Mas Lazuardi terus mendekat pada Alma. Entah apa motif lelaki itu untuk mendekat, Alma sama sekali tidak mengetahuinya. Alma hanya ingin Mas Lazuardi itu menjauh darinya. Bagaimana pun lelaki itu hanya memberikan luka yang amat dalam pada Alma.
"Aku sungguh tak mengerti kenapa Mas Lazuardi masih saja mendekat padaku. Maksudku, apa alasannya? Kenapa dia melakukan itu padaku," keluh Alma pada suatu sore saat dia berbincang dengan Faradina di salah satu kafe.
"Dia sepertinya memang ingin bersamamu, Alma."
"Bersama? Yang benar saja?!"
Cih. Alma mendesis. Pemikiran Faradina juga ada benarnya. Tapi Alma merasa jijik kalau Mas Lazuardi mendekat hanya karena ingin dirinya. Ingin rumah tangganya yang kembali normal. Jika dia ingin hal tersebut, kenapa tidak sejak dulu memutuskan Mbak Geisha dan memilih dirinya? Ingin berubah tapi kok plin-plan.
"Sudahlah, tidak penting membahas Mas Lazuardi." ujar Alma bersungut-sungut kesal.
Pada keesokan harinya, Alma mendapati Mbak Geisha yang begitu cantik. Ia mengenakan pakaian berwarna hitam, dan rambutnya itu menjuntai. Ini aneh.
Alma sering mengira Mbak Geisha ini umat islam karena dia juga terkadang memakai kerudung. Ternyata dia bukan muslim? Atau ingin masuk islam?
Alma menggelengkan kepalanya. Itu bukan urusannya!
Namun, di saat yang sama, Alma melihat Mbak Geisha yang memamerkan cincin di tangannya pada kolega-kolega yang sudah dikenalnya.
Cincin?
Alma menutup mulutnya sendiri. Jangan jangan Mbak Alma dan Mas Lazuardi akan menikah. Menjijikkan sekali.
Alma makin muak dengan Mas Lazuardi. Ia membatin, "Setelah dia mendekat secara jelas kepadaku, dia juga mendekat pada Mbak Geisha? Playboy!"
Gadis itu tak mau mendekat pada Mbak Geisha sebelum dia makin meradang padanya. Tanpa diduga, Mbak Geisha malah mendekat lebih dulu. Ia tersenyum. Idih!! Apa maksudnya coba ??
Perempuan siluman itu pun berkata, "Hai, Alma... Apa kabarmu?"
'Hehhh?? Memangnya aku sedekat itu dengan dia? batin Alma mendelik. Sudah pasti, dia datang tak akan tanpa alasan! Pasti ada udang di balik batu!