertawa melihat tingkah mereka yang sudah seperti anak-anak.
Gideon pun tersenyum,
"Sepertinya kakak ipar adalah wanita yang baik" Kata Gideon sambil menatap dua orang yang saling bercanda itu.
"Iya.. Valen adalah gadis yang baik, mamah sudah menganggapnya seperti putri mamah sendiri, bahkan walaupun mereka harus berpisah, mamah tidak ingin kehilangan dia sebagai menantu." kata Margareth sambil menatap Valencia.
"Mamah bicara apa? bahkan mereka tidak akan pernah berpisah, kak Valencia akan selalu menjadi menantu kesayangan mamah" kata Gideon sambil merangkul mamanya.
"Iya nak, kamu pun kalau mau mencari pasangan, carilah yang seperti Vallen, dia tidak hanya cantik, tapi juga sangat menghormati dan menyayangi kami seperti orang tuanya sendiri" kata Margareth.
Gideon pun mengangguk.
Tapi ketika dia teringat Veronica kekasihnya itu, Ia jadi ragu, akankah keluarganya setuju, jika dirinya menikahi Veronica? mengingat veronica yang Arogan dan sedikit vulgar, sangat jauh berbeda dengan sikapnya valencia, ia pun pasrah.
Setelah itu mereka semua pun pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah.. semua orang pun bersiap merayakan kepulangan Gideon dengan mengadakan acara makan-makan keluarga di kediaman keluarga Michael.
Namun sayang.. Ervinas yang harus bertugas, tak dapat mengikuti acara perayaan tersebut,
Sepulangnya dari bandara tadi, Ervinas langsung pergi bertugas..
Saat semua orang sedang tertawa-tawa bahagia tiba-tiba telepon rumah berdering, pelayan rumah pun bergegas mengangkat telepon tersebut.
Saat telepon itu tersambung, pelayan rumah pun kaget dan segera berlari mencari Valencia dan Michael.
"Nona Valen, tuan Michael, ada telepon dari rumah sakit!" kata pelayan tersebut sambil berlari tergopoh-gopoh.
Semua orang yang ada disitu pun kaget.. dan langsung menghampiri pelayan tersebut.
Michael pun langsung mengambil telepon tersebut, dan menjawabnya.
Saat orang di telepon itu berbicara..
Telepon yang di pegang Michael pun terjatuh, kemudian ia menatap Valencia.
"Ada apa pahh? siapa yang telepon? siapa yang sakit?" Tanya Valencia.
Michael pun meneteskan air mata, mendengar pertanyaan Valencia.
"Suamimu nak, Ervinas.. dia.. mengalami kecelakaan saat bertugas, dan dilarikan ke rumah sakit, oleh anggota yang lain." kata Michael.
Valencia pun kaget, dan menutup mulutnya..
"Mass.. hikss.. hikss.. di rumah sakit mana pah?.. bagaimana keadaannya sekarang? aku ingin menemuinya!" kata Valencia sambil menangis.
"Keadaannya kritis nak, dia mengalami luka tembak di beberapa bagian tubuhnya, dan dokter sedang melakukan operasi!" kata Michael.
Semua orang pun shock.. mendengar kabar tersebut.
"Aku ingin bertemu dengannya pahh.. aku ingin melihat keadaannya!" kata Valencia sambil menangis menatap Michael.
"Tentu nak, kita berangkat kesana sekarang juga." kata Michael.
Kemudian semua orang pun bergegas pergi ke rumah sakit tersebut.
Sesampainya disana, ternyata operasinya sudah selesai, Dokter pun sudah keluar dari ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan suami saya dok?" tanya Valencia yang bergegas menghampiri Dokter tersebut.
"Apakah anak saya baik-baik saja dok? tanya Michael.
"Apakah Kalian keluarganya?" tanya Dokter tersebut.
"Iya dok, saya ayahnya" (Michael)
"saya Istrinya dok" (Valencia)
Dokter itu pun menggelengkan kepalanya.
"Keadaan pasien sangat mengkhawatirkan, ia mengalami luka tembak di beberapa bagian tubuhnya, dan menyebabkan syaraf-syaraf di tubuhnya terputus. Keadaannya kritis, bahkan kalau ia sampai bisa selamat pun, anggota tubuhnya akan cacat, dan gak akan bisa berfungsi dengan baik." Kata Dokter tersebut.
Valencia pun menangis saat mendengar perkataan dokter tersebut.
"Apakah kami bisa menemuinya dok?" Kata Valencia.
"Silahkan.. tapi usahakan, jangan membuat pasien tertekan" kata Dokter tersebut.
Mereka semua pun mengangguk paham.
Kemudian semua orang pun masuk ke dalam ruangan tersebut.
Disana terlihat, Ervinas yang terbaring lemah, dengan deru nafas yang terengah-engah seakan sesak..
Valencia pun menangis, saat melihat keadaan suaminya itu, ia pun bergegas memeluk suaminya itu sambil menangis.
"Hikss.. hikss.. mas, apa yang terjadi padamu? kenapa jadi begini? hikss.. hikss.." kata Valencia sambil menatap suaminya tersebut.
"Valen.. sayang, waktuku mungkin sudah tak lama lagi, maafkan aku.. aku belum bisa menjadi suami yang baik untukmu, tolong jaga anak kita baik-baik.. aku ingin melihat kamu dan tristan hidup bahagia." kata Ervinas, dengan nafas terengah-engah.
"Kamu bicara apa mas, kamu pasti akan sembuh, aku gak peduli, keadaanmu seperti apa nanti, aku akan selalu mencintaimu, dan menerima apapun keadaanmu!" kata Valencia, sambil mengelus wajah suaminya.
"Aku tahu sayang, kamu adalah wanita yang sangat baik, terima kasih, karena kamu sudah menerimaku sejauh ini, aku sangat beruntung bisa memilikimu sayang.." kata Ervinas sambil membelai wajah istrinya itu.