Chereads / Mahligai Pengantin Muda / Chapter 38 - Tangisan Perceraian

Chapter 38 - Tangisan Perceraian

"Apa katamu? Kamu cerai? Bagaimana bisa?!" tanya Umi dengan mata yang besar. Matanya mendelik, menandakan kalau dia terkejut.

Sementara Abi sejak tadi diam saja di tempatnya. Alma menganggukkan kepalanya. Dengan nada yang sumbang, Alma mengucapkan. "Iya, Abi, Umi, maafkan Alma. Alma memutuskan untuk bercerai dengan Mas Lazuardi."

Abi pun menanyakan dengan nada yang berat. "Apa alasanmu bercerai dengan dia, Alma? Kenapa kamu memutuskan untuk bercerai dengan dia?"

Dihembuskan napas yang berat oleh Alma. Ini bukan hal yang mudah. Mengatakan sesungguhnya kepada orang tuanya sendiri. "Ini situasi yang sulit, Abi, Umi. Aku tahu kalau Abi dan Umi sudah mempersiapkan pernikahan yang indah denganku dan Mas Lazuardi. Tapi aku bisa apa?"

"Katakan alasannya apa, Alma..." kata Umi mulai menitikkan air mata. Jelas bukan air mata kebahagiaan.

"Aku merasa tidak cocok dengan Mas Lazuardi."

Alma tidak ingin untuk membuat pikiran Abi dan Umi. Mereka sudah tua, tak semestinya ditambah beban pikiran berupa perceraian anaknya. Apalagi ini bermula dari sebuah perjodohan. Alma jelas tak mau kalau Abi dan Umi khawatir. Menganggap kegagalan anaknya ini berporos pada dirinya sendiri.

Abi pun menghela napasnya. "Yakin hanya ketidakcocokan? Kalau nyatanya kamu nggak cocok dengan Mas Lazuardi, bisa melakukan semuanya dengan perlahan lahan, Alma."

"Seperti Kak Zulfa dengan suaminya, dia juga nggak langsung cocok. Ada prosesnya." tambah Abi.

Umi juga menanggapi, "Benar kata Abi, Alma... Pernikahanmu sama Mas Lazuardi baru tiga bulan. Kalian nggak boleh menjadikan perceraian akibat masalah yang sepele."

Alma pun meneteskan air matanya. Ia sungguh tidak mau mengatakan kalau perceraiannya akibat masalah yang sepele.

Mas Lazuardi sudah berselingkuh dengan seorang wanita, apalagi dia bukanlah orang muslim. Mereka berdua tidak mungkin bisa bersatu kecuali Mbak Geisha masuk dalam Islam.

Tetapi, Mas Lazuardi jelas mengatakan memanfaatkan Alma untuk kembali ke jalan yang benar.

Mana mungkin Alma bisa melakukan hal tersebut? Dia hanya dimanfaatkan oleh Mas Lazuardi. Hatinya sudah dibuat sakit.

"Alma, pernikahan itu bukan hal yang disukai oleh Allah. Apakah kamu sebegitu sakitnya bersama dengan Mas Lazuardi?" tanya Umi.

Alma menganggukkan kepalanya. "Umi, aku bahkan tidak melihat jalan keluar lain kecuali perceraian ini. Mas Lazuardi memang baik kepadaku, tapi... aku tak bisa melakukannya. Maukah Umi mengerti pada keadaanku?"

Pada saat itu, Abi dan Umi akhirnya membiarkan Alma untuk bercerai pada Mas Lazuardi dengan berat hati.

Walaupun sebenarnya, mereka sungguh ingin anaknya bisa bahagia bersama dengan Mas Lazuardi.

Sayangnya, mungkin pilihan mereka sudah salah. Membiarkan Alma bahagia bersama lelaki perjodohan ini.

"Abi, Umi, di pernikahan Alma yang berikutnya, izinkanlah Alma untuk menikah dengan lelaki pilihan Alma sendiri." katanya.

Mereka berdua pun tidak punya alasan lain untuk menolak. Karena kegagalan pernikahan Alma yang pertama, juga bisa saja akibat Abi dan Umi yang mengira bahwa mereka bisa membuat Alma hidup dengan bahagia.

Padahal, tidak selamanya orang yang baik dari luar, memang indah di dalam.

* * *

Alma pulang dari rumah kedua orang tuanya dengan penuh tangisan. Di dalam taksi, gadis itu merasa menjadi perempuan yang paling bodoh. Ia telah membuat orang tuanya juga menangis.

Alma memang pernah membenci kedua orang tuanya ini, tapi bukan berarti Alma juga mau membuat mereka berdua terluka.

Saat gadis itu masih sesengukan, handphonenya berbunyi. Ternyata, Kak Zulfa-lah yang menelepon dirinya.

"Halo, assalamu'alaikum..." jawab Alma.

Kak Zulfa lalu bertanya penuh dengan kekhawatiran, "Alma! Kamu benar bercerai dengan Mas Lazuardi?!"