"Jadi, dia terbiasa untuk ML dengan perempuan yang kristen itu?" tanya Faradina.
Mau tidak mau, Alma menceritakan semua yang didengarnya dari Mas Lazuardi tadi. Kalau dia memang sejak kuliah saling suka dengan Mbak Geisha.
Hingga suatu ketika, mereka menghadiri acara seusai wisuda, yakni upacara perpisahan yang dilaksanakan oleh senior mereka di kampus.
Sialnya, itu diadakan di salah satu klub malam.
Tentu saja, Mas Lazuardi tidak mabuk. Tetapi Mbak Geisha mabuk berat, sehingga dia harus diantarkan oleh Mas Lazuardi untuk pulang ke apartemennya.
Dan semuanya pun terjadi begitu saja. Mas Lazuardi khilaf ditambah dengan dorongan kuat sikap manja dari Mbak Geisha atas pengaruh mabuk.
"Setelah mereka melakukan itu, Mas Lazuardi malah ketagihan?"
"Benar sekali. Satu kejadian yang membuat dia ingin terus melakukannya. Dia pernah meminta kepada Mbak Geisha untuk menikah, tapi perempuan itu memegang teguh kepercayaannya."
"Abi datang di saat itu. Dia meminta Mas Lazuardi untuk menikah denganku. Mas Lazuardi berpikir aku adalah jalan taubat untuknya."
"Cih. Jangan mau. Dia hanya memanfaatkanmu. Kalau dia beneran mau taubat, mestinya dia sudah mencoba untuk taubat dan menghindari perbuatan tercela itu. Tapi buktinya? Apa coba? Dia masih saja berbuat hal buruk begitu, kan?"
Alma menganggukkan kepalanya. Dia masih tidak habis pikir dengan Mas Lazuardi.
"Tapi aku bisa membiarkannya bertingkah semuanya sendiri. Yang paling membuatku kesal adalah, dia yang berbuat seenaknya sendiri dan mengatakan kalau akan melakukan program kehamilan denganku."
"Apa yang harus aku lakukan, Faradina?"
"Tolak dia. Jangan mau terperdaya dengan lelaki busuk semacam dia, Alma! Dia bahkan tidak pantas jadi imammu!"
Alma hanya tercenung. Bahkan tanpa membuat Mas Lazuardi kelepek-kelepek padanya, lelaki itu sudah bak tentakel gurita yang tak ingin melepaskannya. Bahkan sampai berani berbohong kepada orang tuanya hanya karena ingin mempertahankan pernikahan mereka berdua yang sudah pasti berantakan.
Alma menghela napasnya. Kenapa semuanya makin terasa berat?
Bukannya tambah dewasa dan bahagia, makin dewasa malah semakin pusing akan kehidupan yang selalu memberikan cobaan.
* * *
Cobaan Alma tak berhenti sampai di situ saja. Di kantor dia malah dipasangkan dengan Mbak Geisha untuk melakukan liputan.
Pak Calvaro yang memberikan tugas negara yang amat penting itu berkata saat Alma memberontak tak mau. "Kamu masih jadi reporter baru. Kamu butuh partner juga. Mbak Geisha itu partner yang andal. Dia bisa melakukan banyak pekerjaan. Kenapa kamu malah menolaknya jadi partnermu?"
"Aku tahu dia handal, tapi... aku..."
"Kenapa? Kamu tidak suka denganku?" tanya Mbak Geisha yang muncul di belakang mereka berdua, saat Alma bernegosiasi di depan ruangan Pak Calvaro, sebelum ia masuk ke dalam ruangan.
"Pak Calvaro, sudah... Biarkan saja dia pergi keluar sendiri. Biar tahu rasa," tukas Mbak Geisha. Dia sudah berani menampakkan sifat aslinya pasca perseteruan tempo lalu dengannya.
Alma menggeram. "Ya sudah! Aku juga nggak mau sama Mbak Geisha!"
"Pak Calvaro, bagaimana mungkin aku bisa satu partner dengan peselingkuh yang menggoda suami lelaki?!" teriaknya.
Gadis itu sengaja menyindir. Di saat itulah, Mbak Geisha mendelik. Perempuan itu memekik, "Jaga mulutmu, Alma!!"
"Jaga? Aku sungguh ingin profesional memisahkan antara urusan pribadi dan kantor. Tapi aku harus mengatakannya kepada Pak Calvaro, supaya aku tidak akan di pairing lagi dengan Mbak Geisha!" teriak Alma. Napasnya sudah tidak beraturan.
Di saat itulah, Alma pun berkata keras pada Pak Calvaro. "Pak, tolong biarkanlah aku pergi sendiri! Tidak peduli apa pun yang terjadi! Aku bisa melakukannya! Aku yakin!"
Gadis itu lantas pergi dari hadapan Mbak Geisha dan Pak Calvaro. Pak Calvaro mendadak...,
* * *