Chereads / Mahligai Pengantin Muda / Chapter 3 - Menikah dengan Mas Lazuardi

Chapter 3 - Menikah dengan Mas Lazuardi

Pernikahan yang digelar berlangsung secara meriah. Alma tidak menyangka kalau pernikahannya akan secepat ini akan datang dalam kehidupannya. Gadis itu pun menghela napas panjangnya, ia melihat ke sekeliling. Tak ayal, jantungnya berdebar sangat keras.

Persiapan pernikahannya juga digelar dengan sangat cepat. Orang tuanya yang mengurus segala sesuatu, dimulai dari pakaian, gedung, sampai detail terkecilnya. Semuanya diatur oleh orang tua Alma, Abi dan Umi.

Bahkan, untuk pakaian pernikahan saja, Abi dan Umi yang memilihkan. Alma hanya memberikan sedikit saran saja, bahkan Mas Lazuardi juga tidak bisa banyak memberikan peran. Ia sudah disibukkan dengan bisnisnya, bahkan untuk ke rumah saja jarang.

Anehnya, untuk saat ini, Alma bahkan belum pernah melihat wajah Mas Lazuardi secara jelas. Sedikit pun.

Meskipun demikian, Alma tetap menuruti keinginan kedua orang tuanya. Saat ini gadis itu tengah melihat ke arah cermin. Gaun pernikahan yang berwarna putih bersih sudah melekat ke tubuhnya. Sangat anggun. Gadis itu juga diberikan sebuah kerudung yang menjuntai, menutupi dada, dan juga dipakaikan sebuah mahkota yang amat indah.

Seorang MUA yang mendandaninya pun memuji, "Kamu sangat cantik, Alma."

"Kulitmu juga sangat putih dan bersih."

Alma hanya tersenyum, meski senyuman yang membingkai di wajahnya malah sebuah senyum menyedihkan. Siapa yang tidak sedih karena dia sudah menjadi istri orang, tetapi dia memilih calon pasangannya dari keinginan orang tua.

Lagipula, perempun mana sih yang masih menikah dijodohkan? Memangnya ini zaman Siti Nurbaya?

"Sudah, tidak usah memasang wajah memelas begitu. Percuma make up-mu. Ini adalah hari yang paling menyenangkan bagimu."

Sebuah suara muncul di belakang Alma. Terlihatlah sosok Sang Kakak yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Kakaknya itu sudah mengenakan pakaian yang berwarna putih bersih juga. Ia juga bersolek dengan cukup cantik, tetapi tetap minimalis dan natural.

"Saat ini, orang-orang sudah banyak yang datang, Kak?" tanya Alma kepada kakaknya itu.

"Tentu saja. Akadmu sudah sebentar lagi. Ayo cepat."

Alma pun menganggukkan kepalanya. Gadis itu pun segera keluar dari kamarnya. Di sanalah, Sang Ayah sudah berada di luar. Sang Ayah tersenyum kepada Alma. Dia pun berbisik, "Kamu sangat cantik, Sayangku."

"Terima kasih, Ayah."

Alma melihat sekitar. Di ujung jalan yang lain, terlihatlah sosok Mas Lazuardi. Lelaki itu mengenakan tuksedo berwarna putih yang senada dengan pakaiannya. Sebuah peci juga turut menyertai. Di saat itulah... Untuk pertama kalinya, Alma melihat sosok lelaki itu.

Dan ternyata, tak lain dan tak bukan... Alma sudah mengenal Mas Lazuardi sebelumnya. Dia adalah kenalan dari temannya. Kakak seniornya di beda sekolah.

Tepat ketika mengetahui fakta itu, Alma tidak bisa berhenti untuk menghentikan detak jantungnya yang sudah mau melompat tak karuan...

Karena... Tanpa diketahui olehnya, Mas Lazuardi... Adalah cinta pertamanya.

* * *

Lima tahun yang lalu ...

Alma merupakan salah satu siswi yang pendiam di SMA-nya. Meskipun gadis itu pendiam, dia tetap memiliki banyak pengalaman organisasi. Gadis tersebut tergabung ke dalam anggota OSIS.

Pada salah satu program kerjanya, setiap bulannya anggota OSIS pada satu kota memiliki rancangan program bersama. Mereka memiliki pertemuan rutin tiap bulan. Dan Alma, selaku anggota pada bagian Hubungan Masyarakat atau pun Humas, bertugas untuk menghadiri acara tersebut.

Dan di sanalah... Dia melihat sosok Mas Lazuardi. Lelaki tersebut sangat terkenal. Dia sangat tampan, sosok yang memang digandrungi banyak gadis.

Selain itu, dia juga memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Setiap kali dia berbicara, Alma terkadang melihat sosok Mas Lazuardi, dan tak dapat dipungkiri, gadis itu menaruh hati kepada Mas Lazuardi ini.

* * *

"Alma?" panggil Abi.

Alma terkesiap. Gadis itu segera melihat sosok Abi. "Ah, iya, Abi."

"Kamu kok malah melamun. Ayo sana, duduk." tukas Abi.

Alma meringis, ia segera duduk di samping Mas Lazuardi yang sudah siap.

Kemudian, sebuah selendang putih pun berada di atas kepala mereka berdua. Mas Lazuardi pun berbisik, "Bagaimana Dik Alma, kamu sudah siap?"

"Siap tidak siap, kita harus siap, bukan?"

Mas Lazuardi mendengus, tetapi dengusannya itu pun dengan kebahagiaan. "Ah, ya. Kamu benar juga..."

Dan berikutnya, Mas Lazuardi pun mengucapkan sebuah ikatan janji suci. Sebuah ungkapan kalau lelaki itu akan siap untuk mendampingi hidup Alma, mengarahkan jalannya, dan juga menjadi imam dalam bahtera rumah tangga.

Dalam setiap frasa yang terucap dalam bibir Mas Lazuardi, tak dapat dipungkiri kalau segenap hati Alma ikut bergetar terhadapnya. Kepada sorot mata yang sungguh, dan juga dengan genggam erat Mas Lazuardi kepada Sang Penghulu.

"Bagaimana, para saksi? Sah?"

"Sah...."

Lantas, Sang Penghulu pun memulai membacakan do'a.

Di detik itu juga, Alma sudah resmi menjadi isteri.

Sebulir air mata pun jatuh ke dari pipi Alma.

Perasaan Alma sungguh carut marut. Ada sejumput rasa bahagia, karena dia mengenal Mas Lazuardi. Ada juga rasa kalau dia merasa harus siap untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang memang tak mudah, ada pula ketakutan-ketakutan lain yang memang menyergap ke dalam dadanya.

Pernikahan merupakan sebuah cobaan seumur hidup. Langkah yang tidak mudah. Dan Alma, kini mencoba berjalan di atas es tipis bahtera rumah tangga, yang dapat hancur kapan saja.

"Aamiiin...."

Do'a pun selesai. Seketika itu juga, Alma dan Mas Lazuardi saling bersitatap... Mereka... Kini sudah halal dan resmi. Menjadi sepasang suami istri.

* * *