Wajah Pak Calvaro begitu khawatir saat mereka baru saja keluar dari rumah sakit. Bahkan ia bertanya berkali-kali kepada Alma dengan wajah pucatnya.
"Aku tidak apa-apa, sungguh." kata Alma meyakinkan sekali lagi.
Pak Calvaro mengucapkan, "Jangan lupa dengan obat dan makanmu. Aku tidak mau melihatmu sakit lagi."
"Baiklah," balas Alma.
Ia tersenyum lalu berujar, "Aku akan mengirimkan hasil wawancaraku kepada Bapak secepatnya."
"Jangan bilang kau akan memaksakan dirimu?! Tidak bisa."
"Tidak bisa?"
"Ya. Tidak. Aku tidak mengizinkanmu untuk mengerjakan wawancara itu. Berikan semua hasil wawancaramu. Aku yang akan mengerjakan berita itu."
"HEE? Bagimana mungkin?!"
"Aku akan menjadi atasan diktator kalau kau malah memaksakan dirimu!!"
Pak Calvaro bersikeras untuk mengerjakan berita Alma. Bukannya Alma tidak mau, tetapi tetap saja ... Dibuatkan berita oleh atasannya membuat dia agak tidak nyaman.
Namun, Pak Calvaro tidak mau kalah. Sampai akhirnya dia malah memutuskan. "Kalau begitu, aku tidak akan membiarkanmu sendirian, Alma. Aku akan menjadi partnermu dalam liputan."
Alma makin membelalak. Rasa bersalah Pak Calvaro padanya kian besar nan tinggi. Ia meminta sekali lagi pada Alma meminta data wawancara, hingga Alma tak mampu lagi mengelaknya.
Dan kini, Alma sudah berada di dalam apartemen Faradina, merebahkan tubuhnya di kasur spring bed pada bagian bawah, tempatnya tidur selama ini. Ia memejamkan matanya sejenak. "Ugh."
"Kenapa Pak Calvaro begitu baik kepadaku? Sangat berbanding terbalik dengan Mbak Geisha."
"Kalau saja Mbak Geisha sebaik itu. Mungkin aku bisa akrab dengannya."
"Ah .. Tapi aku punya sejarah kelam dengan dirinya. Dia juga baik kepada orang lain. Sikap buruknya mungkin hanya pada orang yang dibencinya," kata Alma sembari menghela napas panjangnya.
Perempuan itu mengirimkan berkas wawancara pada Pak Calvaro melalui pesan whatsapp.
Alma : [ Terima kasih atas pengertiannya. Namun benar apa yang dikatakan Bapak. Aku merasa mengantuk setelah minum obat. Mungkin aku tidak bisa menghandle beritanya. ]
Pak Calvaro : [ Istirahatlah. Aku akan mengurus semuanya. ]
Alma : [ Terima kasih, Bapak. ^^]
Alma perlahan-lahan memejamkan matanya. Ia teringat sedikit mengenai demonstrasi tadi yang begitu hebat. "Semoga saja, aku tidak mendapatkan tugas di sana lagi deh," katanya menggumam. Ia pun tidur dan masuk ke dalam alam mimpinya.
* * *
Pak Calvaro tersenyum melihat jawaban yang berasal dari Alma. "Apa-apaan, dia malah mengirimkan emoticon seperti ini."
"Lucu sekali."
Lelaki tampan itu membuka file wawancara dari Alma. "Ternyata gadis itu kritis juga. Lumayan untuk seorang pemula."
Dalam waktu singkat, Pak Calvaro membuat berita, lalu dia pun segera menyebarkannya melalui portal, supaya tidak keburu basi.
"Kukira dia hanyalah perempuan yang tidak peka pada masalah. Dia datang karena rekomendasi dari Geisha dan Lazuardi. Well, dia bagus juga."
"Tapi omong-omong, tadi apa maksudnya, ya? Kenapa Alma mengatakan kepada Geisha kalau gadis itu peselingkuh?"
Pak Calvaro pun menelpon sekretarisnya untuk masuk ke dalam ruangannya. "Adnan, apakah kamu tahu mengenai issue yang ada di kantor? Kau tahu kan, masalah internal antar pegawai adalah masalah yang penting untuk menjaga kenyamanan kantor."
"Bukan masalah kantor, tetapi masalah internal pegawai. Atau gossip, begitu?"
Lelaki bernama Adnan, bertubuh tegap dan muda. Ia sebagai sekretaris yang kadang juga merangkap sebagai bodyguard. Lelaki muda yang amat kompeten di bidangnya.
Adnan agak mengerutkan alisnya, "Kenapa Bapak menanyakannya? Tidak biasanya."
"Aku perlu mengetahuinya. Karena atmosfer kantor tadi pagi tidak enak."
Adnan lantas menganggukkan kepalanya. Ia memang mendengar berbagai masalah di perusahaan Newsweek. "Aku tahu gossip panas kalau suami Alma selingkuh dengan Mbak Geisha."
"Suami Alma – maksudmu Lazuardi?"
"Betul, Pak. Mbak Alma 'kan cuma punya satu suami."
"Astaga ... Jadi ... dia selingkuhi? Oleh Mbak Geisha?"
Pak Calvaro berpikir keras. Bagaimana gadis itu bisa begitu tenang setelah diselingkuhi? Bahkan mampu ke kantor dan bersikap biasa saja –meskipun menyebabkan masalah dengan Mbak Geisha, tetapi ... Pak Calvaro mendadak merasa empati pada Alma.
* * *