Gadis itu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ternyata, Mas Lazuardi malah sedang memasak untuknya! Bayangkan! Seorang lelaki memasak! Ia menggunakan celemek berwarna hitam dan memotong daun bawang, memasukkannya ke dalam panci sup.
"Kamu sudah bangun?" tanya lelaki itu kepada Alma.
Alma menggarukkan kepalanya kikuk. "Maafkan aku, Mas. Aku ketiduran."
"Tidak apa-apa, namanya juga pesta pernikahan, pasti melelahkan. Ayo sini makan bersamaku. Aku membuatkan sup."
"Kamu bisa makan sayur, kan?"
Alma menganggukkan kepalanya.
Kali ini, gadis itu layaknya menjadi seorang ratu. Ia benar-benar dijamu oleh seorang pria yang ada di hadapannya ini.
Lelaki itu bahkan menyiapkan piring dan sendok, menyusun makanan di meja makan. Semua hal yang mestinya dilakukan oleh seorang wanita.
Seketika, Alma meleleh. Perempuan mana yang tidak suka kalau diperlakukan dengan sangat spesial seperti ini? Semua orang pasti menyukainya. Tidak ada yang tidak menyukai hal ini.
Akan tetapi, lama kelamaan Alma menjadi tidak enak hati. Ia pun beranjak hendak membantu Mas Lazuardi, dan tahu apa jawabannya?
Lelaki itu malah tersenyum dengan penuh kelembutan. "Khusus untuk hari ini, biarkanlah aku yang melayanimu, Azura. Ini tadinya adalah rumahku. Sebelum menjadi rumah kita."
Alma hanya bisa menelan ludahnya. Gadis itu tak pernah menyangka akan mendapatkan kebaikan semacam ini. Entah apa yang dipikirkan olehnya sebelumnya, sampai menolak lelaki ini menjadi suaminya.
'Astaghfirullah... Tidak sepantasnya aku dulu berpikir untuk menolak Mas Lazuardi. Lelaki ini sangat baik untukku.' batin Alma.
Seusai semua makanan dihidangkan, Mas Lazuardi pun menatap ke arah Alma, istri sahnya. "Ayo kita baca doa dulu sebelum makan."
Alma pun menundukkan kepalanya, mengucapkan basmallah sebelum berdo'a.
Dari sini, gadis itu merasa ... kalau memang inilah rumah tangga sakinah, mawadah, dan warohmah yang selama ini dicari olehnya.
* * *
Pada malam harinya, Alma menyiapkan diri untuk tampil cantik. Gadis itu tahu, malam pertama adalah sebuah penantian yang panjang untuk setiap pasangan suami – istri. Sebuah hubungan yang indah dan tidak akan terlupakan seumur hidupnya.
Setelah mandi, Alma menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Ia tahu, dirinya memang tidak begitu cantik. Meski kata teman-temannya, dirinya itu cantik. Akan tetapi, Alma tidak pernah berpikiran kalau dirinya ini cantik.
Gadis itu bersolek seadanya, mengenakan lipgloss, dan juga bedak tipis.
Hanya itu.
Setelahnya, ia pun menantikan keberadaan Mas Lazuardi.
Ia duduk bersandar di ranjang, sembari membuka ponselnya. Ia menscroll layar ponselnya di kotak pesan. Banyak sekali orang yang memberikan selamat kepadanya. Hampir semuanya.
Bahkan, beberapa teman SMA-nya ini sangat bahagia atas pernikahan Alma dan Mas Lazuardi. Apalagi anak-anak OSIS yang dulunya sempat bekerjasama berbarengan.
Faradina : Selamat, ya, Alma. Aku tidak menyangka kamu akan menikah dengan Mas Lazuardi. Jodoh memang tidak ke mana.
Semua orang memberikan selamat.
Dan entah mengapa, Alma merasa kalau pernikahannya ini tidak salah. Ia bahkan merasa adanya kebahagiaan yang mengapung dalam dadanya.
Di malam itu, waktu terus berjalan.
Hingga pukul sembilan malam, Mas Lazuardi belum juga muncul ke kamarnya.
Alhasil, Alma pun ke luar kamar, ia mencari Mas Lazuardi.
Ternyata, lelaki itu sedang duduk di ruang tamu, menekuri laptopnya dengan tatapan yang tajam, dan alis berkerut-kerut.
'Apakah pekerjaannya sedang ada masalah?' batin Alma.
Gadis itu pun menghela napasnya.
Pada saat itulah, Mas Lazuardi menyadari keberadaan Alma. Lelaki itu langsung bertanya, "Lho, Alma? Ini sudah malam, Dik. Aku kira kamu sudah tidur."
Alma menggelengkan kepalanya, "Rasanya aneh jika tidur lebih dulu."
"Baiklah, nanti akan kutemani. Kamu istirahat saja dulu."
Perintah Mas Lazuardi adalah sebuah kewajiban untuknya. Maka dari itu, Alma pun menganggukkan kepalanya. Ia kembali masuk ke dalam kamar.
Ia mencoba menahan matanya untuk tidak mengantuk, menanti keberadaan Mas Lazuardi. Akan tetapi ... lelaki itu tak kunjung masuk ke dalam kamar, sampai akhirnya Alma tertidur seorang diri.
* * *
Alma setengah terbangun manakala lelaki itu menaikkan selimut kepadanya. Sayangnya, gadis itu terlalu mengantuk, ia pun lanjut tidur. Sementara itu, Mas Lazuardi tersenyum. Lelaki itu melihat sosok gadis yang tidur dengan polosnya di tempat tidurnya.
"Alma..., Alma..., kamu adalah gadis yang baik. Mengapa kamu menikah denganku?" katanya perlahan, tanpa disadari oleh Alma sedikit pun.
* * *
Alma terbangun ketika ada suara orang mengaji. Gadis itu membuka matanya. Ternyata, Mas Lazuardi tengah mengaji. Lelaki itu membaca Surat Al-Waqiah. Alma setengah tersenyum, mendengarkan lantunan lembut Al-Qur'an yang berasal dari Mas Lazuardi.
'Betapa beruntungnya aku mendapatkan lelaki seperti Mas Lazuardi...'
Sepertinya, pilihan Abi dan Umi tidak salah. Mas Lazuardi, memanglah sosok lelaki yang sangat tepat untuknya.
Pada saat adzan shubuh, lelaki itu membangunkannya dengan lembut. "Dik Alma.., bangun, Dik."
"Iya, Mas... Maaf aku semalam ketiduran,"
"Tidak masalah, kok, Dik. Ayo sholat. Sudah shubuh. Mas tunggu, ya. Kita jamaah."
Alma menganggukkan kepalanya, ia pun mengambila air wudhu.
* * *